SEMESTA-03

25 8 3
                                    

3. Siapa Bumi?

Sungkem dulu sama waketu kita 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungkem dulu sama waketu kita 💋

Semesta•

Semesta beranjak dari duduknya. Ia melirik ke arah arlojinya yang menunjukkan pukul sembilan lebih. Cowok itu harus cepat pulang ke rumah apalagi ia belum sama sekali mengganti seragam sekolah dan langsung pergi ke markas.

"Gar, gue pulang duluan, ya?" pamitnya menatap pada Gara. Fokus Gara yang sedari tadi menatap benda pipih yang ia pegang teralihkan dengan senyum misterius.

"Awas bonyok, Ta."

Semesta memutar matanya malas. Ia sudah tentu paham dengan arah bicara Gara. Tapi, babak belur bukanlah hal yang asing bagi Semesta.

Kaki cowok itu melangkah menuju luar ruangan. Semesta menaiki kuda besinya lalu melajukan motornya menuju arah pulang. Semesta bisa merasakan hawa dingin yang menusuk kulit. Cowok itu menambah kecepatan motornya, ia ingin segera sampai ke rumah dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dan ia teringat dengan anaknya yang ia tinggalkan dari pagi.

Matanya memicing kala melihat seorang perempuan dengan kepala yang ditutupi hoodie hitam tengah melintas menyebrangi jalan sementara ia berjarak tak jauh darinya dengan kecepatan motor yang tinggi.

Semesta mengerem motornya dengan mendadak, membanting motornya hingga ia tergelincir dan berujung jatuh ke aspal. Cowok itu sempat menggulingkan badan sehingga luka yang ia terima tak cukup parah.

"Shit!" Semesta mengumpat seraya bangkit berdiri. Cewek yang menghalangi jalannya tadi reflek berlari ke arahnya dengan raut muka panik.

"Maaf! Maafin gue, gue gak sengaja! Sumpah!"

"Lo, ya, bangs—" Umpatan Semesta terhenti ketika ia melihat siapa yang membuat dirinya celaka.

Mulut Luna terbuka. Ia mengenal Semesta, tentu. Ia mengenal wajah cowok itu, wajah yang tadi siang ia temui di kelasnya.

"Anjing lecet!"

Lamunan Luna buyar. Ada dua orang pria yang membantu mengangkat motor besar Semesta. Celana abu-abu yang cowok itu pakai terlihat robek di bagian lutut dan siku yang mengeluarkan darah.

"A-apanya yang lecet?" Luna bertanya dengan nada terbata.

Semesta melirik cewek itu. Rasa geramnya semakin membara. Namun, sedetik kemudian rautnya berubah memelas. "Motor gue ...," lirihnya.

Tanpa sadar, Luna menarik lengan Semesta untuk duduk di kursi tempat pedagang nasgor yang niatnya dari tadi ia tuju untuk mengisi perutnya yang semakin keroncongan.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang