10. Sumbang

17.1K 1.2K 41
                                    

"Ughhh syakitt hikss." Disaat semua orang telah terlelap, Leon terus saja menangis.

Darion tak bisa tenang, ia hanya berdua dengan keponakan nya yang kini terlelap.

Ada juga Fabio namun sosok itu tak banyak membantu.

Fabio baru tiba karena ia yang mengetahui kabar paling belakangan sehingga ia menyusul sang Tuan saat jam besuk telah habis, namun karena ini rumah sakit milik keluarga sang tuan yaa jadi.. ia dapat bebas keluar masuk sesuka hatinya asal tidak menganggu pasien lain.

Namun saat tiba ia malah melihat keadaan tuannya yang masih belum berganti kemeja dan jasnya sepulang kerja tadi, kini tuannya terlihat semrawut sekali.

"Tuan gantilah baju anda dulu agar lebih nyaman," ujar Fabio sembari meringis kecil, ia tak pernah melihat bosnya dalam keadaan sekacau ini.

Darion tak mendengar karena ia masih sibuk mengurus bayi nya yang sedang rewel.

Fabio pasrah saja, ia hanya menaruh paper bag nya dan berjaga jika seandainya sang tuan tiba-tiba membutuhkan bantuannya.

"Papa.. syakit badan Lele." Adunya dengan air mata yang tak berhenti mengalir sejak tadi. Naluri seorang ayah pun bangun, dengan telaten Darion mengurus anaknya seakan ia benar-benar telah berpengalaman.

"Nanti sakitnya hilang sayang, sabar dulu yaa." Bisik bapak satu anak itu sambil mengayun-ayunkan tubuh sang anak berharap anaknya merasa nyaman dan kemudian dapat terlelap.

"Papa.. Lele mau liat bitan." Darion mengernyitkan dahi mencoba memahami apa yang dikatakan anaknya.

"Hmm bitan, apa itu sayang?" tanya Darion bingung.

"Bitan papa, masya ndak tau," kata Leon sambil menodongkan kepala menatap wajah tampan papa nya.

Darion semakin berpikir keras, 'ahh shibal bitan apaan!'

"Maaf sayang papa tidak tau," ujar Darion menyerah pada pemikirannya yang tidak menemukan jawaban itu.

"Ishh pelcuma danten tapi syupid." Hah? Darion tambah bingung, bahasa apalagi yang digunakan anaknya ini.

Rasanya Darion ingin menangis saja, ia benar-benar tidak paham bahasa bayi.

"Ishh papa." Rengek Leon sebal karena malah melihat wajah Darion yang kini terlihat tertekan. Perasaan ia sudah mengucapkan nya dengan benar tetapi kenapa papanya tidak paham.

"Eumm Tuan maaf saya menyela, seperti nya bitan yang dimaksud adalah bintang," ucap Fabio seketika mencerahkan wajah Darion.

"Apakah benar bintang sayang?" tanya Darion memastikan.

"Yaa bitan," jawab si kecil dengan mata berbinar walaupun tubuhnya masih lunglai lemas.

Darion terkekeh geli mendengar pelafalan yang sebelumnya tidak ia pahami itu. Ingatkan Darion untuk menaikan gaji tangan kanannya itu.

Darion pun melangkahkan tungkainya menuju jendela besar yang berada di ruangan rawat anaknya.

Jendela itu full kaca, sehingga bintang-bintang di langit dapat terlihat dengan jelas dari kamar ini. Kamar dengan posisi lantai paling atas pun menjadi faktor pendukung bintang-bintang dapat terlihat dengan jelas.

"Wahh, Lele syuka bitan," lirihnya sambil melihat ke arah langit yang terlihat cerah tanpa terlihat awan mendung. "Bulan nya syangat besyan papa."

"Papa Lele mau dengal lagu." Pinta bocah itu sambil menyenderkan kepala kecilnya di dada bidang sang papa.

"Uhuk, apa baby?" tanya Darion hingga tersedak, ia ingin memastikan jika ia tidak salah mendengar.

"Mau dengal lagu, papa..." ucap Leon sekali lagi, dan seketika Darion memelototkan matanya dengan wajah yang memucat.

Baby Lele (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang