04. Kebetulan?

142 92 39
                                    

Sementara itu, Xander tergesa-gesa menuju ke mansionnya yang tak jauh dari gedung tadi. Dengan nafas memburu, dia membuka kasar pintu sampai membuat para pelayan terkejut bukan main.

"AYAH! AYAH!!!" teriaknya, memanggil sang ayah.

Tak mendengar sahutan sama sekali, Xander langsung menuju ruang pribadi milik ayahnya itu. Benar saja, disana ia melihat sang ayah sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita yang ia duga itu adalah istri barunya.

"Apa?" balas Deon Wallcot, sang ayah Xander.

Deon Wallcot, ayah kandung dari Xander yang menjabat sebagai pemilik Hotel A'Wall terbesar di Indonesia. Baru saja bercerai dari istri keduanya, dan menikah lagi dengan wanita yang di temui di club. Meski memiliki istri lebih dari satu, bagi Deon memiliki putra Xander sudah cukup untuknya keliling dunia.

Tanpa melirik wanita yang sudah duduk rapi di sebelah Deon, ia langsung menatap tajam ke arah orang didepannya tersebut.

"Apa benar, Ayah memberikan bisnis itu atas nama Stanley??" tanyanya tak santai.

Merasa akan topik yang sangat tidak boleh di ketahui oleh istrinya, Deon pun menyuruh istri ke tiganya itu untuk keluar.

"Bisnis mana yang kamu maksud, Xander?" tanya Deon, mengernyit heran.

Xander menggertakan giginya geram.

"Bisnis yang kau alihkan pimpinanya ke Rechesther!"

Deon nampak berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepalanya.

"Oh, itu benar. Ayah memberikan bisnis itu pada Stanley, dan di pimpin Rechesther. Kenapa? Kau yang tidak becus mengurusnya, jadi wajar bila Stanley mendapatkan keuntungannya," balasnya, sambil menegak wine.

"Tapi aku yang membangun bisnis itu, Ayah!! Seharusnya aku yang mendapatkan keuntungannya! Bukan paman Stanley!!!!" geram Xander tak terima, kala bisnis yang telah ia bangun di atas namakan Stanley, pamannya.

"Sudah terlanjur,"

Mendengar balasan yang sangat santai itu, membuat Xander langsung pergi tka lupa menutup pintu dengan sangat sangat kasar. Bertepatan datangnya Stanley memasuki ruangan itu.

Stanley menatap heran akan tingkah keponakan satu-satunya. Melihat Deon yang bersantai, ia yakin bahwa anak dan ayah itu bertengkar lagi dan lagi.

"Kenapa dia, Kak?" tanyanya basa basi.

"Tidak waras, bagaimana pekerjaanmu?" tanya balik Deon, mengalihkan topik.

Stanley berjalan menuju kursi di sebelah sang kakak, lalu membalasnya, "Lancar saja,"

Deon mengangguk sebagai balasan. Sesaat tatapan serius Stanley layangkan kepada Deon, membuat sang empu menaikkan sebelah alisnya.

"Aku dengar, Xander bertemu seseorang. Siapa dia?" tanya Stanley, penasaran.

Hanya helaan nafas daru Deon. Sedikit lama barulah dia menjawab, "Istrinya Rechesther, si Odelian,"

"Odelian? Namanya mirip dengan dia," sendu Stanley di akhir kata.

"Dia sudah tiada pasca kebakaran itu. Kau masih mengharapkannya?"

Pertanyaan itu membuat Stanley menatap ke luar jendela kamar. Tatapan sendu akan rindu yang membara ia tunjukkan.

"Ya, aku masih mengharapkan kehadirannya. Aku sangat mencintainya, Kak. Tapi, aku melukai hatinya ... aku ingin meminta maaf atas kejadian dulu,"

"Dia sudah pergi, Stanley ... sekalipun dia masih hidup, sudah pasti tak mau denganmu. Apa kau lupa kejadian satu tahun lalu?"

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang