24

56 13 1
                                    

Setelah Chandra bergabung dengan perusahaan keluarga, Jae Hoon pun banyak terbantu. Seengganya, Jae Hoon gak perlu lembur dan dateng ke kantor setiap hari.

Dia bisa agak lebih santai. Untuk pekerjaan yang cukup berat, bisa dia percayain ke Chandra. Karna ini adalah perusahaan milik keluarga besar, tentunya juga ada saudara-saudara yang ikut handle juga.

Kesehatan Jae Hoon udah jauh membaik. Tapi, dia tetap harus ngikutin pola hidup sehat seperti yang dokter bilang.

Setelah tahun berlalu, baik Jae Hoon ataupun Mei'pun makin berumur. Yura yang udah sibuk dengan keluarga kecilnya, dan Chandra yang jarang pulang membuat rumah mereka kerasa lebih sepi.

Sekalinya bertemupun, yang dibicarin gak jauh-jauh dari urusan kerjaan atau sekedar nanya kabar aja.

Begitu mereka tau kalo Chandra terdiagnosa MADD, ada perasaan tersentil yang Mei rasain. Dilihatnya, anaknya itu gak melakukan apapun selama berbulan-bulan, dirinya gak keurus dan masih banyak hal lainnya yang membuat Mei gak nyangka kalo hal seperti itu bisa terjadi pada Chandra.

Dan tanpa sadar, perihal seksualitas Chandra dan juga Brian gak pernah terbahas lagi.

Seorang pelayan di rumah itu jalan ngedeketin Mei yang lagi nyemprotin air ke tanaman hias, pelayan itu berbisik singkat, ngasih tau kalo ada seseorang yang berkunjung dan nyari Mei serta Jae Hoon.

Brian dengan sedikit gugup udah duduk di ruang tamu. Pikirannya melayang, teringat sama kejadian tidak menyenangkan bertahun-tahun silam.

Begitu Mei dan Jae Hoon ke ruang tamu, Brian refleks berdiri, "Tante, Om..." Dia nyapa pelan sambil senyum tipis.

Mereka semua duduk, Brian duduk diseberang Mei dan Jae Hoon yang terhalang meja.

"Tante sama Om gimana kabarnya?" Brian ngebuka topik, sambil mikir gimana caranya biar suasana diantara mereka gak terlalu canggung.

"Kami baik, ada apa ini?" Itu Jae Hoon, to the point.

Bingkisan yang Brian bawa, dia sodorin ke arah mereka, "ini ada titipan dari mami. Kata mami, maaf belum bisa ngunjungin om sama tente."

Nerima bingkisan tersebut, Mei nelusurin wajah Brian. Gak banyak yang berubah dari dia, tapi keliatan jelas kalau dia makin dewasa. Mukanya ramah dan eyesmile yang indah, sama seperti milik Rita.

"Makasih ya, salam buat mamimu ya Brian."

Segimanapun dengan apa yang udah pernah terjadi, Brian adalah anak yang baik. Mei udah liat Brian dari dia masih kecil. Terlebih Brian gak marah dan malah menuhin permintaan Mei untuk pergi dari Chandra dulu.

"Iya, tante.."

Hening, Brian ngecap bibirnya pelan, ngumpulin keberaniannya perlahan.

"Tante, om.. Kemarin Brian udah ketemu sama Kak Chandra dan kami sepakat untuk rujuk."

"Ck, apa aku bilang. Gak mungkin dia ke sini kalo gak ada maunya." Jae Hoon mendecakkan lidah, bicara demikian sambil noleh ke arah Mei.

Dalam hatinya, Jae Hoon masih belom bisa nerima dengan apa yang terjadi sama Chandra. Sedangkan Mei disebelahnya megang tangan Jae Hoon, ngasih tepukan untuk nenangin suaminya itu.

"Kita dengerin dulu apa yang mau Brian sampein." Mei berkata demikian, lalu atensinya kembali kepada Brian.

"Maaf Om, Tante.. Brian gak bisa nepatin janji. Udah banyak tahun terlewati, Brian sama Kak Chandra juga lost contact dan kita ada dibeda negara. Tapi, ternyata kami sama-sama gak bisa saling ngelupain."

Tiba-tiba Jae Hoon berdiri, wajahnya agak merah karna nahan kesal.

Jae Hoon dan Mei sering membicarakan Chandra. Terlebih mei sangat terpukul begitu tau Chandra mengidap MADD. Bukankah itu berawal dari mereka yang misahin Chandra dan Brian secara paksa?

B & C ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang