SEMESTA-01

44 9 0
                                    

1. Luna si cewek nolep

"Kaluna Amora, panggil Luna aja."

Seluruh mata penghuni kelas XI IPA 3 SMA Rajawali tertuju pada cewek yang diketahui murid baru di kelas mereka. Luna namanya.

Cewek berperawakan tinggi dengan surai hitam kecoklatan dan kulit putih itu mampu menghipnotis para kaum Adam di kelas barunya. Jika ditanya cantik atau tidak? Jawabannya sangat jelas!

Luna sangat cantik. Saking cantiknya hingga membuat seorang Semesta Adelio Zayden yang duduk di bangku paling depan tidak berkedip jika saja Jevan — sahabatnya tidak menepuk pundaknya dengan sedikit keras dengan mulut menganga dan mata yang masih tertuju pada Luna.

"Cantik banget buset!" kata Jevan dengan suara tertahan, kalau ia sedang berada di ruangan terbuka dan sendirian, rasanya Jevan ingin memekik sekencang-kencangnya.

Luna melangkah menuju tempat duduknya yang berada di pojok kanan paling belakang. Meski terlihat cantik, tatapan mata cewek itu terlihat dingin dengan raut muka datarnya.

"Cantik, 'kan, Ta?" tanya Jevan pada Semesta yang duduk di depannya. Semesta mengangkat bahu acuh mengabaikan pertanyaan cowok itu.

"Yeeuu! ditanya malah diem ae," cibir Jevan sedikit jengkel. Semesta adalah manusia yang paling tidak asik kalau soal perempuan.

Dalam sejarahnya, Semesta belum pernah sama sekali berpacaran walaupun banyak yang menyukainya. Cowok berparas tampan anak tunggal kaya raya yang hampir mendekati kata sempurna.

Hanya, tidak banyak yang mengetahui kehidupan Semesta yang sebenarnya.

Cowok itu sempat melirik kearah Luna lalu mengalihkan pandangannya lagi. Ya, menurutnya Luna cantik seperti perempuan pada umumnya. Tidak ada yang spesial menurut cowok itu.

"Luna," panggil Bu Hanum — wali kelas mereka yang tadi mengantar Luna ke kelas— hingga membuat Luna mendongak.

Bu Hanum tersenyum hangat. "Ibu harap kamu bisa dengan mudah mendapatkan teman disini." Luna mengangguk dengan kaku. Bu Hanum tahu kalau Luna itu tipe cewek pendiam. Bahkan dari penjelasan orang tua Luna beberapa hari lalu, cewek itu tidak mempunyai teman dari masa SD nya. Luna lebih senang menyendiri, entah apa alasan dibalik itu.

Semesta menyeringai tipis. Cowok itu bisa menangkap maksud dari perkataan Bu Hanum tadi. Cewek nolep ternyata, batinnya di dalam hati.

•Semesta•

Setelah hampir empat jam berkutat dengan alat tulis dan otak, bel istirahat berbunyi di segala penjuru sekolah membuat hampir seluruh murid menghela nafas dengan perasaan lega. Kelas XI IPA 3 hampir kosong dengan penghuninya yang memutuskan ke kantin untuk mengisi perut.

Sama halnya seperti Jevan dan Semesta. Dua cowok itu akan pergi ke kantin untuk menemui sahabatnya yang lain. Jevan merangkul pundak Semesta yang sialnya lebih tinggi darinya.

Kelas mereka hampir kosong, menyisakan Jevan, Semesta dan ... Luna. Cewek itu tidak terlihat akan pergi ke kantin dan malah menyumpal telinganya dengan earphone yang telah dialiri oleh musik dari handphone nya. Mata cewek itu memandang ke arah jendela yang menghadap ke lapangan utama karena kelas mereka berada di lantai dua.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang