19

44 9 0
                                    

"Kamu ngomong apa sih?"

Refleks Chandra melepas pelukannya, lalu dia beralih natap Brian tepat di mata si kecil. Sedikit banyak, dia masih gak percaya sama apa yang baru dia denger.

"Aku tau ini emang ga gampang, tapi aku yakin kita bakal baik-baik aja."

Kepala Brian ngegeleng, "Kalo kita baik-baik aja, berarti orang tua kakak yang kenapa-kenapa."

Mendadak pikiran Chandra buntu, perkataan Brian diluar rencananya.

Chandra sama sekali gamau berpisah.

"Brian, kita bisa lewatin ini."

Meyakinkan kesayangannya kembali, manik hitam itu natap Brian penuh dengan harap.

Tapi, sayangnya itu gak merubah keputusan Brian. Dia memutus kontak mata di antara mereka. Lalu dia bangkit, duduk kemudian berdiri dan beranjak dari sana.

Chandra yang melihat itupun ikut bangkit, mencekal lengan Brian dengan sebelah tangannya.

"Brian, kamu gak akan ke mana-mana."

Nada bicaranya pelan, harapannya masih Chandra gantungkan.

Sedangkan Brian berbalik, mendongak untuk kembali natap Chandra yang mulai terlihat panik.

"Kita sama-sama tau kak kalo hubungan kita emang ga mudah,  kalo restu itu gak bakal kita dapat. Dan kita sama-sama nutup mata, kita ngelupain semua hal itu. Sampai akhirnya kebongkar juga. Sekarang, masalahnya makin besar. Kakak pasti sedih kan, ngeliat mama kakak nangis? Ngeliat papa kakak diopname? Penyakit jantung itu berat."

Benar. Dari awal, mereka sama-sama tau kalau Mei ingin Chandra segera nikah dan punya anak.

"Kalau kakak sama aku, emangnya kakak sanggup ninggalin keluarga kakak? Kakak sanggup dengan semua konsekuensi yang bakal terjadi?"

Pertanyaannya terdengar kasar. Brian tau betul, Chandra sangat mencintainya. Tapi dia juga gak mau Chandra akan menyesal nanti.

Bagaimanapun, darah lebih kental dari pada air. 

"Aku gak bisa kalo gak sama kamu Brian."

Suara berat itu melemah. Keluarga atau Brian, Chandra akan mengusahakan keduanya.

"Kak..."

Brian melepas cekalan Chandra pada tangannya, dia berkedip beberapa kali untuk nahan kaca pada matanya lalu natap Chandra dalam.

"Ayo kita belajar melepas, belajar ikhlasin sesuatu."

Kata-kata itu bukanlah hal yang mau Chandra denger. Kepala Chandra pening, dadanya bergemuruh dan matanya mulai basah.

"Jangan ngomong gitu.."

Dia mulai terisak, deru nafasnya  tidak teratur.

"Jangan tinggalin aku, please."

Suaranya melemah, membuat Brian yang mendengarnya nutup kedua mata dan tanpa sengaja membuat bulir air mata mengaliri pipinya.

"Aku gak bisa kalo gak sama kamu."

Kalimat itu Chandra ulangin,  berharap Brian ngerti dan menarik kembali ucapannya.

"Aku cinta kamu, Brian. I love you more than anything, about everything that's coming we've to deal with it together. I love you like I love my parents."

Si kecil menghirup nafas, ikut terisak mendengar ungkapan cinta tersebut.

"Kak, please. Jangan mempersulit keadaan."

B & C ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang