18- Kamu Yang Membuatku Tersesat

4.1K 519 1.7K
                                    

"Aku ingin mengulang semua tentang kita, aku ingin jatuh cinta seperti ini untuk pertama kalinya."

Cakra tidak berbohong perihal ia masih mencintai Luna. Perasaan yang ada di hatinya memang kerap ditutup-tutupi, namun Cakralah yang lebih tahu apa maunya, apa yang ia cari. Saat ia ingin sekadar sembuh, ia juga tidak berbohong.

Memulai hubungan baru dengan cinta yang belum tuntas seperti merangkai serpihan kaca yang telah pecah, memang tak akan utuh dan indah, namun Cakra pastikan akan menjaganya untuk bertahan lama. Sebab katanya kenangan tak bisa dicari pada tempat dan orang berbeda, sedangkan Cakra telah mengumpulkan banyak kenangan-kenangan indah bersama Luna di masa kecil.

"Uncle, gitar Kak Luna kenapa?" Suara Miko terdengar dari radius dua meter. Seorang anak yang sejak beberapa menit sibuk menatap ikan peliharaan kini beralih pada benda tak jauh dari meja, teronggok menyedihkan.

"Kok tau ini gitar Kak Luna?" tanya Cakra heran. Habisnya, Miko bukan tipekal anak yang cukup menempel dengan gadis bernama Luna. Juga ..., ada banyak gitar di tempat ini, Miko tak akan bisa menghapal siapa saja pemiliknya.

Oh, kecuali milik ayahnya. Dia pasti kenal sekali dengan gitar akustik berwarna coklat yang dipenuhi coretan tanda tangan.

"Ini, ada stiker yang pernah aku kasih ke Kak Luna." Miko menunjuk permukaan gitar di mana stiker bergambar koboi tertempel di sana. "Talinya lepas semua, nggak bisa dipakai lagi ya?"

"Bisa, ini makanya uncle perbaiki."

Meski tidak memiliki bakat sama sekali dalam bidang service barang, Cakra ingin mencobanya. Gitar tua ini menemani Luna sangat lama, pasti ada banyak kenangan yang tersimpan. Samahalnya Cakra yang menyimpan Luna dalam hatinya, gadis itu juga pasti menyimpan suka duka dengan gitar ini.

Permukaan gitar tak ada kerusakan fatal, hanya sedikit pecah di sekitar body, juga senarnya yang lepas berantakan. Sambil menonton tutorial di ponselnya, Cakra masih sibuk mengurus senar-senar gitar itu agar terpasang kembali.

Hanya ada dirinya dan Miko di tempat ini, duduk bersama di tempat duduk biasa, tepat di sisi teras restoran Rumah Haikara. Satu-satunya teman yang Cakra miliki pun mulai sibuk kembali dengan ikan-ikan kecil di toples kaca, hening tercipta tanpa aba-aba.

"Gitarnya kenapa, Kra?" Ada yang bertanya lagi, seseorang muncul tanpa ia duga-duga. Saat Cakra mendongak, seorang perempuan berambut pendek menatap ke arahnya dengan alis bertaut heran. Tubuhnya masih sama kurusnya dari terakhir kali Cakra melihat sosoknya. Meski kini rambutnya sedikit memanjang, entah perasaan Cakra atau memang helaiannya mulai tipis seiring berjalannya waktu. "Rusak?"

"Iya, punya Luna. Sama siapa ke sini?"

Harusnya Cakra tak perlu bertanya karena jawabannya sudah jelas. Dengan siapa lagi Misselian pergi jika bukan dengan Narda, kekasihnya. Ah, tapi Narda bilang mereka tidak menjalin hubungan. Atau- seseorang yang katanya ingin berkomitmen? Terserahlah, Cakra cukup menyebut mereka pasangan saja, terserah bagaimana hubungan mereka.

"Sagara."

Cakra yang awalnya ingin kembali sibuk dengan senar gitar akhirnya urungkan niat dan kembali mendongak. Jadi Missel datang tidak bersama Narda?

Melihat raut kebingungan itu, Missel duduk di bangku kosong yang tersedia dan menghadap Cakra. Entah di mana seseorang yang gadis itu maksud. Sagara, tidak kelihatan batang hidungnya.

"Narda masih ada rapat di kantor, jadi aku ke sini sama Sagara. Besok aku mau balik ke Jepang dan kayanya bakal menetap di sana sama Mama."

"Pindah?" Cakra benar-benar melupakan pekerjaannya saat mendengar penuturan Misselian. Seketika ia teringat Narda, sungguh malang nasibnya, tak mudah menjalin rasa dengan jarak antar negara begini. "Kenapa? Sagara kan kerjaannya di sini."

4. Menembus Cakrawala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang