11. Redamnya amarah

86 57 61
                                    

Beralih pada Hearly, yang akan ke cafe milik Liam. Tempat pertemuan antara Stanley Wallcot, sang suami, dan dirinya sendiri. Namun, saat diperjalanan menuju ke sana,  tiba-tiba saja ia terpikirkan mengenai ucapan Xander tadi. Awal yang ia kira bahwa Xander sama seperti Deon, ternyata salah. Dia lebih mirip sang ibu yang tidak haus akan kekuasaan.


Hearly pun mulai mencari kontak suaminya, tuk memberitahu. Tak membutuhkan waktu lama untuk menunggu, telepon itu langsung tersambung dengan orang diseberang.

"Liam, apa Stanley masih ada di sana?" tanyanya basa-basi.

Ya, kami membicarakan banyak hal. Berapa lama lagi kamu akan datang?

Pertanyaan dari Liam itu, membuat hati Hearly sedikit menghangat. "Sebentar lagi aku sampai,"

Baiklah. Ada perlu apa menelpon?

"Aku ingin tambang itu kembali pada Xander, Liam,"

Usai mengatakan tujuan ia menelpon, Liam tak langsung menjawab. Hanya ada keheningan beberapa saat, sampai suara dingin Liam terdengar.

"Kenapa?"

Menghela napasnya kasar. Hearly tahu, Liam kecewa terhadap dirinya. Tapi ia juga merasa kasihan pada Xander. "Akan aku ceritakan nanti,"

Telepon itu dimatikan Liam secara sepihak,  membuat Hearly harus berhadapan dengan Liam yang sedang marah. Ia pun memasukkan ponselnya, dan menatap jalanan sembari menunggu mobilnya tiba.

"Lady, kita sudah sampai." Ujar Jay, yang mengemudi. Memecah keheningan didalam mobil Hearly.

Hearly mengangguk, lantas keluar saat pintu mobilnya telah dibuka oleh Jay. Ia berjalan dengan anggun, dengan Jay yang memberikan tumpangan payung, salah diantara mereka membawa tas miliknya. Tentu yang lain, mengelilingi Hearly menjaga, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Kling, suara bela pintu saat Salah diantara pengawal Hearly membukakan pintu cafe untuknya. Atensi Hearly, langsung tertuju pada dua orang sesama jenis duduk bercengkrama.

"Apa saya terlambat?" tanya Hearly, ditengah-tengah pembicaraan mereka.

Liam tersenyum lembut, lantas mempersilahkan Hearly untuk duduk di kursinya.

"Kami bahkan belum memulainya, sayang," balas Liam, mengecup singkat pucuk rambut Hearly.

Lantas dengan cekatan, Jay yang membuntuti Hearly, menggeser kursi lain untuk suami sang Lady. Melihat hal itu, Liam menerimanya dengan baik.

"Senang bertemu dengan anda, Tuan Wallcot," ucap Hearly, setelah melihat Liam sudah terduduk rapi.

Stanley yang sedari tadi tak bisa mengalihkan perhatiannya kepada sang kekasih, ah ralat mungkin mantan kekasih? Sangat cantik, sama seperti dulu. Namun aura sang Lady, sangat mendominasi bagi Hearly. Sekarang dia adalah Lady Odelian, batin Stanley merasa senang sekaligus sedih karena kekasih yang didambakan ternyata istri dari Rechesther, sang pengusaha terbesar se-Asia.

"Saya lebih merasa tersanjung bisa bertemu dengan Lady Odelian," balas Stanley, menyesuaikan suasana.

Hearly tersenyum tipis mendengar hal itu. Sudah lama ia tak mendengar suara Stanley, tapi ia juga takut akan mengecewakan Liam. Karena jika perasaan yang telah Hearly usahakan agar tidak pernah tumbuh lagi, malah bersemi dan penyesalan pasti akan datang padanya untuk kedua kali. Sungguh, itu seperti mimpi buruk!!!!

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang