Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°•°
Marley, 844.
Satu tahun sudah berlalu. Waktu yang sangat cepat bagi Libertha. Serta kini juga, para bocah yang dulu dia jahili sudah menjadi para Pejuang. Terkecuali Porco.
Saat ini pun Bertha tengah melihat para Pejuang dalam wujud Titannya. Reiner sebagai Titan Zirah. Pieck sebagai Titan Pengangkut, Annie sebagai Titan Wanita, Marcel sebagai Titan Rahang dan Berthold sebagai Titan Kolosal.
"Para titan yang mengerikan." gumam Bertha. Bertha berbalik pergi, ia menuju tepi laut. Saat sudah sampai tujuan, pandangannya mengabur.
Tepi laut seperti ini adalah tempat kesukaan Bertha untuk kembali mengenang semuanya. Disaat tenang seperti ini juga perasaan mengganjal itu akan datang lagi.
Bertha menggigit bibirnya pelan dan menunduk. Ia menangis.
Titan.
Monster yang selalu menjadi musuh bagi tempat tinggalnya dulu. Serta kini dengan kurang ajarnya Libertha menjadi rekan dan sekutu para monster itu. Rasanya sakit sekali. Ia sama sekali tidak mengerti dengan jalan takdir.
Setahun lagi, tahun 845 akan menjadi kehancuran bagi dinding Maria. Marley berencana mengirim Titan Wanita, Zirah, Kolosal dan Rahang untuk menghancurkan gerbang Maria di Paradise. Perasaan sesak selalu menghampiri Libertha.
Paradise adalah tanah ia dibesarkan selama 15 tahun. Warga Paradise bukanlah iblis, mereka hanya manusia tanpa tahu apa-apa. Kenapa harus diperangi?
Wujudkan perdamaian!
Bebaskan subjek Ymir!
Ciptakan dunia penuh kebebasan!
Basmilah seluruh Titan!
Kau cahaya kami, harapan kami!
Semua mengandalkanmu, Peace!
Seruan-seruan itu melesat dalam kepala Bertha. Sudah seminggu ia terus memimpikan hal aneh dan datangnya sekilas ingatan yang aneh pula.
Karena hal itu, Libertha merasa ada yang aneh dengan dirinya sekarang.
Flashback on.
Bertha terbangun dengan napas terengah-engah. Keringat memenuhi pelipisnya. Mimpi aneh muncul saat ia tidur, seruan orang-orang yang aneh.
