SEMESTA-07

22 5 0
                                    

"Kalau dunia jahat sama kamu. Kamu jangan jahat-jahat sama diri kamu sendiri." —Semesta Adelio Zayden.

7. Abang, Semesta rindu

Luna buru-buru membuka jendela kamarnya dan terlihatlah Semesta yang duduk di atas motor dengan cengiran khasnya. Luna semakin sebal. Semesta telah mengacaukan acara galaunya.

"Ngapain?" tanya cewek itu pada telepon yang masih tersambung diantara keduanya.

"Nganter makanan buat lo," jawab Semesta dengan nada riang, mengangkat plastik putih berisi nasi goreng yang ia dan Luna beli dimalam itu.

Luna diam-diam tersenyum tipis, sangat tipis hingga tak terlihat seperti sedang tersenyum. "Gimana caranya lo bisa kasih makanan itu ke gue?"

Semesta terdiam. Cowok itu memutar otak, memikirkan cara untuk mengantarkan nasi goreng itu pada kamar Luna yang ada di lantai dua. Matanya berbinar kala melihat bambu yang cukup tinggi yang menyender di pohon mangga milik tetangga Luna. Perumahan milik Luna berada di pinggir jalan kecil yang merupakan jalan untuk menuju perumahan yang berada di belakang. Semesta sengaja memarkirkan motornya di jalan kecil itu agar keluarga Luna tidak mengetahui keberadaannya.

"Bentar," ucap Semesta lalu mematikan sambungan teleponnya. Cowok itu memasukan hp nya ke saku celana lantas menuruni motor. Semesta berjalan ke arah pohon mangga itu yang beruntungnya berada diluar pagar perumahan. Cowok itu menurunkan bambunya lalu melihat ujung bambu itu yang tampak sedikit terbelah, sepertinya bambu itu dipergunakan untuk memetik buah mangga.

Sementara diatas sana Luna memperhatikan seksama dengan wajah datarnya dimana Semesta mengaitkan kantong plastik yang ia bawa pada ujung bambu yang terbelah itu. Setelahnya, cowok itu mendirikan kembali bambunya lalu berusaha mengarahkan ujung bambu yang telah ia kaitkan dengan makanannya pada Luna.

"Tangkap!" titah Semesta dengan usahanya menyeimbangkan tinggi bambu itu agar bisa mencapai jendela Luna.

Begitupun dengan Luna yang berusaha untuk menggapai ujung bambu. Hap! Luna berhasil memegang ujung bambunya lalu mengambil plastik putih itu. Semesta tersenyum lega lalu menyenderkan kembali bambu tadi ke tempat asalnya.

"Dimakan, ya," ucapnya sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Luna mengangguk. Matanya menatap secara intens ketika Semesta kembali menaiki motor besarnya lalu memakai helm full face. Semesta membuka kaca helmnya, melambaikan tangan pada Luna seraya tersenyum manis hingga kedua matanya menyipit walaupun ia merasakan perih di sudut bibirnya yang robek.

"Dadah!" pamit Semesta. Motor besar cowok itu mulai menjauh dari rumah Luna. Namun, cewek itu masih mematung sambil menggenggam plastik yang berisi makanan dari Semesta.

Merasakan hawa dingin semakin menusuk kulitnya yang saat itu hanya mengenakan kaos hitam polos berlengan pendek dengan setelan celana training senada, Luna menutup jendela kamarnya. Cewek itu duduk di kursi, menaruh plastik putih tadi di atas meja belajarnya lalu membukanya. Terlihat seporsi nasi goreng dibungkus dengan mika yang terasa masih panas. Seketika, perutnya bergemuruh ketika hidung cewek itu mengendus aroma lezat dari nasi gorengnya.

Buru-buru Luna mengeluarkan makanan itu, tapi matanya tertuju pada secarik kertas yang jatuh dari plastik tadi. Rasa lapar Luna sepertinya kalah dengan rasa penasarannya. Akhirnya karena jiwa keponya meronta-ronta, Luna memilih untuk membuka surat itu terlebih dahulu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang