2. Firasat

19.2K 1.1K 5
                                    

"Permisi Bu desi." Melanie mendatangi rumah tetangga nya yaitu rumah bu Desi seseorang yang selama ini sudah begitu baik pada dirinya dan anaknya.

"Ehh kamu Melanie, Ada apa nak? Perlu sesuatu? Sini duduk dulu" Bu Desi menjawab dengan ramah dan perhatian.

Melanie tersenyum, kemudian menyerahkan secarik surat dan sebuah kotak.

"Maaf bu Desi, bisakah tolong simpankan surat dan kotak ini." Bu Desi menatap kedua benda di tangan Melanie, perlahan tangan nya mengambil benda yang diserahkan oleh orang yang sudah ia anggap anak dihadapannya.

"Untuk apa ini Melanie?" tanya Bu Desi heran.

Melanie mengatur pernafasannya sebelum mengucapkan sesuatu yang mengganjal perasaan nya beberapa hari terakhir ini.

"Bu, jika terjadi sesuatu pada saya. Bisakah ibu tolong bawa Leon ke alamat yang ada di surat itu?" ucap Melanie dengan suara bergetar.

Bu Desi terkejut mendengar apa yang dikatakan wanita dihadapannya, "apa yang kamu katakan ini nak?"

Melanie hanya tersenyum, "maaf bu saya pun tidak tahu alasan jelasnya apa, saya hanya mengikuti apa yang firasat saya bilang."

"Kau akan selalu baik-baik saja nak, ibu yakin itu." Bu Desi berusaha menenangkannya walaupun firasatnya juga langsung tidak enak ketika Melanie berkata seperti itu.

"Kalau begitu saya minta tolong ya bu, saya izin pamit menjemput Leon dulu ya bu." Melanie menyalimi tangan bu Desi, dan beranjak pergi ketika sudah direspon Bu Desi.

"Melanie ibu yang baik, semoga tidak terjadi apa-apa pada mu nak." Batin bu Desi sambil melihat siluet Melanie yang perlahan menghilang.

........

"Ishh kakak kok gitu syama Lele." Leon menatap kesal pada kakak kelasnya yang baru saja menepis tangan nya dengan kasar.

Tio namanya, sosok yang baru saja menepis tangan Leon dengan kasar.

Bisa dibilang dialah yang paling berani berhadapan dengan bocil kematian itu.

"Gak usah sok imut lo yaa bang*at," bentak Tio dengan sangat kasar.

"Apasyih Lele kan hanya ingin belbagi makanan dengan kakak." Yaa, selain jahil Leon juga anak yang sangat senang berbagi dan ini adalah salah satu ajaran bunda nya yang berhasil mengajari Leon sehingga ia menjadi anak yang senang berbagi pada sesama.

"Gue gak butuh makanan kotor lo! Jauh-jauh gue jijik sama lo," ujar Tio yang lumayan menyakiti bocah manis itu.

Saat itu sudah pulang sekolah, dan Leon melihat Tio yang sedang menunggu jemputan supirnya. Yaa Leon memang di sekolahkan di sekolahan elite oleh Melanie, walaupun harus banting tulang tetapi Melanie ingin yang terbaik untuk anak semata wayangnya.

Tio terlihat pucat saat itu dan Leon berbaik hati memberikan bekalnya yang sebelumnya memang tidak ia makan.

Namun bukannya mendapatkan respon baik, malah sebaliknya ia mendapatkan cacian kasar dari kakak kelasnya ini.

"Muka kakak pucat tauu, ini makan bekalnya Lele syaja." Leon masih belum menyerah, ia menyodorkan kotak bekalnya kembali namun tepisan kasar kembali ia dapatkan hingga kotak bekalnya jatuh dan isi di dalamnya berserakan.

"Astaga." Itu bukanlah suara Leon melainkan suara Melanie yang baru saja tiba untuk menjemput sang putra, namun ketika ia sampai ia malah mendapatkan hal tak terduga.

Melanie langsung bergegas membereskan bekal sang anak yang berserakan.

Leon melihat ibunya, dan seketika tanpa disadarinya matanya berkaca-kaca.

"Ckk ibu dan anak sama saja, mati saja sana." Ucap Tio yang benar-benar tanpa filter, langsung saja ia menaiki mobil ketika ia melihat supirnya sudah datang dan mobil itu langsung melaju pergi dan menyipratkan genangan air ke sosok ibu dan anak itu.

"Haha rasakan." Tio membuka jendela mobilnya dan mengejek dua sosok yang kini sebagian bajunya telah basah.

Mendengar perkataan anak yang menepis kasar tangan anaknya seketika air mata Melanie terjatuh. Namun segera ia hapus agar tak dilihat anaknya.

"Leon tidak papa nak?" tanya Melanie dengan khawatir, melihat sebagian seragam sang anak sudah berwarna coklat karena terkenal genangan air kotor.

"Maapkan Lele bunda hiks." Tangisnya pecah seketika, niat menolongnya malah jadi seperti ini. Leon menyesal karena berniat menolong Tio tadi, jika ia tidak menawarkan makanannya tadi pasti bunda nya tidak akan berada di posisi sekarang.

"Tidak papa sayang, jangan menangis yaa, ayo kita pulang," ujar Melanie dan langsung menggendong tubuh kecil anaknya.

Terlihat sekarang Leon yang kini sesegukan digendongan sang bunda, hatinya terasa sakit melihat bunda nya direndakan sedemikian rupa.

"Sstt sudah yaa tidak papa." Melanie masih berusaha menenangkan sang anak dengan cara mengelus-elus punggung kecil anaknya.

Hingga tak lama terdengarlah dengkuran halus menandakan bocah kesayangannya telah tertidur.

"Maafkan bunda nak, harusnya kamu tidak seperti ini." bisik Melanie dengan air mata yang kembali menetes.

.........

TBC

Masih awal makannya rajin🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih awal makannya rajin🙂

Jangan lupa votment nya yeee

Biar semangat eyke

Bayyy, sampai jumpa di eps depan!

Baby Lele (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang