15. Trauma

16.4K 1.3K 24
                                    

Suasana sontak begitu sunyi, semua langsung menghentikan aktivitas nya ketika mendengar suara tangisan histeris dari seorang bocah 6 tahun.

"Hiks papa... papa... takut..." hanya kata itu yang terus terulang dari mulut Lele.

Darion pun bingung ada apa dengan anaknya mengapa tiba-tiba begitu histeris.

Bahkan Marinka yang jauh di dapur dapat mendengar tangisan anaknya yang begitu keras. "Astaga kenapa Leon, mas?"

Dengan cepat ia menggendong anaknya yang nafasnya sudah tersendat-sendat ia berusaha menenangkan anaknya yang menangis.

"Aku juga tidak tahu, baby tiba-tiba histeris saat sampai," jujur Darion dengan tangan yang mengelus-elus punggung anaknya berharap dapat memberikan ketenangan.

Tangan kecil itu memeluk erat leher sang mama, dengan kepala bersembunyi diceruk leher berharap dapat bersembunyi.

Marinka pun dapat mendengar gumaman yang sama seperti yang di dengar suaminya. Gumaman yang terdengar penuh rasa takut, Marinka sampai bertanya-tanya apa yang menyebabkan anaknya setakut ini.

Marinka dan Darion berjalan mendekati sofa ruang keluarga yang berada di lantai satu.

Mereka mendudukkan diri dihadapan keluarga besar Darion, mereka baru saja tiba. Maka dari itu Marinka begitu sibuk di dapur sejak pagi karena kedatangan mereka.

Namun baru saja duduk Leon bertambah histeris.

Anak itu bahkan sampai memberontak terlihat berusaha menjauh.

"PAPA... PAPA.. HIKS HIKS." Air mata itu bercucuran membasahi pipi memerah sang anak.

Sumpah, Darion benar-benar panik karena ini. Ia tidak pernah melihat anaknya dalam keadaan seperti ini.

Dengan cepat Leon kembali pindah ke pangkuan sang papa.

"Ndak mau disyini hikss papa.." Leon  terus menangis, bahkan nafasnya sudah terputus-putus.

Marinka dan Darion bertambah panik dengan panik mereka membentak butler yang di dekat mereka segera menghubungi dokter.

"PANGGIL DOKTER!"

Keluarga besar Darion pun panik namun mereka juga tak bisa berbuat apa-apa, mereka masih begitu asing untuk anak 6 tahun itu, mereka takut Leon bertambah histeris nantinya.

Lima menit kemudian dokter keluarga benar-benar datang. Dokter itu begitu panik saat mendapatkan panggilan itu, untung saja rumahnya dekat dengan Mansion tersebut walau berakhir ia datang dengan kaos oblong dan celana kolor.

"Mana yang sakit! Mana!" Seru nya dengan penampilan layaknya orang gila.

"Periksa anakku bodoh!" Bentak Darion pada sahabatnya yang menjabat sebagai dokter pribadi keluarga nya.

"Ohh ponakan ku kau apakan Rion!" Dokter Dimas segera memeriksa keadaan si kecil yang nafasnya sudah tak beraturan.

Dengan cepat ia meraih tasnya yang berisi nabulizer portable, segera ia pasangkan alat bantu pernafasan itu ke bagian hidung dan mulut anak sahabatnya itu.

Leon merasakan nafasnya begitu sesak sebelum nya namun perlahan nafas itu mulai terasa ringan.

Namun tangannya masih mencengkram pelan baju yang digunakan oleh papa dan mamanya.

Mata Leon yang tertutup mulai terbuka, dan terpampang wajah Dimas yang sebelumnya mereka juga sudah berkenalan dan lumayan akrab.

"Sudah lebih baik?" tanya Dimas dengan senyum hangat menenangkan nya.

Leon hanya mengangguk lemah, setelah itu kembali memeluk papanya.

Dimas hanya tersenyum maklum. "Anakmu terkena serangan panik, mungkin ada yang ia takuti jadi tanyalah perlahan, sisanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan aku kembali dulu, hubungi aku segera jika ada apa-apa."

Baby Lele (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang