21. Trauma Mama

12.6K 1K 14
                                    

Leon si bocah kesayangan kita akhirnya bisa pulang setelah kurang lebih 3 hari menjalani perawatan.

"Mama, papa kok lama syekali sihh," dumel si kecil dengan tangan bersidekap dada.

"Sebentar lagi sayang, papa sekarang masih terjebak macet," ujar Marinka memberikan pengertian pada anak tersayangnya.

Terlihat Leon hanya mengangguk sedikit tak ikhlas karena sebenarnya ia enggan untuk menunggu.

Ia ingin segera pulang.

Dan entah bagaimana tiba-tiba ia merasakan rindu pada bundanya, walaupun bundanya adalah pelaku penculik dirinya saat bayi.

Leon terlihat menatap ragu pada mama nya, ia ingin mengatakan kegundahannya namun ia ragu untuk mengatakannya.

Dirinya takut jika mama nya akan merasa sedih karena dirinya.

Marinka menyadari tatapan anaknya yang terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.

Perlahan ia mendekati anaknya dan duduk di sebelah anak manisnya.

"Anak mama ingin apa hmm?" tanya ibu satu anak itu sambil mengelus lembut surai sang anak.

"Eumm.. mama janan malah yaa," ucapnya mengantisipasi.

Marinka tersenyum kecil, lucu sekali anaknya ketika mengatakan hal tersebut. "Apa sih yang membuat anak mama ini sampai seragu itu untuk berkata pada mama?"

Leon menautkan tangan gugup dengan kepala tertunduk.

"Mama.. Lele lindu bunda, apa boleh Lele menjenguk bunda?" Leon terlihat semakin takut ketika merasakan elusan tangan sang mama tiba-tiba berhenti.

Dengan takut-takut matanya melirik pada mama nya yang kini terlihat membeku dengan tatapan kosong.

Anak kecil itu seketika panik melihat mamanya yang tidak bergerak sama sekali.

"Mama.." panggilnya namun tidak ada sahutan.

"Hiks mama." Tangannya menggoyangkan lengan sang mama, namun tetap tidak ada pergerakan.

Leon menangis keras, ia tidak mengerti, kenapa dengan mamanya?

Ia berusaha memanggil namun tidak ada sahutan berarti. Marinka tetap diam tak menyadari jika sang anak telah histeris dengan air mata yang telah bertumpahan membasahi pipinya.

Leon mencoba meminta pertolongan. Ia berusaha turun dari ranjang pasiennya yang sangat tinggi. Anak itu sesenggukan dan menangis semakin keras ketika kakinya sama sekali tidak sampai di lantai.

Kini tubuh kecil itu bergelantungan dengan tangan yang mencengkram erat sprai ranjangnya.

Matanya menatap kembali pada sang mama yang terus terlihat terdiam.

Anak kecil itu semakin nekat, ia melepaskan cengkraman tangannya dari sprai itu sehingga membuat tubuhnya bersiap untuk menghantam lantai.

Hap

Belum sempat tubuh itu menghantam lantai dingin rumah sakit, sebuah tangan kekar menangkap tubuh kecil baby Leon.

Anak kecil itu langsung membuka mata ketika tak merasakan rasa sakit. "Hikss papa.. mama," adunya dengan sesegukan semakin parah.

Si kecil merasakan kepanikan yang tak terkira.

Darion bahkan masih berusaha menahan detakan jantung yang berdetak bertalu-talu. Ia masih tak dapat membayangkan jika dirinya datang terlambat mungkin anaknya akan terluka kembali.

"Baby ada apa hmm?" tanyanya mencoba menenangkannya sang anak dahulu yang tak bisa menghentikan tangisan histeris nya.

"Mama, diam telus. Lele panggil-panggil ndak jawab hiks..hiks.." anak itu memeluk sang papa erat dan menangis semakin keras. Dirinya takut menatap sang mama, ia takut melihat mamanya yang tiba-tiba diam bagai raga tanpa nyawa karena ucapannya barusan.

Baby Lele (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang