CHAPTER 7 : The Sea and Sky are Witnesses

1.9K 151 12
                                    

...


“Sayang, tunggu disini sebentar ya.. Aku mau membeli es kelapa muda untuk kita,”kata Net pada James sang kekasih yang duduk disamping-nya.

Mereka berdua tengah duduk manis diatas putih-nya pasir pantai.

Berjarak satu senti menter dari bibir pantai, hingga sesekali sapuan air laut itu mengenai kedua kaki mereka.

“Um! Oke Phi.. Aku akan menunggu,”

“Ingat.. Kalau mau bermain jangan jauh-jauh!”peringat Net, sebelum beranjak berlalu dari sana.

“Phi Neeeeet..! Aku bukan anak kecil,”

James merengek dengan pekikkan-nya.

Net yang sudah berlalu itu menoleh, kekehan ringan itu keluar dari bilah bibir-nya.

“Ya, kau memang bukan anak kecil sayang, tapi bayi besar-ku,”goda-nya, kemudian berlari menuju penjual kelapa muda.

Sebelum James sang kekasih melempar-nya dengan batu kecil didepan-nya.

“Haish.. Aku gemas sekali sampai ingin mencubit-nya!”dumel James, lalu meraih batu kecil didepan-nya, melempar-nya kuat kearah air laut.

Pluk!

“Aku mohon.. Jangan kambuh lagi oke?”kata James tiba-tiba.

“Aku janji akan tetap tenang, agar Susu tidak sering-sering muncul,”

Pluk!

Melempar-kan batu kecil yang kedua, James tersenyum tipis.

Tatapan-nya lurus kedepan, pada luas-nya laut yang tak memiliki ujung.

“Dan aku juga tidak ingin dianggap memiliki kelainan oleh Phi Net.. Jadi jangan sering-sering kambuh ya? Dan aku juga yakin.. Kalau itu adalah kali terakhir Phi Net berbuat seperti itu..”

“Lagi-pula aku mulai menyadari, kalau itu juga tidak sepenuh-nya salah Phi Net, itu juga kesalahan-ku, yang tidak meminta izin terlebih dahulu pada-nya, Phi Net hanya merasa khawatir pada-ku, dan dia juga kesal pada-ku karena aku tidak mengabari-nya,”gumam James untuk kesekian kali-nya.

Melempar kembali batu kecil didepan-nya, James menghela nafas-nya kasar.

“Aku rindu ke-galeri,”bisik-nya pada angin yang membelai lembut wajah cantik-nya.

James benar-benar tidak menyadari, jika saat ini.. Net, kekasih-nya sudah berdiri tepat dibelakang-nya, dengan dua es kelapa muda ditangan-nya.

Mendengar-kan semua yang ia ucap-kan.

Membuat lelaki berkulit tan itu terdiam membatu, dada-nya kembali merasa sesak, karena James turut menyalah-kan diri-nya sendiri atas perlakuan-nya beberapa waktu lalu.

Ingin rasa-nya ia memutar waktu, agar tidak melakukann hal itu pada kekasih-nya, sudah pasti James tidak akan merasakan sakit.. Yang mampu membuat syndrome-nya kambuh.

Hati-nya juga merasa teriris, saat James mengatakan, jika kekasih-nya itu tidak ingin dianggap memiliki kelainan oleh-nya.

Ada-kah yang lebih memilu-kan dari ini?

Meletakan secara perlahan dua es kelapa itu diatas pasir, Net berjongkok dibelakang kekasih-nya itu, kedua lengan kekar-nya bergerak memeluk erat pinggang ramping itu dengan lembut-nya.

“Kau sempurna sayang.. Dimata-ku kau selalu sempurna, jangan berkata seperti itu.. Karena aku sama sekali tidak pernah menganggap hal itu sebagai kelainan, kau sempurna dengan apa ada-nya diri-mu, jadi jangan pernah berkata seperti itu lagi ya?”

Membuat James tersentak diposisi-nya merasa-kan pelukan itu.

Juga hampir saja mengeluar-kan air mata-nya, saat mendengar kata 'dimata-ku kau selalu sempurna..' yang keluar dari bilah bibir kekasih-nya.

Tangan-nya bergerak menyentuh pelan tangan Net yang memeluk-nya dari belakang.

Tes..

Akhir-nya James benar-benar menangis sekarang.

Tubuh-nya bergetar kecil dalam pelukan hangat Net, yang ikut menangis dibelakang-nya.

“Phi Net... Hiks,

“Hum? Jangan menangis na~”bisik Net, memints James untuk tidak menangis, padahal dia juga menangis.

“Tapi.. Bukan-kah memang tidak ada manusia yang sempurna?”

Net menggeleng pelan.
“Itu benar, tapi untuk-mu, pengecualian bagi-ku, kau sempurna untuk-ku sayang,”

James semakin menangis mendengar-nya.

Pelukan dipinggang-nya mengerat, kedua-nya menangis bersama, dengan laut serta langit biru menjadi saksi-nya.

“Maaf-kan aku, karena membuat-mu seperti itu sayang, maaf-kan aku yang dengan bodoh-nya menyakiti-mu, maaf-kan aku, karena tidak bisa menahan marah-ku pada-mu.. Juga maaf-kan aku, karena telah berbuat kasar pada-mu, melakuan hal buruk pada-mu.. Maaf.. Maaf.. Dan Maaf sayang..”sesal Net.

Benar-benar menyesal sekali.

Isakan itu bahkan mulai terdengar dari-nya.

James berbalik, mengalung-kan kedua lengan putih-nya pada leher berkulit tan itu, memeluk-nya erat.

“Phi Net.. Berhenti mengucap-kan kata maaf, tidak apa-apa Phi.. Karena itu juga kesalahan-ku, bukan hanya kesalahan Phi.. Tapi berjanji-lah pada-ku.. Kalau Phi Net tidak akan bertindak seperti itu lagi pada-ku, dan aku juga berjanji, kalau aku akan selalu meminta izin dari-mu terlebih dahulu..”seru James panjang, air mata-nya membasahi bahu lebar Net kekasih-nya.

“Maaf-kan aku sayang.. Tapi karena-ku kau jadi sakit, aku berjanji sayang.. Aku berjanji, kalau itu adalah yang terakhir kali-nya, maaf-kan aku, karena-ku.. Kau pasti merasa tertekan..”

James mengerat-kan pelukan-nya.
“Aku memaaf-kan Phi Net.. Aku harap itu bukan hanya sebuah janji, tapi juga ada pembuktian-nya.”

Net mengangguk cepat.
“Terimakasih sayang, tentu saja aku tidak hanya akan berjanji, karena aku juga akan membuktikan-nya pada-mu, kalau mulai detik ini, sampai seterus-nya, tidak akan ada lagi sesuatu yang akan menyakiti-mu, entah itu dari diri-ku sendiri atau-pun orang lain.. Tidak akan,”

James tersenyum dalam pelukan mereka.
“Aku menyayangi Phi Net..”bisik-nya.

Net ikut tersenyum mendengar ungkapan sayang itu dari James.

“Aku lebih, dan lebih menyayangi-mu sayang,”

Hingga beberapa saat kemudian pelukan itu dilepas-kan oleh James sendiri.

“Phi Net..! Mana es kelapa-ku?”tanya-nya.

Net tercengir lebar.
“Itu sayang, mungkin sudah tidak terlalu dingin lagi, apa kau mau dibelikan yang baru?”kata Net, sekaligus bertanya.

Mata-nya melirik kesamping mereka, dimana dua buah es kelapa muda itu ia letak-kan disana.

James merengut tipis mendengar-nya, menjauh sedikit dari Net, dan meraih dua buah es kelapa itu.

“Tidak perlu, yang ini saja,”sahut-nya, namun bilah bibir-nya masih saja mengerucut lucu.

Memberikan salah satu-nya pada Net, yang menerima-nya dengan perasaan gemas-nya.

“Apa kau yakin sayang?”tanya-nya memastikan.

Dibalas anggukan oleh James kekasih-nya.

“Um!”gumam-nya, menyeruput pelan es kelapa-nya dengan raut yang sama.

Kembali duduk berdampingan, menikmati pemandangan indah tersaji didepan mereka.

Walau bagi Net tidak akan pernah ada yang lebih indah dimata-nya.

Selain James Davian kekasih hati-nya.


































To be continue.

kalau kau gitu lagi, james kujadikan uke-ku net!

𝑳𝒊𝒕𝒕𝒍𝒆 𝗦𝗣𝗔𝗖𝗘 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang