Markas Black Rose
Para anggota Red Devil's bersama sang ketua berjalan santai memasuki markas Black Rose. Tentu hal itu tak luput dari tatapan permusuhan dari Black Rose sendiri. Hearly, sedari tadi mencari hadirnya sosok temannya yang tak kunjung muncul. Membuatnya jengah, kini aura Hearly saja sudah sangat menusuk ingin membunuh siapapun yang berbicara dengannya.
"Mencariku, teman?"
Sebuah pertanyaan dari seorang wanita bertopeng mawar hitam, yang duduk dengan anggun di singgasananya. Menatap Hearly dengan senyum mengembang di balik topeng tersebut. Hearly yang mengenali suara itu, tentu menoleh ke arah sumber suara. Dia adalah temannya, Marcia Rosalina sang ketua Black Rose. Pertemanan yang sangat berbeda.
Sejak SMP, Hearly dan Marcia selalu bertolak belakang. Dan hal itu lah yang membuat mereka berteman, selalu mengejek, merendahkan, bahkan mengucilkan satu sama lain. Tapi tak membuat pertemanan mereka putus. Mereka berdua saling menyayangi satu sama lain, dengan cara mereka tersendiri. Karena bagi mereka 'pertengkaran memang selalu ada, tapi jika salah satu terluka karena orang asing ... maka sudah tidak ada ampunan lagi bagi mereka.'
"Bisa kita bicara empat mata?" tanya Hearly, enggan menatap Marcia.
"Hm?" tampak dengan jelas Marcia tengah berpikir. Melihat ke arah semua anak buah Hearly yang siap untuk menyerang, begitu pula dengan anak buahnya sendiri yang menatap permusuhan.
"Apakah dengan kita berbicara, anak-anak mu akan bisa melakukan tugasnya?" tanya balik Marcia meremehkan.
Hearly mengepalkan tangannya kuat, merasa geram akan remehan yang di tujukan. "Tentu saja. Tapi kau juga tak akan membiarkannya bukan?"
Mendengar balasan dari Hearly, membuat Marcia menampilkan seringainya. "Mari ke ruanganku."
Berjalanlah Marcia menuju ke ruang pribadinya, yang di ikuti Hearly di sebelahnya. Kepergian ketua itu, membuat suasana markas menjadi seram. Tidak ada yang memulai percakapan, hanya keheningan melanda di antara mereka semua.
Di sisi lain, Lauva sudah berada di depan brankas pribadi milik Marcia, yang berada di ruang bawah tanah. Meski awal masuk sangat mempertaruhkan nyawa, tak ujung Lauva berhasil melewati. Karena sebelum bisa mencapai brankas ini, banyak jebakan yang tersembunyi sepanjang jalan.
Membenarkan kaca matanya, Lauva langsung membuka koper yang berisi peralatan untuk membuka sandi. Sandi brankas yang di buat Marcia sangat sulit untuk di pecahkan bagi orang biasa.
Pertama, hanya bisa dibuka dengan sidik jari, jika ketahuan tidak bisa terbuka, maka bom yang di pasang meledak. Saat sudah berhasil mematikan bom tersebut, Lauva bergegas mengotak-atik sandi itu secara hati-hati. Klik, suara itu terdengar dari dalam kunci tersebut yang menandakan berhasil terbuka.
Kedua, tombol angka yang hanya bisa di aplikasikan satu kali. Setelah melewati kunci pertama, Lauva pun mengambil tablet berisikan kode untuk membukanya. Sisa waktu yang di berikan Hearly kepadanya sangatlah menipis.
Saat sudah menemukan jawabannya, Lauva langsung memasukkan kode itu. Sreet, sebuah laser pembunuh yang secara tiba-tiba menyala. Lauva dengan sigap tiarap untuk tidak terkena.
"Shit! Aku salah memasukkannya!!" gerutu Lauva, yang berhasil menghindari laser.
Kalau telat sedetik saja, pasti bisa terpotong menjadi kecil-kecil karena terkena laser merah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fire Rose
Mystery / ThrillerMawar merah ini, terlalu cantik untuk sekedar dipetik maupun dikotori. [Follow terlebih dahulu sebelum membaca!] Semua hal bisa dia miliki. Dia wanita 24 tahun. Dia hidup tanpa adanya kekurangan. Namun, semua menjadi abu yang berterbangan. Semua yan...