9

5 1 0
                                    

Cita rasa sup buatan Diva begitu membekas di benak Qila dan membuatnya ingin sang suami juga ikut merasakan sehingga perempuan itu memutuskan untuk pergi ke kantor milik Adnan tanpa memberi tahu suaminya itu.

Semua mata kini tertuju pada Qila yang baru saja masuk ke dalam bangunan 10 lantai yang dimiliki suaminya. Dengan di dampingi Sela, Qila berjalan santai menuju lift dan berakhir di depan sebuah pintu bertuliskan 'Direktur Utama'.

Karena niatnya memberi kejutan, Qila langsung membuka pintu ruangan Adnan dan terkejutnya dia saat menemukan sang suami dengan seorang perempuan berpakaian minim.

Mata Adnan membulat sempurna saat melihat Qila yang cukup jauh dari jangkauannya. Qila.

Dengan sedikit kasar, Adnan menjauhkan tubuh perempuan di hadapannya dan berjalan menuju Qila yang malah ikut mendekat ke arahnya.

Adnan pikir, Qila akan berjalan ke arahnya, tetapi perempuan itu malah mengabaikannya dan terus berjalan hingga menuju perempuan berpakaian minim yang menjadi tujuannya. "Siapa kamu!"

Qila menunjuk perempuan di hadapannya saat bertanya dan perempuan itu langsung menjauhkan jari Qila. Tangan panjangnya terlipat dengan tubuh yang sengaja di sandarkan pada meja kerja Adnan. "Kalau kamu mau tau siapa saya, kamu tanya aja sama suami kamu."

Mengikuti arah tatapan perempuan di hadapannya, pandangan Qila sampai pada sang suami yang terlihat begitu kaku tanpa berani mengeluarkan sepatah katapun.

"Kenapa? Kamu takut ngasih tau istri kamu kalau aku mantan kamu?"

Pertanyaan baru terlontar dari perempuan yang Qila sendiri tidak tau namanya. Sembari menekankan nada suaranya, Qila ikut bertanya. "Jadi bener, dia mantan kamu?"

Perlahan kepala Adnan mengangguk pelan dan perempuan di sisi Qila tersenyum dengan rasa bangga, tetapi setelah kembali beradu pandangan, Qila mengangkat alisnya seakan meremehkan perempuan di hadapannya.

"Buat apa kamu ke sini lagi? Hubungan kalian udah selesai."

"Selesai?" tanya perempuan itu dengan alis terangkat.

"Kenapa? Kamu nggak terima setelah putus sama suami saya?"

Pertanyaan yang Qila lontarkan membuat perempuan di hadapannya tertawa geli padahal mereka tidak sedang bercanda sehingga membuat Qila kembali membuka suaranya.

"Kalau memang kamu nggak ada urusan sama suami saya. Lebih baik kamu keluar sekarang."

Perintah Qila membuat raut wajah perempuan di hadapannya berubah. Dengan sedikit pelan, perempuan itu mendekat ke arah Qila dan mengangkat dagunya sehingga tatapan mereka sejajar.

"Anak kecil aja belagu!" ucapnya dengan penuh penekanan.

"Anak kecil ini suaminya Adnan asal kamu tau." Qila bergegas mendekat ke arah Adnan dan mengangkat tangan suaminya itu. "Tuh, kamu lihat. Cincin pernikahan kami. Harusnya kamu sadar diri posisi kamu di sini sebagai apa."

Sikap keras kepala Qila kembali muncul setelah lama menghilang. Adnan yang ada di sisinya kemudian tersenyum bangga dan membuat perempuan di hadapannya kesal.

"Kenapa masih di sini?" tanya Qila dengan salah satu alis terangkat. "Mau keluar sendiri? Atau aku panggilan sekuriti? Sekuriti di sini bisa gendong kamu loh sampe bawah."

Ucapan santai Qila membuat mantan Adnan menghentakkan kakinya dan bergegas keluar dari ruangan yang cukup besar itu.

Setelah yakin mantan Adnan itu keluar, Qila menghela napas dan berjalan menuju sofa. Dengan sedikit kasar, Qila menghempaskan tubuhnya pada sofa empuk yang sepertinya begitu nyaman.

Adnan yang masih berdiri hanya tersenyum kecil melihat sikap istrinya dan perlahan mendekat. "Hebat banget istri saya, bisa buat perempuan gila itu pergi."

Qila menoleh ke arah sang suami yang sudah duduk di sisinya. Dahi perempuan itu mengerut bingung, menuntut penjelasan. "Maksudnya?"

"Iya, dia mantan saya yang terlalu posesif. Saya bahkan pernah bertengkar dengannya dan nyaris memasukkan dia ke penjara."

"Kenapa? Emangnya dia ngapain kamu?"

"Kalau bisa membunuh, sepertinya dia akan lakukan itu."

Qila bergidik ngeri mendengar jawaban sang suami. Melihat hal itu, Adnan langsung merangkulnya sembari mengecup kepala sang istri dengan pelan. "Makasih ya sayang."

Walau sedikit bingung dengan perubahan sikap Adnan, tetapi pria itu tetap bersyukur karena sang istri dapat membantunya di beberapa situasi.

Setelah cukup bermesra-mesraan, mata Qila menangkap makanan yang dia bawa dan langsung menegakkan tubuhnya. "Eh, Mas. Itu aku bawain sup dari rumah."

Adnan mengikuti arah pandang Qila dan keduanya kemudian sibuk membuka makanan yang Qila bawa juga menyantapnya bersama.

Sembari bercerita, mereka menghabiskan makanan yang Qila bawa dan Adnan yang harus kembali bekerja meninggalkan sang istri di dalam ruangannya. "Beneran nggak pa-pa kan, aku ninggalin kamu?" tanya Adnan untuk kesekian kalinya padahal Qila sudah menjawab dengan tegas apa yang dia inginkan.

"Iya, kenapa sih kamu?"

Qila yang tengah sibuk menonton serial drama di komputer Adnan begitu terganggu oleh sang suami yang tak kunjung beranjak dari tempatnya. "Gini aja deh, kalau kamu takut aku kenapa-kenapa. Kamu suruh aja bawahan kamu nemenin aku."

Ide yang Qila berikan membuat Adnan tersenyum bahagia. Dia berjalan keluar dari ruangan dan bertemu dengan sekretarisnya untuk memintanya menjaga Qila. "Bisa kan kamu jaga Qila. Pokoknya kalau ada apa-apa, langsung hubungin saya."

"Siap, Pak."

Suara pintu tertutup membuat Qila mengalihkan pandangannya, Feni yang baru saja mendekat ikut menonton apa yang terputar di layar komputer bosnya.

"Itu bukannya serial berjudul 'you' ya, mbak?" tanya Feni membuka pembicaraan dan Qila menganggukkan kepalanya dengan antusias.

"Kamu tau juga?"

"Tau dong!" jawab Feni dengan semangat.

"Ya udah sini duduk bareng aku. Kita nonton bareng."

Keduanya terlihat seperti saudara ketika fokus menonton bersama, bahkan mereka juga beberapa kali ikut terbawa suasana kadang menangis atau bahkan tertawa.

Setelah cukup lama, Qila dan Feni menyelesaikan empat episode serial 'you'

Sayangnya, setelah lebih dari empat jam berlalu. Adnan tak kunjung kembali dan membuat Qila bosan. Mata perempuan itu melirik ke arah Feni yang terlihat sibuk mengetik sesuatu di ponselnya dan beberapa saat kemudian, tatapan keduanya saling beradu.

"Kenapa? Kamu ada urusan?" tanya Qila seakan tau apa yang Feni pikirkan dan perempuan itu langsung mengangguk pelan.

"Ya udah, kamu pergi aja. Aku nggak pa-pa kok sendirian."

Walau agak berat, Qila tetap mengucapkannya karena tau jika Feni memiliki sesuatu yang perlu dia lakukan dan sekarang mereka tidak tau akan melakukan apa.

"Kalau gitu saya tinggal sebentar ya, saya janji secepatnya akan kembali."

"Iya, iya. Nggak pa-pa kok. Pergi sana," ucap Qila dengan gerakan mengusir dan Feni meninggalkannya sendirian.

Merasa kursi kerja Adnan melelahkan, Qila beranjak dari sana dan pergi ke sofa. Tubuh kecilnya berbaring di sana sembari asyik memainkan ponsel dan perlahan tertidur pulas.

Setelah beberapa saat, pintu ruangan Adnan terbuka dan pemiliknya langsung masuk. Wajahnya sedikit panik ketika tidak melihat sosok sang istri yang ternyata tengah tidur di atas sofa.

Senyum tipisnya terlukis setelah melihat wajah damai Qila yang tertidur dengan posisi ke kanan menghadap punggung sofa. Lucu banget sih.

***

Diuji Sikap Si Istri KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang