Dengan tangan mengait, Qila mengantar Adnan pergi bekerja sampai di depan pintu rumah mereka. Di sana, keduanya tampak asyik melempar senyuman manis sebelum akhirnya sang pria menempelkan bibirnya ke dahi Qila sebagai bukti besarnya rasa cinta Adnan kepada istrinya itu.
"Baik-baik ya di rumah, saya nggak mau denger berita buruk lagi menimpa kamu."
Qila tertawa kecil menanggapi ucapan suaminya, dia tau betul jika Adnan mengkhawatirkannya. "Iya, Mas. Tenang aja."
"Ya sudah, saya pergi bekerja dulu ya. Kalau kamu perlu apa-apa langsung hubungi saya atau beritahu Sela."
"Siap!" jawab Qila dengan semangat sembari meluruskan tubuhnya.
Adnan mengulur tangannya dan mengelus pelan kepala Qila. "Saya pergi ya."
"Iya, Mas."
Langkah pelan Adnan, membawa pria itu sampai di dalam mobil. Sebelum benar-benar pergi, pria itu sempat melambaikan tangan ke arah Qila yang langsung ikut melakukan hal yang sama.
"Hati-hati, Mas!" pekik Qila mengiringi kepergian suaminya.
Begitu asyik memperhatikan mobil sang suami, Qila tanpa sadar berdiri cukup lama di depan rumahnya dan membuat penjaganya sedikit khawatir.
"Mbak."
Panggilan pelan Sela pada Qila berhasil membuat istri bosnya itu terkejut, perempuan berumur 17 tahun itu langsung menoleh dengan alis terangkat. "Kenapa?"
"Harusnya saya yang nanya, Mbak. Mbak kenapa?" tanya balik Sela yang langsung membuat Qila menggeleng pelan karena dia tidak merasa ada yang aneh dengan dirinya.
"Aku kenapa? Aku nggak pa-pa kok."
Sela terdiam sesaat sembari memperhatikan tubuh Qila dari atas hingga bawah. Memang tidak ada yang salah dengan istri bosnya itu sehingga dia memutuskan untuk melupakan perasaan anehnya. "Ya sudah Mbak memang tidak ada apa-apa. Mari kita ke dalam."
Tanpa penolakan, Qila melangkahkan dirinya masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang keluarga. Di sana, Qila langsung duduk di sofa dan menyalakan televisi untuk menghibur dirinya.
Jari Qila berkali-kali menekan remot yang dia pegang, menurutnya tidak ada tayangan yang menarik dan membuatnya sedikit frustasi. "Ih, kok nggak ada yang seru sih!"
Qila membanting remot yang dia pegang ke atas sofa. Hal itu membuat Sela dan Rina yang berada di belakangnya sangat terkejut. "Mbak, sabar Mbak."
Wajah Qila menoleh untuk menatap sosok yang baru saja mengeluarkan suaranya. "Emang aku nggak boleh marah?" tanyanya dan Sela juga Rina spontan menggelengkan kepala mereka. "Kalau boleh, kenapa kalian nahan aku?"
Rina dan Sela saling bertatapan bingung untuk menjawab Qila.
"Ah, kalian nggak asyik. Mending aku masuk kamar."
Lagi-lagi Qila lari dari kedua penjaganya dengan masuk ke dalam kamar yang menjadi satu-satunya tempat kedua penjaganya tidak bisa masuk.
Di dalam sana, Qila merebahkan tubuhnya sembari asyik memainkan ponsel.
Setelah lebih dari dua jam, Qila tanpa sadar tertidur dengan tangan yang masih menggenggam ponselnya.
Tak lama setelah Qila terlelap, ponselnya bergetar di tangannya dan membuat perempuan itu terbangun. Dengan mata sendu, Qila memperhatikan layar ponselnya dan setelah menemukan nama sang suami di sana, Qila mengangkat telepon tersebut.
"Halo, Sayang," sapa Adnan setelah panggilan teleponnya di angkat.
Qila yang masih merasa kantuk kembali merebahkan tubuhnya. "Iya, Mas. Ada apa?" tanya Qila dengan mata yang kembali tertutup.
"Kamu lagi ngapain?"
"Aku tadi tidur, Mas."
"Loh, kamu baru bangun tidur? Mas ganggu dong?" tanya Adnan dengan rasa bersalah. Dia tidak tau jika istrinya tengah tidur saat dia menelepon.
"Nggak pa-pa kok, Mas. Kan udah terlanjur juga," balas Qila dengan lembut. Hal itu tentu membuat perasaan Adnan membaik.
"Maaf ya, sayang."
Qila tersenyum kecil menanggapi ucapan Adnan. Dia yakin jika suaminya tengah memasang wajah sedih di tempat kerjanya. "Udah, Mas. Nggak usah minta maaf. Sekarang mending Mas jelasin, kenapa Mas nelepon aku?"
Pertanyaan Qila menyentil ingatan Adnan yang tiba-tiba menghilang. "Oh iya, hampir lupa. Jadi begini, nanti malam saya ada undangan dan saya mau pergi ke sana sama kamu."
"Undangan apa, Mas?"
Tentu Qila harus tau acara apa yang nanti akan dia dan suaminya hadiri sehingga bisa menyesuaikan pakaiannya nanti.
"Undangan ulang tahun perusahaan kolega saya."
Mendengar jawaban Adnan, Qila jadi bersemangat dan langsung mengganti posisinya. Matanya pun sudah terbuka lebar walau beberapa kali masih menguap. "Oh gitu, jadi aku perlu pakai apa?"
"Nggak perlu pusing, saya sudah siapkan semuanya. Baju sebentar lagi sampai begitu pula dengan Periasnya."
"Hah! Kok cepet banget? Emangnya acaranya jam berapa?"
"Jam lima sore nanti."
"Masih lama, Mas. Kenapa harus sekarang make up-nya?" tanya Qila lagi karena waktu baru menunjukkan pukul satu siang.
"Nggak pa-pa sayang, saya mau kamu mendapatkan hasil yang maksimal. Jadi kalau memang makeup tersebut kurang cocok sama kamu, kamu bisa minta dia untuk melakukannya dari awal lagi."
Mata Qila membulat sempurna saat mendengar ucapan Adnan, dia merasa suaminya benar-benar gila sekarang. "Apaan sih, Mas. Itu namanya ngerepotin!"
"Nggak pa-pa. Toh, saya bayar dia buat ngelakuin hal itu."
Qila menghela napasnya setelah mendengar ucapan sang suami. Dia mengaku menyerah daripada harus kembali bertengkar karena masih cukup lelah. "Ya sudah kalau gitu. Terserah, Mas aja."
"Nah gitu dong. Mungkin setengah jam lagi mereka datang. Nanti saya suruh Sela dan Rina untuk mengurus mereka."
"Iya, Mas."
Tanpa sadar, Qila menggelengkan kepalanya setelah panggilan telepon tersebut berakhir.
Sembari menunggu orang suruhan Adnan datang, Qila memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Dia perlu membersihkan tubuhnya sebelum melakukan riasan pada wajah.
Qila merasa cukup segar setelah membersihkan tubuhnya dan saat keluar dari kamar mandi, dia mendengar suara seseorang yang tengah memanggil namanya.
"Mbak, Mbak Qila," panggil orang itu yang Qila yakini adalah Sela karena suaranya yang khas.
"Iya, sebentar."
Qila bergegas pergi menuju pintu kamarnya dan membukanya pelan. Hanya sekitar lima centimeter pintu itu terbuka untuk membuatnya dapat berkomunikasi dengan orang di luar sana.
"Iya, kenapa Mbak?" tanya Qila setelah melihat Sela berdiri di depan kamarnya.
"Itu, suruhan Pak Adnan sudah datang. Mereka ada di ruang keluarga."
Qila mengangguk pelan saat mendengar ucapan Sela. "Oh, udah datang ya? Sebentar ya, aku ganti baju dulu."
"Iya, Mbak. Silakan."
Setelah menutup kembali pintu kamarnya, Qila bergegas untuk mengenakan pakaian. Dia takut membuat orang suruhan Adnan menunggu lama.
Dengan baju rumahannya, Qila berjalan menuju ruang keluarga dan dari kejauhan dia bisa melihat ada beberapa orang di sana. Astaga kenapa bajunya sebanyak ini?
Qila amat terkejut saat melihat ada sebuah rak khusus dengan lebih dari 10 gaun yang bergantung di sana. Dia tidak percaya jika orang suruhan Adnan membawa semua itu. "Ini semua kalian bawa?" tanya Qila dan semuanya serempak menganggukkan kepalanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Diuji Sikap Si Istri Kecil
Romance-Naskah FTV Series 3.0- Seperti ucapan orang kebanyakan tentang masa awal pernikahan, begitulah kehidupan pernikahan Adnan dan Qila. Setiap hari ada saja hal yang membuat keduanya bertengkar dan saling mendiamkan. Ditambah lagi, sikap kekanakan Qila...