25

74 12 3
                                    

Gak kerasa, sisa waktu Brian di Indonesia tinggal dua hari lagi. Tiket ke Korea udah dipesen dari jauh-jauh hari. Gimanapun, pekerjaannya di sana udah menanti.

Brian ngebuka tirai, ngamatin gemerlap hiruk pikuk keramaian Jakarta di malam hari dari ketinggian. Meski Ibu Kota ini begitu padat, tapi Brian menyukainya.

Karna di sinilah dia tumbuh, mengenal Luhan, dan juga Chandra.

Alunan lagu klasik terdengar, segelas wine ada dalam genggaman, harmonisasi yang sempurna untuknya menghabiskan malam.

Entahlah, makin berumur selera musik Brian makin beragam juga.

Perlahan, sepasang tangan menjalar dan meluk Brian dari belakang.

Mereka sama-sama diam, dua pasang mata yang sama-sama memaku malam. Lalu kepala si besar nunduk, nempatin hidungnya pada bahu Brian.

Pomegranate.

Aroma yang gak pernah berubah, aroma kesayangannya.

"Apa kamu harus banget balik ke Korea dulu?" Nada bicara Chandra sedikit merajuk, sarat akan gak rela ditinggal Brian.

Sebelah tangan Brian balik megang tangan yang ada di perutnya, "Iya, ada beberapa hal yang harus aku urus."

Setelah mereka mutusin buat rujuk, maka Brianlah yang akan balik tinggal di Indo. Jadi, dia perlu ngasih tau orang tuanya, serta rencana ke depan soal bisnis Brian di Korea.

Si tinggi gak jawab apa-apa lagi. Padahal, Brian balik ke Korea cuma sebentar. Tapi perasaan Chandra gak enak, dia gelisah.

Gimana kalo Brian tiba-tiba berubah pikiran dan stay terus di Korea?

Brian lepasin pelukan si besar, berbalik buat liat muka kesayangannya lalu dia mandang mata bulat itu.

"Aku bakal cepet nyelesein urusan di sana dan segera balik ke sini, okay? Aku juga bakal tinggal di sini, di apart ini, bareng kakak, just two of us. Aku janji, kakak percaya sama aku?"

Walau beberapa hari ini Chandra ga pernah kambuh, tapi Brian tau jelas kalau prianya itu lagi ngelawan pikirannya sendiri. Perasaan takut ditinggal itu sangat mengerikan buat Chandra.

Chandra menghela nafas pelan, matanya melirik waktu dia kepikiran sesuatu.

"Kalo aku ikut kamu, gimana?"

"Kakak bukannya harus ngantor?"

"Jatah cutiku tahun ini masih penuh malah. Itung-itung aku bisa ngajuin block leave."

Di tempatnya, Brian terkekeh samar. "Itukan bukan perusahaan jasa keuangan."

"Ya anggep aja gitu, semacam block leave. Gimana, boleh?"

"Kerjaan emangnya gapapa ditinggal gitu?"

"Ada Jesslyn, lagian aku juga bukan yang bakal lepas tangan juga kok. Aku bakal tetep kontrol, aku bisa kerja di manapun."

"Sayang, aku di sana paling cepet 1 minggu, mungkin bakal lebih beberapa hari. Apa gak kelamaan kalo kakak cuti sebanyak itu? Gini aja, kakak kerjain dulu semua yang dirasa penting, nanti baru kakak nyusul, sekalian aku juga mau ajak kakak ke suatu tempat. How's?"

B & C

"Pak, after break kita ada appointment dengan Mr.Liu."

"Ok."

Chandra menjawab tanpa ngalihin perhatiannya dari setumpuk berkas yang lagi dia pegang. Tangan besarnya dengan lugas nandain laporan-laporan tersebut. Meski deadline-nya masih lama, pria tinggi itu nampaknya ngerjain semua yang bisa dia kerjain sekarang.

B & C ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang