...
Dua minggu telah berlalu sejak hari Net melamar James dipesta ulang tahun Yim hari itu.
Dan kini, pasangan itu tengah berada dikediaman orang tua Net.
Karena memang diminta untuk datang kesana, sebab sang ibu merindukan James.
“Jadi.. Kapan kalian akan menggelar pesta pernikahan?”tanya sang kepala keluarga disana.
Menatap silih berganti kearah Net sang anak, juga James yang dipeluk erat oleh istri-nya.
“Secepat-nya Pho..”sahut Net.
“Jangan terlalu lama Net! Kalian berdua sudah lama bersama.. Mae juga tidak sabar ingin-kan James menjadi menantu-nya Mae.. Juga tidak sabar untuk tinggal bersama disini.. Mansion ini terlalu besar kalau hanya dihuni oleh kami..”kata sang ibu ikut menanggapi.
“Tapi Mae.. Aku mau kami tetap tinggal diapart—”
“—Tidak! James.. Kau mau kan sayang.. Tinggal disini bersama Mae setelah kalian menikah nanti..?”sela sang ibu cepat, lalu mengalih-kan pandangan-nya pada James yang tersenyum lembut.
Mengusap pelan lengan-nya.
“Kalau James terserah saja Mae.. Kalau memang mau disini James akan ikut.. Tergantung Phi Net saja.. Karena.. Bukan-kah dia yang berhak memutus-kan, karena dia akan menjadi suami James..”tutur James luar biasa lembut.
Net yang awal-nya merasa kesal karena sang ibu menyela ucapan-nya, padahal dia sendiri juga suka sekali menyela ucapan orang itu.. Kini melebar-kan senyuman-nya, mendengar apa yang James tunangan-nya itu katakan.
“Nah.. Mae sudah dengar sendiri bukan apa kata James? Dia akan ikut kemana-pun aku pergi..”
“Tidak perduli! Pokok-nya setelah menikah kalian tinggal disini saja! Titik!”seru sang ibu penuh penekanan.
Net mendengus kasar, tubuh-nya bersandar malas pada sandaran sofa yang ia dudukki.
Bahu kanan-nya mendapat-kan tepukan dua kali dari sang ayah.
“Sudah-lah.. Turuti saja apa kata Mae-mu.. Bukan-kah akan sama saja.. Baik itu tinggal diapartement kalian mau-pun disini? Yang penting kalian tetap bersama bukan? Apa beda-nya?”ujar sang ayah.
Dibalas angguk-kan pasrah oleh Net, yang turut membenar-kan apa kata sang ayah.
Hingga seulas senyuman penuh kemenangan terpatri diwajah cantik sang ibu yang tak lagi muda.
“Ayo sayang! Kita masak makan siang bersama..!”ajak-nya antusias.
Kedua-nya memang dekat sekali seperti pasangan ibu dan anak kandung.
Sedari awal Net membawa James untuk bertemu mereka, memperkenalkan-nya sebagai kekasih.. Ia sudah teramat nenyukai sosok James.
Meskipun berjenis kelamin yang sama seperti sang anak, James tak kalah lembut, manis dan cantik seperti perempuan.
Dan mereka juga sama sekali tidak pernah mempermasalah-kan hubungan yang seperti ini.
Asal-kan kedua-nya bahagia.. Kenapa tidak?
Lagi-pula cinta mereka murni..
Kita bebas untuk menjatuh-kan hati kita pada siapa saja.
Cinta itu tulus.. Selagi mampu membuat kita senang karena cinta itu.
Untuk apa kita menentang-nya?
“Ayo Mae! James rindu masak bersama dengan Maeee..”kata James dengan raut antusias-nya.
Lalu kepala-nya menoleh kearah Net, sebuah angguk-kan kepala ia dapat-kan.
Setelah-nya James menurut saja kala tangan-nya ditarik pelan menuju dapur oleh wanita paruh baya yang sebentar lagi akan menjadi ibu mertua-nya.
Meninggal-kan Net dan sang kepala keluarga dimansion itu.. Yang kembali melanjut-kan perbincangan mereka.
“Bagaimana pekerjaan-mu Net.. Apa lancar? Kalau perlu bantuan Pho jangan lupa telepon saja.. Pho siap membantu-mu.. Meski-pun tidak banyak,”
Walau-pun ia sudah melepas-kan tangan perihal perusahaan-nya yang ia serah-kan pada Net sang anak, Rallen Arthur.. Sama sekali tidak akan membiar-kan sesuatu terjadi.
Sesekali ia akan turut memantau dari jauh.
Net menggeleng, dengan seulas senyuman simpul terpatri diwajah tampan-nya.
“Sama sekali tidak ada hambatan Pho.. Lagi-pula ada Jay yang membantu-ku, kalau aku merasa tidak bisa menangani-nya sendiri, ada Jay yang bisa aku andal-kan.. Pho tidak perlu merasa khawatir, selama ada aku.. Perusahaan akan aman..”kata Net dengan tenang-nya.
Tangan-nya bergerak merongoh saku celama bahan yang ia kenakan, mengeluar-kan satu bungkus rokok dari dalam sana.
Satu tangkai nikotin itu ia keluar-kan, lalu mematik-nya dengan korek-nya.
Mengapit-nya diantara dua jemari tangan-nya serta bilah bibir-nya.
Net melirik sang ayah yang sedari tadi mengamati pergerakan-nya.
“Pho mau?”tawar-nya.
Dibalas gelengan kepala oleh Rallen.
“Tidak, sudah satu bulan ini Pho tidak lagi merokok, Mae-mu melarang-nya.. Dia bilang Pho sudah tua, tidak seharus-nya untuk terus merokok, kau juga berhenti-lah Net..”keluh Rallen, ada nada ketidakikhlasan yang Net dengar dari ucapan sang ayah, perihal tidak diperboleh-kan untuk terus merokok oleh Kalina Arthur sang ibu.Net menghembus-kan asap rokok-nya, hingga menyebar kesegala penjuru ruang utama dimansion, kemudian terkekeh pelan.
“Pho sama sekali tidak diam-diam merokok dibelakang Mae? Oh.. Aku bahkan masih muda Pho.. Untuk apa berhenti..”kata-nya, diakhiri dengan kalimat penuh kesombongan.
Hingga Rallen melempar-kan majalah milik sang istri kearah kepala Net.
Sang anak dibuat mengaduh pelan mendapat-kan lemparan itu.. Terlebih lagi majalah itu cukup tebal.
“Pho...!”protes-nya tidak terima.
Rallen menghendik-kan kedua bahu-nya, kemudian beranjak berdiri dari duduk-nya, dengan sebelum-nya sempat berseru pada Net.
“Aku setia pada Mae-mu.. Mana mungkin aku diam-diam melanggar larangan-nya.. Kau akan merasakan-nya sendiri nanti Net, saat James telah menjadi istri-mu.. Dan satu lagi! Cepat-lah menikah dengan-nya.. Pho dan Mae tidak sabar memperkenal-kan dia sebagai menantu kami pada semua orang diluaran sana..”
Kemudian lelaki paruh bayah itu berlalu menuju kearah pintu keluar mansion, hendak pergi menuju danau buatan dibelakang mansion.. Didalam-nya terdapat banyak sekali ikan dengan berbagai jenis.
Untuk ia pancing, karena disana juga ada banyak sekali pancingan yang ia sedia-kan.
“Pho mau kemana?”teriak Net, saat punggung sang ayah menghilang dari pandangan-nya, namun tetap terlihat dari jendela-jendela kaca mansion yang besar.
“Memancing! Kau mau ikut? Ah sudah-lah.. Tidak usah, kau-kan tidak bisa memancing!”balasan penuh ejekan itu membuat Net mendengus jengkel diposisi-nya.
Mematikan rokok-nya yang sudah memendek pada asbak, ia berlari menuju dapur.
Ingin melihat sicantik kesayangan-nya yang tengah memasak bersama sang ibu.
Siapa tahu ia bisa mencuri kesempatan untuk mendapat-kan satu buah ciuman dari-nya.
Hehehehe..
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑳𝒊𝒕𝒕𝒍𝒆 𝗦𝗣𝗔𝗖𝗘 [END]
FanfictionNet mempunyai seorang kekasih bernama James, yang menurutnya nyaris sempurna. Tapi ternyata.. James, kekasihnya, tidak sesempurna itu. Hal itu dikarenakan, James mengindap Little Space Syndrome. Dimana hal itu terkadang membuat seseorang yang mengal...