Saat Adnan di perusahaannya, pria itu langsung menghadiri rapat dengan beberapa orang penting guna peningkatan mutu perusahaan. Mereka yang hadir adalah kolega bisnis Adnan yang sudah bersama dengan perusahaan pria itu saat masih di pegang oleh sang ayah.
"Sudah dua tahun perusahaan ini kamu pegang, tapi sayang tidak ada perubahan yang signifikan," cerca salah satu kolega bisnis Ayahnya Adnan yang memang selalu mencari masalah dengan pria itu.
Adnan yang duduk di ujung meja rapat tersenyum simpul saat mendengar cercaan tersebut. Dia sudah kenyang jika semua cercaan itu adalah makanan. "Kalau memang menurut anda perusahaan ini tidak berubah, kenapa anda tidak mencabut saham anda saja?"
Adnan menantang pria paruh baya bernama Laga tersebut, dia sudah tau bagaimana Laga jika berurusan dengan bisnis, tetapi berusaha untuk tetap merahasiakannya.
Laga yang sebelumnya enggan menatap Adnan langsung menoleh dengan salah satu alisnya yang terangkat. "Kamu menantang saya?"
"Iya."
Jawaban singkat Adnan layangkan karena ingin menyelesaikan pertengkaran yang tidak ada habisnya itu. Pikirannya sudah dipenuhi dengan banyak hal dan Laga tiba-tiba menambah beban hidupnya.
Melihat tidak ada reaksi pada Laga juga beberapa orang penting lainnya, Adnan bangkit dari duduknya dan menahan tubuhnya dengan kedua tangan yang dia taruh di atas meja seakan ingin menerkam orang-orang di hadapannya.
"Jangan kalian pikir saya takut pada kalian. Saya memang jauh lebih muda dari kalian, tapi saya punya kekuasaan lebih tinggi."
Setelah memberi ancaman, Adnan keluar dari ruang rapat bersama kedua sekretarisnya. Fani dan juga Abay. Kedua orang itu terlihat saling memandang setelah keluar dari ruang rapat.
Di belakang Adnan, keduanya terus mengikuti atasannya tersebut sampai ke depan pintu ruangannya.
Langkah kaki Adnan terhenti di depan pintu ruangannya dan perlahan membalik sempurna tubuhnya. "Beri saya istirahat 10 menit sebelum agenda selanjutnya, jangan ganggu saya sampai waktu istirahat saya selesai."
Peringatan tersebut membuat Feni dan Abay mengangguk patuh. Setelah Adnan masuk ke dalam ruangannya, kedua sekretarisnya itu langsung berbincang. "Tumben banget, Pak Bos begitu," ucap Feni sembari berjalan menuju mejanya.
"Iya, aku aja kaget ngeliatnya."
Kedua sekretaris Adnan itu kemudian duduk di meja mereka masing-masing. Sebelum sibuk dengan aktivitas lain, keduanya kompak menyalakan alarm untuk menghitung waktu istirahat Adnan.
Di sisi lain, Adnan yang baru saja masuk ke dalam ruangannya langsung membuka jas yang sebelumnya dia gunakan dan menaruhnya di atas sandaran sofa yang biasa digunakan untuk menerima tamu.
Langkah pria itu membawanya ke arah dinding yang sepenuhnya berbahan baku kaca.
Sembari menatap keluar, tangan Adnan merogoh kantung celananya dan mengeluarkan ponsel dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diuji Sikap Si Istri Kecil
Romance-Naskah FTV Series 3.0- Seperti ucapan orang kebanyakan tentang masa awal pernikahan, begitulah kehidupan pernikahan Adnan dan Qila. Setiap hari ada saja hal yang membuat keduanya bertengkar dan saling mendiamkan. Ditambah lagi, sikap kekanakan Qila...