Brian itu sudah terbiasa tinggal di Indonesia. Jadi saat mami daddy ngajakin dia balik ke Korea, jelas aja Brian nolak. Mami Daddy pun ijinin tapi dengan satu syarat. Brian harus numpang tinggal di apartemen sepupu jauhnya, Chandra. Biar ada yang ja...
Badannya meriang, kepala pening, tenggorokan kering, pegal-linu, letih, lelah, lunglai- Brian ga sanggup bangun kayanya.
Sebenernya dari selesai kelas kemarin Brian mulai ngerasa badannya gak nyaman. Tapi bukannya ngikutin feeling, dia malah terima ajakan Dave buat hangout. Mana sampe jam 1 dini hari. Mereka clubbing bentar, seneng-seneng pas friday night tentu aja tidak boleh terlewatkan.
Kepala Brian rasanya pengar bukan main, padahal semalem Brian hanya minum sedikit. Tapi efeknya masih dia rasain. Keningnya ia kerutin, buat buka mata aja Brian enggan.
Tok. Tok. Tok.
Terdengar ketukan pintu disana yang tentunya Brian abaikan. Ia nuliin telinga dan berusaha untuk tidur lagi.
Tok. Tok. Tok.
Siapa sih?
"Brian? Gue izin masuk ya?"
Pas banget setelahnya pintu kamar Brian terbuka. Fyi kalo Brian memang kebiasaannya ga kunci pintu. Ya buat apa, ngga ada siapa-siapa juga. Cuma dia dan Chandra yang tinggal disana.
Tanpa perlu melihat pun Brian tau kalau itu adalah Chandra. Telinga Brian mendengar langkah kaki Chandra semakin dekat.
"Brian?" Cowok tinggi itu manggil Brian.
"Mmm," Brian membalas dengan gumaman singkat. Posisinya dia lagi tiduran miring, yang pas banget sedang menghadap ke Chandra.
Chandra meletakkan sesuatu yang ia bawa di atas nakas sebelah kasur Brian. Semangkuk sup ayam dan secangkir wedang jahe, tidak lupa dengan segelas air minum.
"Lo hangover? Udah siang banget nih gue bawain makan." kata Chandra saat ia mulai mendudukan diri disana.
Brian menggeleng pelan, ia membuka matanya karena ia sudah gak bisa tidur lagi. "Gue cuma minum sedikit, tapi pusing banget anjir."
Ngelirik jam dinding disana, ternyata sudah setengah satu siang. Lama juga ya Brian tidur.
Ia bangun dan duduk bersandar pada kepala kasur. Kemudian Chandra menyodorkan air minum yang tentunya diterima Brian dengan baik.
"Loh Brian.." Kalimat menggantung itu diikuti dengan telapak tangan Chandra yang megang kening Brian, nempelin tangannya barang sebentar. "Lo demam"
"Emang iya?"
Gak ada jawaban dari Chandra. Cowok itu keluar sebentar dan kembali dengan dua termometer ditangannya. Satu termometer tembak dan satunya lagi ketiak.
"Ukur dulu ya," Yang untuk ketiak Chandra berikan kepada Brian, langsung Brian selipkan diantara ketiaknya.
Kemudian Chandra mengukur suhu dahi Brian dengan termometer tembak.
"Banyak banget." Lagi sakit tetep bisa komen.
"Kata dokter sih lebih akurat yang buat ketek, tapi ya gapapa mumpung gue punya yang tembak juga."
Ga lama setelah itu termometer yang kini berada di ketiak Brian berbunyi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.