Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°•°
District Trost, Wall Rose, Paradise 849.
"SELAMAT KOMANDAN!!!"
"HIDUP BAHAGIA!!"
"BERSAMALAH SAMPAI TUA!"
Pekikan dan sorakan memenuhi aula ruangan di salah satu bangunan Distrik Trost. Seluruh orang bersorak ria, terutama Pasukan Pengintai dan Polisi Militer. Pasalnya, saat ini adalah pernikahan Komandan Pasukan Pengintai dan Kapten Divisi 8 dari Polisi Militer, Erwin Smith dan Grace Zackley.
Libertha tertawa kecil melihat seberapa semangatnya Grace saat disoraki oleh para bawahannya. Bertha juga senang melihat ekspresi Erwin yang sangat jarang diperlihatkannya—Erwin bahagia.
Tanpa terasa juga, sudah memasuki tahun 849. Waktunya tidak lama lagi. Erwin dan Grace memang menikah menjelang akhir tahun 849.
Perhatian Bertha teralih saat mendengar Grace meneriakkan keras namanya dan Hange. Grace sial, kini semua perhatian menuju Bertha.
"KEBAHAGIAAN INI JUGA KU DEDIKASIKAN UNTUK SAHABAT-SAHABATKU, LIBERTHA DAN HANGE!!" Grace berteriak lantang. Jika Hange tertawa keras mendengarnya, maka Bertha sibuk menutupi wajah. Ia malu sekali.
Akhirnya, Bertha dan Hange berjalan menuju altar. Mengucapkan kata-kata selamat atas pernikahan Grace dan Erwin.
"Kau kebal sekali memiliki istri seperti ini, Erwin." ucap Bertha.
Omong-omong, setidaknya hubungan Bertha dan Erwin tidak sekaku dulu. Bertha akhirnya tahu mengapa Grace mencintai Erwin, karena ia adalah Komandan, pria terbaik. Walau terkesan terlalu serius, Erwin adalah pria yang cukup menyenangkan untuk diajak mengobrol.
Mendengar ucapan Bertha, Erwin tersenyum pelan, "dia wanita yang menarik."
"Menarik gigimu, dia menyusahkan." suara lain mengintrupsi pembicaraan Bertha, jantungnya berdegup kencang.
"Kau sudah siap? Bisa menjauh? Aku juga ingin mengucapkan selamat." suara itu.. Suara yang selalu Bertha awasi.
"Yo Levi! Kau kasar sekali!" ucapan Grace semakin menyadarkan Bertha bahwa pria yang dibelakangnya saat ini adalah Levi.
Bertha menjauh. Hange dan Grace menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal melihat kepergian Bertha. Raut wajah Levi penuh kemalasan, sebelum matanya membulat saat melihat wajah Libertha.
Tunggu.
Wajah itu tidak asing.
"Siapa namanya?" tiba-tiba, Levi bertanya pada Erwin.
"Oh? Dia Liber—" ucapan Erwin terpotong oleh Grace.
"Katamu akan mengucapkan selamat. tetapi malah bertanya hal lain." Levi mendelikkan matanya mendengar ucapan Grace. Grace terkekeh kecil.