15

83 12 0
                                    

warning : mature content (18+). Bijaklah dalam membaca. Happy reading~
.
.
.

Pertanyaan tersebut mengalun dengan indah di telinga Chandra, membuat pupil si tinggi melebar tanpa dia sadar. Brian merapatkan mulut dan nggigit bibir bawahnya, dia cukup malu karna pertanyaan impulsif yang baru aja dia layangkan.

"Jangan digigit."

Perlu diketahui, pemandangan tersebut justru keliatan berbeda dimata Chandra. Brian yang seperti itu justru keliatan sensual. Ada gejolak aneh dalam dirinya setiap dia ngeliat Brian yang lagi nggigit bibirnya sendiri karna gugup.

Ibu jari Chandra naik untuk gapai bibir si manis dan ngusap bagian yang semula Brian gigit. Terasa  lembut sama seperti yang dia rasa ketika mereka ciuman. Obsidian si tinggi berkilat, dia nekan bagian tersebut dengan ibu jarinya sampai Brian setengah nganga karna ujung ibu jari si tinggi mengenai bibir bagian dalamnya. Tatapan berpindah untuk melihat kristal indah si manis- yang ternyata lagi natap dia pasrah.

Maka Chandra kembali membawa cherry itu pada bibirnya, melumat milik si manis dengan tempo yang lebih cepat, memberi lebih penekanan pada tiap gerakan, menghantarkan gelora panas dan mupuk gairah yang sebelumnya udah ada.

Dia berdiri, bangkit dalam satu gerakan tanpa ngakhirin ciuman mereka. Dengan tangan yang menumpu paha si manis dan kedua kaki Brian yang melingkar sempurna di badan si tinggi, Chandra bawa Brian menuju kamarnya.

Tubuh kecil itu Chandra bawa ke tempat tidur penuh dengan kehati-hatian. Sampai pada Brian yang sukses ditidurkan di sana, Chandra ngungkung si manis dan melepas jalinan di antara mereka.

Bernafas terengah-engah, Brian ngeraup udara sebanyak yang dia bisa. Ciuman yang mereka lakuin terlalu menggebu untuk dia ikuti, begitu menggelora sampai rasanya gejolak yang ada pada dirinya terlalu nyata.

Brian mendapati bahwa iris sehitam malam milik Chandra lagi menatapnya dalam diam. Memiliki kilat yang berbeda, serta mimik wajah yang dingin dengan sejuta makna bikin Brian sadar kalau mungkin aja Chandra sudah sampai pada batasnya.

Kaos yang sedang dipakai, Chandra buka, menariknya dalam satu gerakan hingga otot-otot di sana terlihat. Dada Brian berdebar keras, gak pernah nyangka kalau pemandangan sederhana seperti itu justru memberi afeksi tersendiri untuk dia.

Chandra ngerendahin kembali tubuhnya, mendekatkan diri pada si manis sampai dia menjangkau area leher Brian.

Pomegranate yang jadi khas Brian semakin menguar, pun gak Chandra tampik kalau itu udah jadi aroma favoritnya. Hidung melesak, dia menghirup dalam-dalam sampai paru-parunya penuh, menghebuskan nafas dengan kasar ditambah dengan reaksi Brian yang gak Chandra kira.

"Ng-ghhh"

Si kecil memejamkan mata, bergumam kecil bersamaan dengan nafas kasar yang dia buang. Dia mendongak, menggeliat gak beraturan karna sebenarnya itu adalah titik sensitif dia.

Merasa diberi akses lebih, Chandra ngecup jenjang si manis bertubi-tubi. Basah pada bibirnya ngasih sensasi dingin dan sensual secara bersamaan, yang bikin Brian makin gak tahan ditambah dengan sengatan kumis tipis yang tanpa sengaja mengenainya.

Kepalanya di jauhin, Chandra menarik diri untuk sesuatu yang lain. Di bawah sana, si manis udah terlihat berantakan padahal mereka baru mulai.

Bibir yang bengkak dan memerah, rambut yang gak karuan, dada naik turun karna tersengal, serta pandangan sayu yang memiliki banyak makna.

Indah, gak ada kata lain yang lebih cocok selain itu untuk mendiskripsikan penampilan Brian saat ini. Dia begitu sempurna.

"Boleh aku buka?" Dia bertanya, sambil jemarinya pegang kerah piyama yang Brian pakai.

B & C ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang