Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°•°
"BAGI ORANG PEREGU! UTAMAKAN MENGAMANKAN WARGA SIPIL!" teriakan Armin melengking. Dalam sekejap, para Kadet mulai berpencar.
Kini tersisa Libertha, Annie, Berthold, Reiner, Marco, Mikasa, Armin dan Eren.
Reiner berjalan mendekati Bertha, "Apa-apaan maksudmu, kak?!" jelas maksud Reiner adalah mengapa Libertha bergabung dengan mereka.
Annie melompat kebawah, tidak lama ia mengambil alat Manuver seorang Kadet yang sudah mati.
"Apa-apaan kau Annie?!" Eren terdengar marah, Annie tetap dalam eskpresi acuhnya. Ia memberi alat Manuver kepada Libertha.
Bertha tersenyum tipis, "kau memang sangat bisa diandalkan, Annie."
"Libertha pernah menjadi Kadet dengan peringkat teratas dulu. Jika dihitung, mungkin dulu ia seangkatan dengan para regu utama Pasukan Pengintai. Namun, Bertha memilih tidak menjadi prajurit." jelas Annie. Bertha, Reiner dan Berthold saja sampai melongo.
"Aku tidak tahu orang seperti Annie bisa memikirkan kebohongan selancar itu." batin Bertha. Yeah, apapun itu sepertinya omongan Annie berhasil membuat para anak-anak itu sedikit percaya.
"Annie benar sekali! Jadi aku akan membantu kalian. Tapi tolong rahasiakan ini ya? Aku malu sekali jika teman-temanku dulu mengetahui keadaanku sekarang." Bertha mengedipkan sebelah matanya dan langsung melesat.
"H-hey Reiner, kakakmu sungguh baik-baik saja?" suara Armin mengalihkan perhatian mereka.
Mereka melihat Bertha, dan dengan mudah ia memang bisa menebas tengkuk dua Titan sekaligus. Bahkan Reiner, Annie dan Berthold juga terkejut.
-----
Bertha melesat kesana-kemari, ia benar-benar terlihat handal memakai alat Manuver. Entahlah, Bertha hanya bergerak melalui instingnya.
Bermodalnya pedang irisan ini, ia melesat. Namun, pedang irisan di Manuver yang ia pakai sudah tumpul. Inilah mengapa Bertha lebih suka menembak dengan senapan anti-Titan.
Sebenarnya ia ingin menggunakan kekuatannya. Namun, hal itu jelas aneh jika dilihat.
Merasa wilayah Selatan sudah aman, para penduduk juga sudah di evakuasi, Bertha beranjak pergi menuju tempat para Kadet berada.
Namun, jumlah mereka benar-benar jauh berkurang dibanding yang tadi. Bahkan Bertha menautkan alisnya melihat anak berambut pirang—Armin menunduk dalam dengan wajah muram.
"Regu 34... Thomas Wagner, Nic Tius, Milius Zeramuski, Mina Carolina, Eren Jaeger.... Gugur dalam tugasnya." sahut anak berambut pirang—Armin dengan menangis. Bertha membulatkan matanya.
Eren mati katanya.
Tidak.
Bertha yakin dugaannya selama ini tidak pernah salah. Tidak mungkin kali ini ia salah. Ia berjalan cepat menuju Armin dan berjongkok.