SEMESTA-15

19 5 1
                                    

15. Bintang ditangan

"By the way Eca nitip salam buat lo," kata Semesta.

Mendengar nama kucing itu disebut, Luna langsung sumringah. "Apa?" tanyanya dengan semangat.

"Meong, meong meong!" Semesta menirukan suara kucing hingga terdengar tawa dari Luna.

"Artinya apa?" tanya Luna masih dengan tawanya.

"Luna cantik, nggak boleh sedih-sedih, ya?" jawab Semesta.

Luna langsung mematung, mencengkram erat sisi kaos oversize berwarna putih yang ia kenakan menikmati sensasi menggelitik pada perutnya seolah ada ribuan kupu-kupu yang siap membawa Luna terbang detik ini juga.

"Sana tidur," perintah Semesta.

"Terus lo?" tanya Luna.

"Gue disini dulu. Temenin lo sampe tidur. Tutup jendelanya, nanti gue nyanyiin nina bobo buat lo."

Dan entah kenapa, Luna menurut. Ia menutup jendelanya setelah menatap Semesta selama beberapa detik. Cewek itu berbaring di kasurnya. "Katanya mau nanyiin gue nina bobo?"

"Oh iya." Semesta berdeham sebelum akhirnya ia menyanyikan lagu pengantar tidur untuk Luna. "Luna bobo, oh Luna bobo, kalau tidak bobo digigit Rembo ...."

Kembali Luna tertawa. "Rembo siapa?"

"Ayamnya Calvin. Lain kali gue kenalin lo sama Rembo. Sekarang tidur, ya? Besok sekolah, good night princess."

Luna mematikan handphonenya dengan refleks lalu melemparnya ke sisi kasur. Cewek itu membulatkan matanya sempurna.

"Gila! Semesta gila!" makinya tertahan.

Semesta sudah gila. Cowok itu terlalu banyak menghadirkan kupu-kupu pada perut Luna. Bukannya tertidur, Luna masih terjaga bahkan ketika telinganya menangkap suara motor Semesta yang sudah melaju meninggalkan rumahnya.

•Semesta•

Semesta duduk bersama keempat sahabatnya di kantin Bi Neneng. Ia tidak berniat untuk makan bersama mereka kali ini, melainkan membungkus makanannya untuk ia bawa ke kelas. Untuk Luna makan karena Semesta tahu, cewek itu pasti tidak akan mau menginjakkan kakinya ke kantin sekolah hanya untuk mengisi perutnya.

Bi Neneng membawa nampan berisi matcha cake pesanan Semesta. "Kenapa atuh Den Semesta kuenya teh dibungkus? Emang nggak mau makan disini bareng-bareng?"

"Dia mau makan bareng 'temen' nya, Bi. Semesta sekarang punya temen baru," jawab Jevan menggoda cowok yang sedang menyeruput jus jeruk sambil menekan kata 'teman' yang ia maksud Luna.

"Temen nanti taunya demen, Bi," imbuh Calvin dengan nada berbisik.

Bi Neneng tersenyum ditempatnya. "Ooo ceritanya teh lagi PDKT sama neng geulis yang dulu dibawa kesini?"

Gara menjentikkan jarinya. "Seratus buat Bibi," katanya sambil menyeruput kopi hitamnya.

"Sampe Semesta jadian, gue mau minta PJ. Nggak banyak, sih, gue pengen Rubicon aja lima," kata Jevan.

Calvin mengangguk menyetujui. "Gue juga mau minta PJ deh, minta biaya spa Rembo sebulan penuh sama Semesta."

"Enteng banget mulut lo pada ngomong," cibir Semesta sambil melempar Jevan dan Calvin dengan kulit kuaci.

Setelah membayar pesanannya, Semesta kemudian berpamitan dengan sahabatnya. Ia melangkahkan kakinya keluar kantin lalu menyusuri koridor kelas hingga ia sampai pada kelasnya. Saat Semesta sudah berdiri di samping Luna yang tengah duduk sambil membaca novelnya, Semesta mengetuk meja cewek itu hingga Luna baru tersadar akan kehadirannya.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang