°•°
Libertha tidak lagi bekerja di Bar Linre. Kenyataan itu sudah cukup bagi Erwin dan yang lainnya—bahwa wanita itu komplotan Reiner.. Atau malah dalangnya?Keadaan Hange ataupun Grace sudah dipastikan tidak baik-baik saja. Mereka tidak menyangka. Usai itu, pencarian Libertha pun mulai dilakukan diam-diam oleh para Elite Pasukan Pengintai.
"Tapi aku yakin Bertha bukan Titan." ujar Hange. Saat ini ia, Erwin dan Levi sedang berdiskusi di ruangan sang Komandan.
"Aku tidak yakin, namun sejauh ini yang bergerak hanya Titan Wanita, Kolosal dan Zirah. Dari keterangan Armin, Libertha bahkan membantu mereka. Armin juga berkata bahwa kekhawatiran Reiner saat itu jelas bukan kebohongan." jelas Hange.
"Kalau begitu, saat ini kita anggap dia sebagai otak ataupun Kapten mereka." tukas Levi diangguki Erwin.
Pintu diketuk, Grace dan Linre masuk. Namun, Linre menunjukkan raut yang selama ini tidak diperlihatkannya—terkesan datar.
Levi menatap Linre. "Jadi, rahasia apa saja yang kau sembunyikan dimulut busukmu?"
"Tidak. Tidak ada. Aku tidak mengetahui apapun, dan tidak mengenal mereka kecuali Libertha." ujar Linre.
"Cih." Levi mendecih dan menarik kerah Linre. "Kau tahu? Aku sangat membenci pembohong sepertimu, lebih baik kau hidup bersama kotoran babi."
Grace hanya diam, dengan perutnya yang mulai membuncit. "Kau tahu, Levi? Libertha memang lahir dan tinggal disini." ucapan Grace membuat mereka bingung.
"Apa kau... Sungguh tidak mengenal Libertha?" tanya Grace pada Levi. Levi yang melihat itu menautkan alisnya. Levi memang merasa wanita itu mirip Alise namun.... Sontak, Levi membulatkan matanya.
"Awalnya, aku tidak mengira pria yang selalu dia ceritakan itu kau, sebelum aku memergokinya sering memperhatikanmu. Bertha bilang... Kalian teman masa kecil dibawah tanah. Kalian berdua dirawat seorang pria. Kenny? Atau siapalah itu." ujaran singkat Grace mampu membuat Levi merasa jantungnya berhenti berdetak.
Alise.
Flashback off.
"Saat ini, kami akan terlebih dahulu menyelamatkan Eren. Kami akan mengintrogasimu setelah semua selesai." Hange berkata pada Bertha dengan ekspresi yang sepenuhnya datar, tidak lama dalam keadaan lemah, wanita berkaca mata itu meminta peta pada Moblit.
"Dinding Maria itu dipenuhi Titan. Titan Zirah juga pasti kelelahan. Jika tebakanku benar, seharusnya mereka istirahat dan memulihkan tenaga di hutan pohon raksasa. Apalagi jika tujuan mereka memang adalah suatu tempat diluar dinding Maria." jelas Hange sembari menatap lekat Bertha.
"Kita harus bergegas." ujar Erwin.
"Yang benar saja. Aku mau diapakan?" cibir Bertha. Seluruh Pasukan menatapnya tajam, bulu kuduknya merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴘᴇᴀᴄᴇ : ʟɪʙᴇʀᴛʜᴀ ᴅʜᴀʟɪꜱᴇ (ᴀᴏᴛ × ᴏᴄ)
Random𝕬𝖓𝖆𝖐-𝖆𝖓𝖆𝖐 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖕𝖊𝖒𝖇𝖆𝖜𝖆 𝖐𝖊𝖉𝖆𝖒𝖆𝖎𝖆𝖓. -Victoria Fritz untuk Libertha Dhalise. @hajimeisayama