16

56 8 0
                                    

Alarm handphone berbunyi, tangan Brian terulur buat nyari dimana benda canggih tersebut. Setelah menemukannya, dia langsung matiin alarm dan mengucek mata.

Brian kembali berpaling, menghadap pria-nya yang masih terlelap.

Kedua mata itu sepenuhnya terpejam, rambutnya tersibak ke atas, suara nafas yang teratur dan wajah damai Chandra memanja penglihatan Brian dipagi ini.

Lentik terulur. Ujung telunjuk ngusap pipi si tinggi pelan. Dengan pikiran yang setengah kosong, perhatiannya tetap di sana, memaku wajah tampan itu dengan netranya.

Bersyukur.

Dia sangat bersyukur memiliki pria ini dalam hidupnya.

Bahkan Brian gak bisa ngebayangin untuk hidup tanpa Chandra.

Karna Chandralah, hidup Brian jadi lengkap, berwarna dengan segala emosi yang dia rasa.

Tiba-tiba aja Chandra bergerak, wajahnya sedikit berpaling untuk ngecup tangan Brian yang masih berada di pipinya. Lalu, kedua manik itu terbuka.

"Pagi.."

Suaranya serak, matanya masih keliatan sayu dan dia tersenyum samar.

Di bawah selimut, tangan si besar terulur untuk ngebawa Brian lebih mendekat. Lalu, dia nyusup ke dalam baju si manis dan nyentuh perutnya, ngelus dengan gerakan pelan.

"Kok udah bangun?"

Chandra melirik jam dinding, masih pukul tujuh pagi. Masih terlalu awal untuk Brian bangun di hari minggu.

"Lupa matiin alarm."

Brian menggerutu kesal. Padahal ini adalah kesempatan terakhirnya bangun siang sebelum kegiatan PKKMB dimulai besok. Yang artinya, dia udah harus sampai kampus di pagi buta.

Kening si manis dikecup, lalu Chandra melesakkan hidungnya di area itu. "Nanti malem, harus banget ya nginep di apartmu?"

Kata Brian, dia bakal nginep di apartemennya yang ada di dekat kampus. Karna panitia PKKMB pasti akan pulang malem, dan besoknya berangkat pagi buta. Dengan begitu dia akan menghemat waktu dan tenaga.

Brian menoleh ke arah pria-nya, lalu dia nyuri sebuah kecupan tepat di bibir, "Cuma sampe jumat aja kok."

"Masih 5 hari lagi. Lama."

Jatuh cinta itu, bisa ngubah segalanya. Pria dewasa di antara mereka bahkan sekarang lagi merajuk. Walaupun sisi yang ini hanya Chandra tunjukan di depan Brian.

"Kalo aku ikut ke sana, boleh?"

"Makin jauh dari kantor kakak loh. Gapapa emang?"

"Gapapa."

Seengganya, Chandra bisa ketemu Brian tiap hari. Tidur bersamanya, natap dia setiap dia membuka mata.

"Ada Luhan juga."

"Iya, sayang. Aku tau."

"Oke."

Mereka masih betah bermalas-malasan, saling mendekap, ngobrol hal ringan dengan sedikit sentuhan sana sini.

Dekapannya Brian eratkan, kepalanya melesak di dada si tinggi. "Sayang banget sih."

"Siapa?"

"Aku."

Jawaban itu membuat si besar terkekeh, lalu dia ngecup pucuk kepala Brian. Jari kasarnya membelai punggung si manis, nyusurin garis tulang belakangnya sambil merasakan betapa halusnya kulit Brian.

Membuat Brian meremang tiba-tiba.

"Masih pagi, jangan mulai."

Sebelah kaki Brian dia naikin, melingkari tubuh Chandra dan sengaja menabrak benda keras si tinggi. Morning wood.

B & C ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang