Cerita ini ikut dalam event Pensi Vol.3⚡
Kami Ras Iblis yang terkenal akan keabadiannya karena umur panjang, memiliki kemampuan regenerasi 100x lebih cepat dibanding manusia juga menguasai elemen kegelapan yang langka.
Ayahku bilang, Ras kami tak te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Aku sudah mengurus berkas-berkas kalian," ujar Theo, mereka berkumpul bersama di ruang keluarga. Ya, orang tua Theo adalah adik dari sang Raja, jadi mereka masih satu keluarga.
Ash menerima berkasnya, "Bagaimana cara mendapatkannya?"
Theo terkekeh, "Tinggal mengurusnya saja. Di sini mereka menggunakan sistem pemerintahan. Mereka tahu bahwas banyak makhluk selain manusia yang tinggal di sini, jadi mereka melakukan kontrak kerjasama dengan kita. Salah satu kontraknya adalah tidak boleh melukai manusia sembarangan dan mereka akan memberikan berkas resmi untuk kita bertahan hidup."
Mereka menonton berita televisi, sedangkan Vallen dan Asa asik menonton film action terbaru.
"Nanti siang, aku akan mengurus berkas kalian yang lainnya," ujar Theo, "Ash dan Vallen harus ikut aku nantinya-"
Mendengar namanya dipanggil, Vallen hanya menganggukan kepalanya. Mereka sedang ada di puncaknya cerita.
Asa menaikkan satu tangannya sambil memanggil Kakaknya, "Mereka akan melakukan tes untuk berkas pencapaian pendidikan?"
Theo mengangguk.
"Pasti Kak Ash bakal mengerjakannya dengan mudah, Kakak kan cerdas!" puji Asa, ketika matanya kembali fokus pada layar tabnya ia terkejut melihat karakter utama yang sudah tak sadarkan diri.
Berfokus pada Ash, ia yang merasa bosan akhirnya memutuskan untuk pergi, mencari perpustakaan. Ia ingin mencari tahu banyak informasi terkait dunia ini.
"Pergilah ke perpustakaan di pusat kota. Aku tak menyangka, sampai sekarang kau masih gemar membaca." Theo menatap Ash jengkel. Seumur hidupnya, ia belum pernah melihat makhluk semaniak Ash dalam hal membaca, "Kau tak berniat bekerja, untuk menyambung hidup?"
Ash menatap Theo datar, "Ada pekerjaan apa saja di sini?"
"Banyak," balas nya, "Kurasa kau cocok menjadi model."
Model?
"Kau harus memanfaatkan paras tampanmu Ash-" Theo berdiri, mengambil majalah di atas meja, "Ini model."
Theo menunjuk gambar Wanita yang sedang berpose.
"Mempromosikan brand?" tanya Ash yang dibalas anggukan.
"Aku pikirkan lagi," balas Ash kemudian berdiri, "Aku mau pergi ke perpustakaan."
. . . .
Kemarin, Theo juga memberikannya handphone dan menyuruhnya untuk menggunakannya sebagai alat komunikasi. Sambil menunggu mereka sampai di tempat tujuan, Ash membuka handphonenya, penasaran dengan cara kerja benda pipih di depannya.
"Apa Anda seperti Tuan Theo?" tanya supir, mungkin berusaha mencari topik.