12

5 0 0
                                    

Setelah sekian lama, rumah tempat tinggal Adnan dan Qila akhirnya terasa hidup. Kedatangan para perias dan pemilik gaun yang akan Qila gunakan berhasil membuat rumah mereka begitu ramai dengan suara bising yang mereka lakukan.

"Kayanya ini bagus deh buat badan Mbak," ucap pemilik gaun sembari mengangkat gaun berwarna biru tua dengan taburan mutiara di bagian dadanya.

Gaun yang sengaja ditempelkan ke badan Qila itu langsung menyita perhatian perempuan berusia 17 tahun itu. Namun, karena modelnya yang sedikit terbuka membuat Qila enggan untuk menggunakannya. "Nggak deh, Mbak. Aku nggak pengen yang terbuka begitu."

Pemilik baju bernama Azza menganggukkan kepalanya paham dan kembali memilah baju yang sesuai di badan Qila.

"Bagaimana kalau yang ini?" Azza kembali dengan gaun putih pendek dengan bahan satin. Namun, pada bagian atasnya tertutup.

Mata Qila mulai memperhatikan baju yang ditawarkan. Lalu setelah berpikir cukup lama, perempuan itu kembali menggelengkan kepalanya. "Warnanya kecerahan. Kan acaranya malem."

Azza kembali menjauh dari Qila dan mencari baju baju yang sesuai untuk pelanggannya itu.

Setelah cukup lama, Azza kembali datang dengan sebuah gaun berwarna merah maron.

Qila terpaku dengan gaun yang ditawarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Qila terpaku dengan gaun yang ditawarkan. Semua sesuai dengan keinginan perempuan itu, tertutup, tidak terlalu pendek dan juga tidak berwarna cerah. "Aku mau yang itu."

Qila amat bersemangat untuk menggunakan gaun berwarna maron tersebut. Dia bahkan sudah bersiap membuka pakaiannya. Namun, Azza melarangnya. "Eh, mau ngapain Mbak?"

"Mau buka baju," jawab Qila dengan polosnya dan Azza tertawa pelan saat mendengar jawaban perempuan itu.

"Ganti bajunya nanti ya, sekarang Mbak make up dulu."

Azza menarik tangan Qila untuk mengikutinya. Perempuan itu cukup terkejut karena para perias sudah siap dengan alat tempurnya.

Qila duduk santai di atas sofa dan para perias memulai tugasnya.

Entah apa yang dilakukan para perias pada wajar Qila sampai-sampai setelah hampir satu jam pekerjaan mereka belum selesai dan Qila sudah merasa kantuk. Dia beberapa kali menguap dengan mata sedikit berair.

"Kalau ngantuk tidur aja, Mbak. Nanti kalau sudah selesai kita bangunin," ujar salah satu perias dan Qila langsung memejamkan matanya tanpa berpikir panjang.

Suara ketukan sepatu yang semakin dekat membuat para perias menghentikan kegiatannya. Mereka kompak menatap ke arah yang sama dimana seorang pria tampak memperhatikan mereka.

"Beliau adalah suami Mbak Qila, Mas Adnan," jelas pembantu di rumah tersebut pada para perias yang langsung menganggukan kepalanya.

"Silakan dilanjut," ucap Adnan seakan tau apa yang dipikirkan pada perias tersebut.

Adnan kembali melangkahkan kakinya mendekat ke arah Qila dan memperhatikan istrinya itu sejenak.

"Sebentar lagi selesai, Pak," ucap salah satu perias dan Adnan menganggukkan kepalanya pelan.

Pria itu kembali melangkah menuju lantai dua rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya dengan Qila.

Saat masuk, Adnan langsung menuju kamar mandi dan membuka seluruh pakaiannya di dalam sana. Dia harus segera membersihkan tubuhnya dan kembali turun ke lantai satu untuk menemani sang istri.

Dengan rambut yang masih sedikit basah, Adnan turun dari lantai dua rumahnya menuju dapur untuk mengambil minuman. Dari kejauhan dia bisa melihat istrinya masih dirias dan sudut bibirnya terangkat saat mengingat bagaimana wajah manis istrinya sekarang setelah riasannya mulai rampung.

Segelas air dingin Adnan habiskan dalam sekejap karena ingin cepat-cepat menemui istrinya. Namun sampai di sana, Qila masih tertidur nyenyak dengan para perias yang masih sibuk dengan wajahnya.

"Masih lama?" tanya Adnan setelah datang tiba-tiba dan mengagetkan para perias istrinya.

"Sebentar lagi selesai kok, Pak. Tinggal nyemprotin setting spray."

Adnan mengangguk pelan walau tak sepenuhnya paham. Lalu, saat akan menjauh dia melihat Qila membuka matanya.

"Mas udah balik?" tanya Qila dengan mata kantuknya dan Adnan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Belum selesai ya, Mbak?" tanya Qila lagi. Namun kali ini, dia tujukan kepada para perias.

"Sudah kok, Mbak. Tinggal semprotin setting spray."

Sama seperti Adnan, Qila menganggukkan kepalanya dan mengikuti apa yang para perias perintahkan yaitu menutup mata. Setelah mendapat beberapa kali semprotan, Qila akhirnya boleh membuka matanya.

"Riasannya sudah selesai ya. Gimana Mbak? Ada yang mau ditambahin nggak?"

Salah satu perias membawa cermin yang cukup besar untuk Qila. Di sana, Qila bisa melihat bias wajahnya yang begitu berbeda dari biasanya. "Ih, cantik banget!" ucap Qila dengan semangat.

Untuk pertama kalinya, Qila mendapat riasan yang sangat cantik untuk wajahnya. Dulu saat menikah, dia hanya mendapat riasan ringan karena tidak ada resepsi untuk pernikahannya dengan Adnan.

Di tengah kesibukan Qila memperhatikan wajahnya dan Adnan yang terus memperhatikan istrinya. Tiba-tiba salah satu orang di ruang keluarga itu membuka suaranya dan menyita perhatian.

"Sekarang, Mbak Qila bisa ganti baju ya. Mas Adnan juga, bajunya sudah kami sediakan."

Qila bangun dari tempat duduknya dan Adnan juga melakukan hal yang sama. Keduanya pergi ke arah yang berlawanan dan setelah selesai berganti baju, keduanya kembali ke tempat semula.

Bak sinetron. Keduanya melangkah pelan dan bertemu di tengah-tengah. Adnan terpaku melihat Qila dan begitupun sebaliknya. "Cantik," bisik Adnan yang membuat istrinya tersipu malu.

"Mari kami foto dulu."

Suara yang tiba-tiba muncul itu membuat Adnan dan Qila menoleh. Di hadapan mereka sudah ada seorang pria dengan kamera besar di tangannya. "Tolong merapat ya," ucapnya lagi.

Keduanya tampak malu saat berdekatan dan satu foto kemudian mereka ambil dengan sempurna.

"Bisa lebih mesra lagi?" tanya fotografer dan tangan Adnan perlahan melingkar di pinggang istrinya.

Qila yang terkejut langsung menoleh ke arah Adnan dan keduanya tertangkap saling bertatapan.

"Tahan, tahan. Satu, dua, tiga."

Kilatan cahaya menjadi pertanda gambar yang diambil oleh fotografer telah selesai. Namun, karena suasana yang tiba-tiba berubah Adnan dan Qila semakin terlihat mesra.

Semua orang yang ada di rumah mereka tampak salah tingkah, sembari sesekali curi pandang memperhatikan sepasang suami istri itu.

Suasana hangat yang dibangun Adnan dan Qila kembali hancur karena sopir yang akan membawa keduanya datang. "Maaf, Bu, Pak. Sudah waktunya kita pergi."

Perlahan Adnan menoleh, menatap sopir pribadinya dan mengangguk pelan. Setelah sopir bernama Hasan itu pergi, Adnan menggenggam tangan Qila dan keduanya melangkah keluar dari rumah mereka.

Sesampai di mobil, Adnan membukakan pintu untuk mempersilahkan istrinya masuk dan mendapatkan perlakuan manis dari suaminya, Qila kembali tersipu malu.

Setelah Qila masuk, Adnan berjalan menuju pintu lainnya dan masuk dari sana.

Tak lama kemudian, mobil yang dikemudikan Hassan bergerak menjauh dari rumah Adnan dan Qila.

Selama perjalanan, Adnan dan Qila membisu. Namun, tangan keduanya terus saling menggenggam. Itulah hal yang amat disukai Qila, suaminya mampu membuatnya jatuh hati berkali-kali.

***

Diuji Sikap Si Istri KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang