Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°•°
Bertha segera turun dari kudanya, ber Manuver kearah sembarang pohon. Ia mengambil posisi yang mana Annie bisa melihatnya.
Titan Annie masih diam dengan melindungi tengkuknya. Bertha memberi isyarat padanya. Ia bermaksud agar Annie kabur dengan memanggil Titan liar.
Tangan Bertha terangkat satu, ia ayunkan dari belakang kedepan. Iris biru dari Titan Wanita menatap lekat isyarat yang diberikan Bertha. Merasa Annie paham, Bertha beralih mendekat pada bawah pohon tempat Levi dan Erwin berada.
"Akhirnya berhasil. Terimakasih sudah berjalan sejauh ini." ujar Erwin pada Levi.
"Jangan lupa, Titan ini bisa tertangkap karena perjuangan Pasukan Pelindung." ucap Levi. Suasana diantara mereka hening kembali.
"Namun, Erwin. Saat dalam perjalanan tadi, aku merasa sedang diikuti." ujar Levi setelahnya. Jujur saja, Bertha hanya sedikit kaget.
Ia sudah menduga bahwa Levi pasti menyadarinya, terutama saat di hutan ini. Namun, walaupun mengetahuinya, Levi tidak bisa untuk menangkap Bertha.
Karena pria itu harus melaksanakan tugas yang diberikan Erwin dengan baik. Karena itulah Bertha lebih memilih mengikuti Levi.
Tidak lama, Levi beranjak pergi menuju kepala Titan Annie. Pria itu mengucapkan kata-kata mengerikan yang mampu membuat Annie sedikit takut.
"Ini waktunya." batin Bertha. Ia berjalan menuju kudanya, membawa Jean sedikit jauh dari kerumunan.
Tanpa diduga oleh seluruh Pasukan, Titan Wanita yang mereka tangkap berteriak lantang. Awalnya, tidak terjadi apa-apa.
Hingga Mike menyium bau aneh, dan ia tersadar. Segerombolan Titan liar sedang berlari menuju kesini. Mendengar ucapan Mike, Erwin langsung memberi perintah mundur.
Serta benar saja, Titan tidak berakal berlari menuju Titan Wanita dan memakannya. Ditengah kericuhan, Bertha segera menunggang kuda dengan Annie yang sempat mengambil jubah Pengintai. Mereka berkuda dengan kecepatan tinggi, takut Pasukan Pengintai berhasil mengejar.
Ditengah perjalanan, Bertha berujar.
"Sudah cukup, Annie. Kita mundur. Jika kau masih bergerak sekarang, itu hanya sia-sia." Annie hanya diam dibelakangnya. Firasat Bertha sungguh tidak enak.
Hening. Setidaknya, mereka akan segera keluar jika tiba-tiba Annie tidak bersuara.
"Maaf, kak." usai mengucapkan itu, Annie melesat menggunakan Manuver. Bertha menghentikan kudanya. Rahangnya mengeras.
Inilah yang paling ia khawatirkan tentang Annie Leonhardt.
Ambisinya untuk pulang.
Bertha berbalik arah, kembali menunggang kudanya dengan kecepatan tinggi.