SEMESTA-18

21 2 1
                                    

"Perempuan itu mahal, harus dijaga sebaik-baiknya. Mereka tidak bisa diremehkan, karena perempuan adalah permata, sangat berharga."

18. Sejarah elang bermata biru dan  memakai mahkota

Pintu utama markas Helios terbuka, menampakkan Gara, Jevan, Calvin, El dan satu orang lagi, Devan. Mereka mencari keberadaan Semesta hingga akhirnya ditemukan di halaman belakang, tepatnya di tempat mereka berlatih bela diri.

Devan melemparkan jaketnya tepat ke wajah Semesta, hingga semua atensi terarah pada mereka berlima. Semesta mengumpat sementara Devan terkekeh. Semesta dan beberapa anggotanya yang lain bangkit berdiri menyambut kedatangan ketua Helios angkatan 11 sekaligus anak dari pendiri Helios itu. Devan menjabat tangan Semesta lalu melakukan tos ala lelaki.

"Good job, Ta. Gue akui lo hebat dalam hal apapun dan tadi lo bener-bener bikin gue tercengang. Kabar tentang markas The Devils yang kebakaran bikin gue syok, dan tambah syok lagi saat gue tau yang bakar markas mereka itu lo," puji Devan sambil menepuk pundak Semesta beberapa kali.

"Thanks, Dev. Ini juga berkat bantuan anak-anak yang lain," kata Semesta merendah, menunjuk barisan cowok yang berada dibelakangnya.

"Kenapa lo nggak ngajak gue?!" damprat Gara sambil bersedekap dada, matanya menyorot tajam penuh intimidasi meminta penjelasan dari sahabatnya itu.

"Gue nggak sempat hubungi, lo, Gar," kilah Semesta.

"Apa alasan lo nekad lakuin itu sendirian sebagai pemimpin? Gue rasa kalau cuma buat hubungi kita, lo mampu," imbuh El dengan nada menyelidik, tatapan dingin cowok itu lebih menyeramkan dari tatapan Gara seolah-olah El tahu jawaban Semesta tadi bukan jawaban yang sebenarnya.

Semesta memalingkan wajah menghindari tatapan El. "Apa gue harus diam aja saat ada orang yang berani nyakitin seseorang yang selama ini gue berusaha jagain dia supaya dia nggak sakit?"

"Maksud lo?" tanya Jevan tidak mengerti.

Semesta tidak menjawab, ia mengeluarkan handphonenya dari saku celana lalu membuka room chat nya, menunjukkan pesan dari Selatan tadi siang.

"Luna?" cengo Jevan. Satu detik kemudian, semuanya bersorak heboh.

"Gue kira lo beneran homo, Ta, tadinya gue mau kirim lo ke Thailand," kelakar Devan meninju pelan bahu Semesta.

"Lo kali yang homo. Udah sesepuh masih ngejomblo," ledek Semesta.

"Tapi perlakuan gue tadi bukan semata soal perlakuan Selatan ke Luna. Tapi gue mau balasin dendam Helios dengan cara ngelakuin hal yang pernah The Devils lakuin ke Helios. Itu tujuan utamanya," jelas Semesta dengan tegas.

Gara mendekat, lalu menepuk pundak Semesta berkali-kali. Mengulas senyumnya. "Nggak salah gue pilih lo sebagai partner gue. Thanks, lo hebat banget tadi. Buat yang lain juga, lo pada udah jauh lebih keren."

"Nanti malam kumpul di rumah Gara, kita party bareng. Bakal ada bokap gue juga sekalian reuni," kata Devan menginterupsi.

Semuanya bersorak heboh, kecuali Semesta. Ia terdiam, masih memikirkan akan kemana dirinya malam ini. Tentu saja, pulang ke rumahnya.

•Semesta•

Rumah megah Gara tampak ramai dengan jejeran motor besar yang memenuhi halaman luasnya. Ruang tamu rumahnya penuh dengan seluruh anggota Helios angkatan sekarang, angkatan 12. Pintu utama rumah Gara menampakkan seorang pria tinggi dengan mata biru, dia Jonathan Marchelino, partner Sera yang membantunya mendirikan Helios saat mereka duduk di bangku SMA.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang