Me and You 6

16 2 0
                                    

Pendengar yang baik, adalah keluarga. Tapi tidak semua bisa merasakan.

🕸️🕸️

Lantas, Ara pun mengajak Hearly menuju ke ruang belakang, tempat pribadinya bekerja. "Benturan keras di kepala, membuat dia kehilangan separuh ingatannya. Tapi kamu tidak perlu khawatir berlebih, dia akan kembali mengingat semuanya secara perlahan-lahan. Dia hanya membutuhkan waktu yang cukup," jelasnya, saat ditengah perjalanan.

"Apa sudah boleh pulang?" tanya Hearly, ketika  mereka berdua sudah sampai di ruangan tersebut.

Ara mengangguk, lalu berujar, "Boleh saja. Tapi jangan sampai dia bekerja terlalu berat, dan jaga kepalanya agar tidak terbentur lagi. Kalau sampai hal itu terjadi, kemungkinan dia akan amnesia total,"

Mendengar penuturannya, membuat Hearly tersenyum. "Terima kasih, Ara,"

Ruangan kerja milik Ara itu, terdapat dua bilik kamar pasien. Salah satunya yang ditempati Geo selama beberapa hari ini. Hearly melangkah pelan menuju ke arah sang kakak, dengan air mata bahagia. Aku senang kakak masih hidup, batinnya haru.

Ketika menggeser bilik tirai, dapat ia lihat keadaan Geo yang sedikit membaik. Meski lilitan perban di kepala, sedikit mengganggu penglihatan Hearly. "Kakak," lirihnya pelan.

Tidak ada sahutan dari Geo. Sang kakak tertidur pulas, dengan tenangnya. Hanya ada wajah damai dari Geo. Perlahan, Hearly mengusap tangan sang kakak dengan lembut.

"Saat kerusuhan malam itu, aku tidak bisa fokus pada rencanaku. Aku hanya memikirkan tentang kakek dan ucapannya. Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa harus aku? Aku bahkan tidak ingat aku sedang mengandung saat itu," kata Hearly panjang lebar, diiringi air mata yang terus mengalir sendirinya.

"Maksudmu rencana menyelamatkan keluargamu?" tanya Ara, yang sedari tadi mendengarkan.

Mendengar pertanyaan dari Ara, Hearly mengangguk setuju. "Untungnya, aku memintamu untuk menyelamatkan nyawa mereka. Kalau tidak, entah apa yang sudah aku lakukan. Aku sendiri saja tidak bisa menyelamatkan nyawaku saat itu," balasnya.

Ada rasa bersalah di diri Ara, menyentuh pundak Hearly pelan, ia berujar dengan lirihan, "Maaf, aku hanya bisa menyelamatkan kakakmu,"

"Tidak apa-apa, itu lebih baik daripada tidak sama sekali," balasnya, namun seketika ia terdiam sejenak.

"Aku hampir lupa!" pekiknya pelan, segera menghapus air matanya.

"Bagaimana dengan Yuna? Apa kamu sudah berhasil menemukan keberadaannya?" tanya Hearly dengan khawatir.

Mengingat siapa Yuna, membuat Ara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah, wanita itu. Sebenarnya aku sudah menemukan keberadaannya lima hari yang lalu. Aku berniat memberitahumu saat itu, tapi keadaanmu masih belum pulih," balasnya, menatap ke arah bilik lain.

Tanpa menghiraukan raut wajah Hearly yang penuh dengan pertanyaan, Ara dengan santai berjalan ke arah bilik tirai disebelahnya. "Karena itu, aku berniat mencarinya sendiri, dan untung lah aku tepat waktu. Dia bisa aku selamatkan, sebelum semuanya terlambat," lanjutnya berkata, sembari membuka lebar tirai tersebut.

Karena tindakan dari Ara yang tiba-tiba itu, orang yang berada didalam sedikit terkejut. Hearly yang melihatnya, seketika membeku ditempat. Yuna, wanita itu sangat-sangat kacau. Tubuhnya penuh perban, hingga air mata Hearly tidak bisa lagi dibendung.

"Tiga tusukan diperut, banyak cambukan di punggung, dan pukulan ditubuhnya. Aku sempat merasa khawatir, dia tidak akan bisa aku selamatkan. Tapi untungnya, dia wanita yang kuat. Dia bisa menahan rasa sakitnya selama beberapa hari, hingga aku memiliki kesempatan untuk menyembuhkannya," jelas Ara kembali, dengan menunjuk semua luka itu.

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang