06

95 13 0
                                    

Ketiga laki-laki itu memasuki mobil milik Chandra yang terparkir di area fakultas Brian. Dengan Chandra yang nyetir, Brian di sebelah dan terakhir Orion di kursi belakang Chandra.

"Kalian kenal Kak Jennie?" Brian buka suara, dia kepo banget kenapa bisa Jennie nyapa Chandra dan Orion.

"Dia magang di kantor kita." Itu Orion.

Seketika Brian memutar tubuh, sambil megang joknya sendiri dan lihat Orion penuh minat, "Oh ya?" Suaranya sedikit lantang, "Gimana anaknya?"

Orion mengendikan bahu, "Bukan divisi gue"  Lalu nunjuk ke arah Chandra, "anaknya dia tuh"

Pandangan Brian beralih ke pria di sebelahnya, "Gimana Kak?"

Fokus Chandra tetap ke jalan di depan, sadar si kecil tengah menatapnya. "Kayanya ok, belom tau banget si soalnya baru masuk minggu lalu. Terus magangnya juga ga tiap hari."

"Kenapa? Excited banget?" Chandra kembali bertanya sebelum Brian sempet ngerespon.

"Itu loh yang gue ceritain". Kilat matanya terlihat, senyum Brian ngembang.

"Oh, gebetan lo?" Lagi-lagi Chandra nanya buat mastiin.

Bahu si besar ditepuk pelan, bibirnya mencebik. "Ada Kak Orion ih." Kata Brian protes, masa rahasianya langsung ketauan sama Orion.

Merasa namanya dibawa-bawa, Orion menyahut. "Gapapa, biar gue bisa bantuin", lalu dia ngelirik kaca spion di depan. Mendapati sebuah kerutan samar pada kening itu, Orion tersenyum tipis.

"Bantuin ngapain?" Lagi-lagi Brian bertanya, terlampau minat dengan percakapan ini.

"Lo maunya ngapain? Ngasih makanan? Nitip salam? Ntar gue bantuin" Orion kembali ngelirik kaca spion. Kerutannya udah hilang, air wajah kembali netral seperti sedia kala.

"Mending nitip ke Kak Chandra aja gasih? Kan satu divisi mereka," Ujar Brian lalu melirik Chandra, kembali menepuk bahu si besar, Brian tertawa pelan.

"Jagain calon cewek gue ya Kak"

.

"Lo tau ga dulu waktu PKKMB gue lupa bawa bekel kan. Nah itu.. itu Kak Jennie ngasih punya dia buat gue.."

Percakapan soal Jennie masih berlanjut pas mereka udah sampai di apartemen. Kini Brian lagi duduk dikursi sambil bertopang dagu di meja island.

Chandra bergumam pelan dan menyimak celotehan si kecil seraya berkutat dengan kompor di depannya. Ayam goreng mentega udah mateng, sekarang dia lagi numis sayuran, bikin capcay cah.

"..terus ternyata dia sempet jadi asdos di kelas gue dong. Beberapa kali juga dia minjemin buku ke gue.."

Pupilnya melirik ke atas, yang seakan ngebawa Brian buat inget-inget kejadian dulu sama Jennie.

"...ibarat diatuh malaikat tanpa sayap ga sih?" Lelaki manis itu masih setia dalam lamunannya.

TAK.

Brian tersentak waktu piring berisi lauk-pauk mereka diletakkan oleh Chandra. Aroma makanan yang memanja hidung Brian, dia menutup mata menikmati.

Fokusnya teralih ke hidangan yang tersaji, dengan senang hati menerima waktu Chandra nyodorin piring berisi nasi panas kepadanya.

"Lo kenapa ga jadi chef ajasih?" Brian beneran nanya, masakan Chandra tuh ga pernah fail dilidahnya.

Sedang si besar itu tersenyum simpul, sarat akan kemenangan karena perhatian Brian udah kembali padanya.

"Buat gue masak itu basic skill." Chandra ga bohong, sejak dia tinggal sendiri, dia mulai belajar masak dan menurutnya masak sendiri tuh lebih bagus.

B & C ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang