06. Ruby

129 84 94
                                    

Tambang emas Wallcot..

Stanley baru saja kembali dari kantor R'Company untuk menawarkan ruby yang ia temukan tadi. Rasa gembira menyerbu hatinya, bahkan ia membawa sebuah bingkisan untuk para pekerja.

Namun berbeda dengan para pekerja, mereka berkumpul dengan raut wajah yang gelisah dan ketakutan. Manager yang bertugas menangani pun, akhirnya angkat suara memanggil atasannya.

"Bos, a-anu," panggilnya ragu.

Stanley berhenti sejenak, menatap manager itu dengan alis terangkat. Jangan lupakan senyuman manis yang sedari tadi mengembang sempurna.

"Hm?"

"Emas yang akan kita impor telah di curi," ujar manager tersebut memberitahu. Bahkan menatap sang atasan tak berani.

Stanley berpikir sejenak, lalu mengangguk.

"Tenang saja emas kecil seperti itu tidak akan rugi besar. Kita akan kaya karena ruby itu," balasnya berseri.

"Ta-tapi Bos-"

Perkataan manager itu harus terhenti kala Stanley memotongnya, "Udah ya, ini bagikan ke yang lain. Saya mau lihat ruby,"

Memberikan bingkisan itu pada sang manajer tuk di bagikan, ia pun segera menuju ke ruang kerja nya tempat ruby itu berada.

"Xander!" panggilnya tak sabaran.

Saat memasuki ruangan tersebut, hal pertama yang di lihat adalah kesunyian. Tak ada tanda-tanda hadirnya Xander.

"Dimana anak itu?" monolognya, bertanya.

Tak menghiraukan hilangnya keponakannya, Stanley langsung menuju sebuah kotak hitam dimana ruby itu ia sembunyikan. Dengan mata yang berbinar akan harga jual ruby yang tinggi. Ia membukanya dengan perlahan, namun pasti.

"Hah! Dasar berandalan! Disuruh jaga ru-"

Perkataannya terpotong, kala tak melihat adanya ruby di dalam kotak hitam itu. Ruby miliknya hilang. Retak sudah hatinya berkeping-keping, harapan menjadi kaya mendadak karena menjual ruby kian purna.

Kemarahan yang mendarah dingin, Stanley melemparkan semua barang yang ada ke sembarang tempat. Guratan emosi tercetak jelas di wajahnya yang merah padam.

"XANDER, SIALAN!!!" teriaknya, marah besar.

Dengan langkah tergesa-gesa, Stanley menuju ke mansionnya. Aura yang ditujukan sangatlah berbeda dengan Stanley setiap harinya, para maid yang ingin menyapa pun di urungkan saking takutnya.

"XANDER!!" teriaknya menggelegar.

Deon yang bersantai di sofa, melihat sang adik yang memanggil putranya dengan penuh kemarahan itu hanya acuh tak peduli. Toh itu urusan mereka bukan dia.

Stanley sendiri tentu merasa geram karena memiliki kakak yang tidak peka. "Kakak! Kau tahu anakmu dimana huh?!"

Mendengar pertanyaan tersebut, Deon menggelengkan kepalanya kecil.

"Kenapa?" tanya Deon, mulai kepo.

"Ruby yang aku temukan di tambang tadi, hilang di curi! Dan itu karena anakmu tidak becus menjaganya!"

Deon hanya mengangguk paham. Tanpa merasa prihatin atau apapun, Deon menerima dengan baik kopi yang telah di buatkan maid. Bertepatan saat itu, suara Xander tiba-tiba muncul. Sosok yang di cari Stanley sedari tadi.

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang