26. Dititipin

8.6K 727 19
                                    

Pagi itu suasana Mansion milik Darion begitu sepi.

Karena para penghuninya yang masih tertidur lelap.

Namun berbeda dari arah dapur saat waktu menunjukkan pukul 5:30 pagi, dapur sudah terdengar begitu ramai karena para koki, maid, dan nyonya rumah tengah membuat sarapan pagi.

Marinka sengaja bangun pagi-pagi sekali karena anaknya akan kembali bersekolah setelah sekian lama mengambil libur, Marinka dan Darion telah mengetahui semua tentang anaknya. Mereka juga tahu jika sang anak bersekolah mengandalkan beasiswa dari pemerintah, di Sekolah elite milik negara.

Tetapi karena begitu lama tidak memasuki sekolah beasiswa sang anak dicabut dan dialihkan ke siswa lain yang lebih membutuhkan, namun apakah Darion maupun Marinka peduli jika beasiswa itu dicabut? Tentu saja tidak.

Mereka lebih dari mampu untuk membiayai pendidikan sang anak hingga perguruan tinggi, memang lebih baik jika beasiswa itu dialihkan pada anak yang lebih membutuhkan.

Kini beralih pada ayah dan anak yang kini tertidur sambil berpelukan.

Tubuh Lele yang begitu kecil tenggelam dipelukan sang papa.
Afeksi kehangatan yang didapatkan anak kecil itu, membuatnya semakin nyenyak terlelap.

Begitu pun si bapak wangi yang membuatnya candu membuatnya semakin erat memeluk sang anak yang semakin gemuk dan semakin nyaman dipeluk.

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama.

Karena seorang butler melapor jika mereka telah menerima seorang tamu pagi-pagi sekali.

"Maaf nyonya Tuan besar datang bertamu bersama dengan Tuan Muda Tio." Lapor butler itu sambil menunduk sopan pada nyonya nya.

Marinka yang tengah sibuk memotong wortel terpaksa menghentikan aktivitas menyenangkannya.

Dirinya dengan heran menatap pada butlernya. "Ada apa mereka kemari pagi-pagi sekali?" tanya Marinka keheranan.

"Saya kurang tahu nyonya, tuan besar tidak memberikan keterangan," jawab butler itu lagi.

Tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, wanita itu pun berjalan keluar dari area dapur. Dirinya berjalan ke ruang tengah tempat dimana para tamu kepagiannya sudah duduk dengan tenang.

"Selamat pagi ayah mertua, ada apa gerangan pagi-pagi sekali ayah mertua datang kemari?" tanya Marinka sopan, sambil mendudukkan diri dihadapan mereka.

Tio, bocah itu menatap Marinka dengan tatapan berbinar kentara sekali jika anak itu begitu senang bertemu dengan Marinka.

Mario menatap menantunya sambil tersenyum tipis, sesuai dugaan hanya menantu nya ini saja yang pasti akan selalu menyambut dirinya.

"Ehmm begini menantu, saya ingin menitipkan Tio untuk sementara kurang lebih 2 minggu karena saya harus melakukan perjalan bisnis ke Los Angeles," ujar Mario menatap penuh harap pada Marinka.

Marinka mengerutkan kening heran. "Kenapa tidak dibawa saja, ayah mertua?" tanya Marinka terlihat agak mulai tak nyaman apalagi ketika merasakan tatapan binar anak di sebelah ayah mertuanya itu.

Mario agak melunturkan senyumnya. "Kau tau sendiri Marinka sekolah sudah dimulai kembali dan aku tak mungkin membawa Tio," ujar Mario sambil menekan beberapa kalimat nya.

Marinka semakin tak nyaman. "Ahh aku harus bertanya pada Mas Darion dahulu," jawab Marinka sungkan karena sebenarnya ia malas sekali dititipi anak yang sudah menjahati anaknya.

"Tak perlu, aku sudah bilang padanya semalam, dan ia setuju," ujar Mario dengan cepat sebelah Marinka beranjak pergi.

Marinka terheran mendengar nya hampir tak mungkin suaminya itu menyetujui permintaan ayahnya tersebut apalagi setelah pertengkaran mereka beberapa waktu lalu.

Jadi dengan sedikit tak rela dia menganggukkan kepalanya.

"Bagus, ku harap kau menjaga cucu tersayang ku ini," Marinka sedikit merasakan sakit hati dan cemburu, karena ayah mertuanya begitu perhatian pada anak yang bukan cucu kandung pria tersebut.

"Tio kamu disini dulu yaa, jangan nakal," petuah Mario pada Tio sambil tersenyum lembut.

"Baik kakek, Tio akan berprilaku baik," jawab Tio dengan semangat.

Perhatian Mario kembali pada Marinka, pria tua itu menatap menantunya dengan tatapan tegas. "Jaga cucu ku, jika terluka kau tau akibatnya menantu."

Marinka mengangguk, mengiyakan namun dalam hatinya kini penuh dengan kebun binatang 'idih najis banget aki-aki bangkotan, dah bau tanah aja belagu amat si*lan. Sok banget anj*ng pen banget gue gebuk muka ngeselinnya, kalo bukan bapa mertua gue, dah gue mutilasi lo dasar aki-aki ba*i otak udang isinya t*ik semua!'

Namun, tentu saja itu hanya kalimat dalam hati yang tak terucap. Ia tak boleh berucap seperti takut kena ajab nyumpahin orang tua:)

Mario tak tahu isi hati menantunya yang ia tahu menantunya itu setuju dengan senang hati menjaga cucu tersayang nya.

Mario pun pergi, setelah berpamitan ala kadarnya.

"Mama mau kem-" pertanyaan itu terputus ketika bocah itu mendapatkan tatapan tajam dari wanita cantik dihadapannya.

"Saya bukan mama mu, stop calling me mama," ujar Marinka sinis, ia benar-benar tak menyukai bocah ini. Ketika berdekatan dengan bocah ini aura negatif serasa mengelilingi dirinya.

"Kau tunggu di ruang makan saya akan memasak untuk anak dan suami saya," ujar Marinka dingin kemudian langsung melenggang pergi tanpa menunggu respon Tio.

Tio yang diperlakukan seperti itu mengetatkan genggaman tangannya, sedikit air mata keluar dari ujung matanya. "Haha boleh juga." Gumamnya sambil menyeringai tetapi air mata berjatuhan mengaliri pipi tirusnya.

..................

"Bagus, jadi kali ini lelaki itu sendiri yaa?" Tanyanya sambil tersenyum main-main.

"Benar Tuan kali ini dia sendirian ditemani oleh kebencian dari keluarganya sendiri."

"Ohh bagus sekali, buat dia lebih lama pergi, kita harus bermain-main dulu kan. Tentu saja permainan itu baru dimulai Hahaha." Lelaki itu tertawa gila, tawanya tak terkendali seakan dirinya tak akan bisa tertawa lagi besok.

"Buat bocah itu mulai bergerak, tentu saja bidak yang lain akan maju untuk menghancurkan bentengnya secara perlahan, ternyata permainan gerilya ini begitu seru khehe." Sambil menyalakan pematik pada cerutu nya, dirinya menghisap cerutunya dengan hikmat kemudian melepaskannya ke udara.

"Sudah berapa tahun aku memainkan ini ckck?" Tanya nya pada dirinya sendiri sambil terkekeh sendu.

"Aku akan menghancurkan mu! Aku akan menghancurkan mu sialan, kan ku buat kau menderita secara perlahan Hahaha!" Lelaki itu benar-benar sudah gila, dimatanya kini dipenuhi oleh berbagai amarah berbentuk dendam kental yang sangat ingin ia balaskan.

..........

Di posisi seseorang sendiri kini telinga nya begitu berdengung.

"Aishh musuh yang mana lagi ini!"

..........

Darion melenguh ketika merasakan ada tangan kecil yang mencubit-cubit pipi tirusnya.

"Papa Ion bangunnn." Suara manis itu berterikan sambil meloncat-loncat di atas ranjang empuk tempat mereka tidur. "Bangun Papa Ion, papa ini kebo syekali huhh."

Bocah itu mendengus kesal karena sang papa tak bangun juga.

Dia duduk menghela nafas karena lelah melompat-lompat sejak tadi. Mata bulatnya menatap sang papa yang kebo sekali sangat susah dibangunkan.

Mata bocah itu sedikit menyipit menatap pada leher sang papa banyak sekali merah-merah berukuran besar, pikiran bocah itu langsung kalut.

"PAPA! LEHEL PAPA DIGIGIT NYAMUK PULBA!"

.
.
.
.
.

Tbc

HELLO GUYS KANGEN GAK SAMA LELE?

Agar bisa lanjut jangan pernah skip vote atau pun komen guys

See u next part guys paypay❤️

Baby Lele (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang