Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°•°
Paradise, 848.
Bertha menatap lekat seorang pria pendek berambut hitam yang jaraknya cukup jauh darinya, itu Levi Ackerman.
Sudah tiga tahun Bertha berada di Paradise dan ia tidak pernah ingin menjumpai Levi. Kerinduannya pada pria itu teramat sangat.
Terlihat, Levi menikmati membaca koran sembari meminum secangkir teh hitam. Bertha tersenyum ketika ia mengingat bahwa Levi masih saja menyukai teh hitam.
Tidak lama, seorang wanita berambut merah pendek mendatangi Levi. Mereka terlihat akrab, "apa itu kekasihnya?" gumam Bertha.
"Well, kukira dia tidak memiliki kekasih." Bertha berucap lirih, tatapannya menyendu dan wanita itu menunduk.
"Siapa yang tidak punya kekasih?" Bertha terjengkit kaget saat ada suara dibelakangnya.
"ASTAGA!" sadar berteriak, Bertha segera menutup mulutnya dengan mata yang membulat sempurna.
Grace memiringkan kepala sembari berkedip-kedip, "kau sedang apa mengendap-ngendap di balik pohon seperti ini? Aneh sekali."
Dalam detik itu juga, Bertha memukul belakang kepala Grace, "aw."
"Kau mengagetkanku, Grace!"
Grace menampilkan deretan gigi putihnya, setelah itu ia melihat arah pandangan Bertha tadi.
"OH ASTAGA!" kini gantian Grace yang mendekap mulutnya.
"Kau menyukai Levi ya!"
Wajah Libertha pias. Rasanya, hari-hari sudah tidak tenang semenjak bertemu dengan Grace Zackley.
Flasback on.
Empat hari setelah Bertha bekerja di Bar milik Linre, Linre kedatangan pelanggan wanita. Namun, yang membuat Bertha terkejut ialah paras Linre yang persis seperti wanita itu. Saat itulah Bertha mengetahui wanita berambut pirang pendek sebahu itu adalah kembaran Linre.
"Aku Grace. Grace Zackley."
Ternyata, Grace Zackley sendiri adalah tunangan dari Komandan Pasukan Pengintai, Erwin Smith yang mana mereka akan menikah pada tahun 849.
Grace juga salah satu Kapten di Polisi Militer. Cukup mengejutkan melihat adanya hubungan di antara Pasukan Pengintai dan Polisi Militer. Singkatnya, seperti itulah pertemuan pertama Libertha dengan Grace.
Sejak saat itu pula, Grace gemar mengunjungi Bertha dengan mulut cerewetnya itu. Grace berkata bahwa ia merasa dirinya dan Bertha sahabat karib yang sangat cocok. Bertha hampir muntah mendengarnya.
Walau begitu, sepertinya Grace benar. Karena sialnya, Grace satu-satunya teman wanita sebayanya selain Hange.