10. Luna juga punya luka
Hati Semesta terasa menghangat melihat pemandangan di depannya. Luna, cewek itu, sedang duduk sambil memangku bayi. Sejenak, Semesta terpaku melihat senyuman tipis cewek itu. Walaupun tidak jelas, Luna terlihat cantik.
"Gue juga mau gendong!" kata Semesta membuat Luna melunturkan senyumnya.
"Rusuh," dengus Luna.
Semesta menunjukkan cengirannya. Cowok itu menggendong bayi yang tadi berada di pangkuan Luna. "Fotoin, dong, Lun. Mau gue post di Instagram," titah Semesta.
"Caper?" sinis Luna.
"Bukan mau caper, cuma mau post aja biar dikira suami idaman. Emang bener, 'kan?" jelas Semesta dengan muka tengilnya.
"Sama aja," tukas Luna, merotasikan bola matanya. "Mana sini hape lo,"
"Pake hape lo dulu, ya? Hape gue ada di kantong, susah nih," katanya dengan cengiran.
Kembali Luna merotasikan bola matanya. Cewek itu mengambil benda pipih yang ada di saku rok abu-abunya. Memposisikan badan dengan benar agar jepretannya terlihat bagus.
"Pfftt, muka lo jelek banget," ledek Luna menahan tawa.
"Coba liat!" Semesta merebut handphonenya. Cowok itu mengerutkan kening. "Cakep banget buset dah gue,"
"Ntar kirim ke wa gue."
"Nyuruh mulu," desis Luna kesal.
Semesta tertawa. Cowok itu duduk di atas lantai dengan bayi yang masih ada di gendongannya. Entah ada angin apa, Luna juga ikut duduk. Matanya menatap bayi yang tampak excited setiap kali ada yang mengunjungi Panti Asuhan ini. Padahal, bayi-bayi disini hanya ingin bermain, merasakan pelukan dan di gendong.
"Mereka kalau malam gimana, ya?" tanya Luna bermonolog.
Semesta mendongak, menatap cewek itu yang tampak sedang berpikir. "Dingin, nggak ada yang peluk," jawab cowok itu.
"Darimana lo tau?" Luna kembali bertanya dengan penasaran. Ia menggeser tubuh agar lebih dekat dengan cowok itu, supaya bisa membelai pipi tembam bayi yang ada dipangkuan Semesta.
"Tentu gue tau. Bayi-bayi disini bukan cuma satu atau dua, ada banyak. Sementara petugas yang rawat anak-anak sama bayi disini cuma sedikit, bahkan nggak mencapai angka sepuluh. Gimana mereka mau kelonin mereka satu-satu?"
Luna mengangguk. Perkataan Semesta memang benar, membuat Luna merasa iba. Bagaimana anak sekecil ini merasakan malam-malam yang dingin tanpa adanya pelukan dari seseorang? Dulu, saat Mamanya masih ada, hampir tiap malam Luna tidak pernah absen untuk minta dipeluk, diusap rambutnya, sambil dibacakan dongeng oleh Mamanya atau bahkan bisa dengan Papanya. Tapi itu dulu.
Sekarang, Luna terbiasa sendiri. Apapun sendiri, termasuk memeluk lukanya sendirian.
"Kenapa, ya, ada orang yang tega tinggalin anaknya?" tanya cewek itu lagi.
Semesta terdiam. Cowok itu bingung harus menjawab apa tentang pertanyaan cewek itu. Terlebih, bibirnya terasa kelu untuk mengucapkan satu kata pun.
"Semua orang pasti punya alasan, Luna," final Semesta.
•Semesta•
Sore ini, sepertinya Luna kembali harus bertemu dengan masalah baru. Saat cewek itu mau mengambil nasi serta lauk, Naya dengan sengaja menabrak piring kaca itu hingga isinya jatuh ke lantai dan berceceran.
"ASTAGAAA!" Lengkingan itu jelas ingin membuat gendang telinga Luna pecah. Raisa, perempuan itu datang dengan muka yang memerah menahan kesal pada anak tirinya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA
Novela Juvenil"Antara luka dan kita." Terkenal sebagai wakil ketua geng motor yang terkenal kejam dan kasar. Tapi, kebanyakan orang tidak tahu akan sisi malaikat seorang Semesta Adelio Zayden. Cowok misterius yang selalu memendam semuanya sendirian. Hanya orang t...