SEMESTA-14

19 5 0
                                    

"Jika mampu ku menjelajahi langit, 'kan ku petik pelangi tuk warnai harimu. Jangan khawatir, masih ada aku."

RAISA ANGGRAINI—


14. I'm here, to be an ear for all your problems

Semesta bangun dari tidurnya. Ia tersentak kaget kala melihat bahwa ia berada di atas kasur, karena seingatnya ia tertidur diatas meja belajar dengan pekerjaan Seno yang belum ia selesaikan.

Saat melihat jam, Semesta lebih terkejut. Kurang dari tiga puluh menit lagi ia akan terlambat. Kenop pintu kamar cowok itu terbuka menampakkan Seno dengan pakaian kantornya. Seno mendekat membuat Semesta menatapnya dengan takut. Ini masih pagi untuk sebuah amarah atau pukulan.

"Mandi, Papa antar ke sekolah," kata Seno.

Semesta mengerjapkan matanya cepat. Apa ia masih tertidur lelap dan bermimpi indah?

"Cepat."

Suara berat Seno memecah lamunan cowok itu. Ia segera melangkahkan kakinya dengan tergesa hingga menabrak nakas. Semesta menunjukkan cengirannya ketika Seno hanya menghembuskan nafasnya lalu keluar dari kamar anaknya.

Semesta menutup pintu kamar mandi dengan handuk yang tersampir dipundaknya. Ia mengucek matanya sambil menepuk pipinya dengan agak kuat, masih ragu dengan kenyataan ini. Cowok itu meringis ketika tepukannya terasa sakit, lalu berseru di dalam kamar mandi sambil menyalakan shower.

"Gue mau diantar sama Papa!" serunya dibawah guyuran shower sambil tertawa lepas.

Bahagia Semesta sesederhana itu.

•Semesta•

Mobil putih Seno berhenti di depan gerbang SMA Rajawali, bersamaan dengan mobil yang tampak tidak asing menurut Semesta. Jendela mobil itu terbuka, menampakkan Liam yang menatap Seno dengan senyuman miringnya.

"Long time no see, Seno!" sapanya. Pria itu turun dari mobil bersamaan dengan Luna sementara Naya duduk di dalam mobil.

Liam menepuk pundak Seno tapi dengan cepat pria itu menepisnya. Liam mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi mengejek. Ada aura permusuhan yang sangat kentara antara mereka berdua. Liam melirik Semesta yang berdiri di samping Seno.

"Anakmu?" tanya Liam yang tidak sama sekali Seno jawab.

Liam menggelengkan kepalanya. Punggungnya ia sandarkan pada mobilnya. "Pantas. Nggak anak nggak orang tua, semuanya sama. Sama-sama nggak tau diri,"

"Apa yang Anda bicarakan?" sahut Seno dengan rahang yang mulai mengeras.

Liam menatap remeh pada lawan bicaranya. "Dia—" jari telunjuknya tertuju pada Semesta. "Dia berani-beraninya menjemput anak saya," sambungnya menatap Luna yang balik menatapnya tak suka.

"Dia pikir dia siapa? Anak kamu itu ... Sama seperti kamu, Seno, nggak tau diri."

"JAGA BICARA ANDA, SIALAN!" Seno mencengkram erat kerah jas yang dikenakan oleh Liam.

Melihat keributan, kedua satpam yang ada disana langsung melerai mereka. Liam menepis tangan Seno lalu masuk ke dalam mobilnya. Mobil hitam itu melaju meninggalkan area sekolah.

Seno menatap kepergian Liam dengan dada yang bergemuruh emosi. Matanya menatap Luna yang masih mematung dengan tajam. Lalu beralih pada Semesta.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang