xvii.

139 21 0
                                    

°•°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°

Lima jam sudah berlalu. Bertha
terbaring lemah didekat sebuah pohon. Ia menjauh—tidak ingin ditemukan Reiner. Hingga akhirnya terpaksa Reiner dan Berthold membawa Eren dan Titan Rahang tanpa Bertha.

Walau tidak terlalu parah, ia terkena dampak dari Titan Kolosal. Bertha menghela napasnya. Namun entah mengapa, luka-luka luarnya sembuh. Seperti Titan.

Bertha menggeleng pelan. Tidak mungkin. Bahkan ketika ia mencoba berkomunikasi dengan Peace, makhluk itu tidak muncul. Tidak ada Titan yang mendekati dirinya, Bertha tidak tahu alasannya.

Tidak lama, banyaknya langkah kaki kuda mengalihkan perhatian Bertha. Itu Erwin dan Polisi Militer—tanpa Grace. Mereka berkuda diatas dinding.

Merasa waktunya tepat, Bertha segera menutup tudungnya. Berlari dan mengarahkan Manuver kearah dinding. Ia menuju atas dinding tempat para Pasukan itu berada.

Para Pasukan Pengintai terlihat berbincang serius, mereka yang sebelumnya di dinding melihat pertarungan Reiner juga sudah siap memakai jubah.

Derap langkah kaki Bertha mengalihkan perhatian mereka. Sontak, seluruh prajurit menoleh kebelakang.

"KAU?!" Connie dan Mikasa berteriak, Hange yang baru saja sadar menautkan alisnya.

Sedangkan Erwin—Bertha berjalan didepan pria itu. Erwin menatapnya tajam, jujur saja. Bertha yakin Pasukan Pengintai sudah mencurigainya.

Bertha menghentikan langkahnya. Para prajurit terlihat mengeluarkan pedang mereka. Bersiap jika Bertha membahayakan.

Bertha menatap mereka intens dibalik tudungnya, dalam sekejap ia mengepalkan tangan kanannya di dada kiri. Itu adalah gerakan tangan "serahkan jantungmu."

Tidak lama, ia menurunkan tangannya dan menunduk.

"Maaf." ujaran singkatnya.

Para Pasukan terlihat semakin waspada. Bertha membuka tudungnya, dan seluruh orang terkejut.

"LIBERTHA?!" suara Hange yang paling lantang. Prajurit seperti Armin, Mikasa, Connie, Jean, Krista—Historia terlihat membelalak. Jelas saja, mereka mengenal Bertha sebagai kakak Reiner.

Sedangkan Erwin masih menatapnya dengan serius. "Aku sudah menduganya."

Bertha tetap pada ekspresi datarnya. "Aku minta maaf atas kekacauan yang selama ini kami perbuat. Namun, aku memutuskan untuk memihak kalian." ujar singkat Bertha. Ia bertekad untuk bersikap santai, Bertha takut jika rautnya memelas, mereka mungkin semakin membencinya.

Mikasa mendecih dan mengepalkan tangannya.

"KAU PIKIR SEMUA INI BISA DISELESAIKAN DENGAN UCAPAN MAAF?!" Bertha tetap tidak bergeming mendengar ucapan salah satu prajurit.

"Aku bisa memberikan informasi apapun yang kalian butuhkan. Atau apapun itu, nyawaku juga. Namun percayalah, kekuatanku akan sangat membantu." jelas Bertha.

ᴘᴇᴀᴄᴇ : ʟɪʙᴇʀᴛʜᴀ ᴅʜᴀʟɪꜱᴇ (ᴀᴏᴛ × ᴏᴄ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang