SEMESTA-17

20 1 0
                                    

17. Si sayap kiri Helios

"Hai."

Luna mendongak, menatap tubuh jangkung seorang cowok yang tampak tersenyum manis kearahnya. Cowok berlesung pipi dengan jaket kulit hitam berlambang tengkorak, dengan nama The Devils di bagian punggung.

Luna bangkit dari duduknya, berniat menghindari cowok yang tidak ia kenali. Namun, cekalan pada tangannya menghentikan langkah Luna. Luna menghentakkan tangannya dengan kasar hingga cekalan itu terlepas.

"Wah ... Ganas juga, ya, lo," kelakar cowok itu, Selatan, dengan kekehannya.

"Stres," hardik Luna lalu kembali melangkah. Terdengar suara motor dari belakang, Selatan naik dengan motor besarnya lalu menyamai laju motornya dengan langkah Luna.

"Hei, jangan jutek gitu dong, mukanya. Cantiknya jadi ketutupan, tuh," goda Selatan.

Luna menggertakan giginya dengan tangan yang terkepal. Cewek itu semakin mempercepat langkahnya, tapi Selatan menyusulnya.

"Lo keliatan deket banget sama Semesta, si wakil ketua geng sampah itu," cibir Selatan.

"Gue yakin dia juga sama sampahnya, kan? Kok cewek secantik lo mau-mau aja, sih, sama dia? Dia itu cuma orang sok jago, bocah problematik, sampah—"

"Tutup mulut sialan lo, bangsat!" potong Luna sudah tidak tertahan. Mata cewek itu menajam, menghunus Selatan yang tampak puas karena berhasil memancing emosi Luna.

"Aduh, ada yang ngambek nih cowoknya dikatain!" Selatan tertawa diakhir kalimatnya. "Jangan-jangan lo pernah diapa-apain sama dia, ya? Kalo iya sih, bener-bener kelakuan sampahnya. Helios itu banyak pencitraan, contoh kayak Semesta deh. Keliatannya anak baik-baik eh taunya bejat,"

BUGH!

Luna melayangkan satu bogeman mentah tepat di rahang tegas Selatan. Ia tidak suka saat Semesta dikatai, walaupun ia tidak terlalu dekat dengan cowok itu. Tapi melihat bagaimana cara lembut Semesta memperlakukannya, sudah cukup bagi Luna menilai bahwa Semesta adalah anak baik.

"Sekali lagi gue peringatin, jaga mulut lo yang sampah itu atau—"

"Atau apa?" Selatan mematikan motornya lalu turun. Menatap Luna sambil bersedekap dada.

"Atau lo bakal ngadu sama Semesta dan geng sampahnya?"

"Lo yang sampah, anjing!"

Selatan tampak tercengang. Wajah datar yang kentara akan emosi cewek di depannya ini semakin membuat semangatnya membara untuk lebih gencar memancing emosi Luna.

Luna melengos pergi, tapi dengan cepat Selatan menendang betis Luna hingga membuat ia tersungkur ke depan. Selatan menghampiri Luna yang menatapnya penuh aura permusuhan.

"Hei, kita belum selesai," kata Selatan dengan senyuman manisnya.

"Apa mau lo sebenernya?" tanya Luna jengah, bangkit berdiri sambil menepuk roknya yang kotor terkena tanah. Lutut cewek itu mengeluarkan darah dengan betis yang lebam akibat tendangan dari Selatan.

"Mau gue?" Selatan balik bertanya. "Gue mau lo,"

"Gila!" maki Luna.

PLAK!

Selatan menampar pipi Luna hingga kepala Luna menoleh ke samping. Luna memejamkan matanya. Tamparan Papa lebih sakit daripada ini, batinnya. Lalu, ia mendongak menatap Selatan yang juga tengah menatapnya remeh.

"Sampah teriak sampah. Bahkan kelakuan lo lebih dari sampah. Menjijikkan," hina Luna. Ia tidak pergi, Luna lebih memilih meladeni cowok gila yang ada di hadapannya, mengikuti alur permainannya.

SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang