01

8 2 0
                                    

2014 |Bandung

"halo bay, gimana?"

"Nay, aku gagal" terdengar dari saluran telefon suara yang sangat halus terdengar seperti laki' yang setengah ingin menangis.

aku menghembuskan nafasku, dia ibay, gagal kompetisi aktor untuk kesekian kalinya, waktu itu aku sangat sedih dan tidak tega dengannya, mengingat kembali bagaimana susah nya dia mengejar target dan menghafal skrip yang harus dia kerjakan untuk daftar kompetisi, dan itu semua dibayar dengan kekalahan.

"Aku sebentar lagi sampai, tunggu jangan kemana-mana,"

Aku menutup telfon dan meneteskan air mata ku yang sengaja ku tahan agar tidak terdengar oleh ibay, dia pasti sangat terpukul sekarang, aku bergegas lari mencari taxi untuk segera menuju tempat dimana ibay berada.

****

"Ibay"

Seseorang menoleh ke arahku, dengan cepat dia mendekap tubuhku, tangisannya pecah di pundakku.

"Aku gagal nay, aku gagal" kata yang selalu dia katakan dengan suara yang hampir habis karna menangis.

"Bay, kekalahan bukan berarti kegagalan, kamu bisa mencobanya lagi, kerja kerasmu pasti akan terbalaskan suatu saat nanti,"

Aku melepaskan dekapannya, sedikit ku usap pipinya yang sudah berlumuran air mata, membuat ukiran senyum dibibirnya dengan tanganku.

"Tetep semangat ya bay, kamu harus kuat, masa seorang ibay nangis sih, katanya presiden tapi ko nangis,"

"Presiden juga bakal nangis nay kalo dia udah cape,"

Dia menunduk lemas, aku tersenyum mengangkat pelan dagunya, menatap mata sayu itu.

"Aku tau, aku tau kamu pasti lelah, makanya aku kesini, kamu lupa kalo kamu punya wakil presiden yang siap buat presidennya senyum lagi,"

Senyumnya mulai terukir dengan sedikit tertawa, matanya tertutup saat dia tersenyum membuat dia terlihat sangat istimewa.

"Nah gitu dong, nih aku bawain kolak pisang kesukaan bapak ibay, sini makan dulu," menarik tangannya untuk duduk di kursi dekat dengan pohon yang membuat matahari tidak dapat menyinarkan cahaya panasnya.

Aku duduk bersamanya, perlahan aku membuka kantong tas ku dan mengambil sebuah kotak makan, aku buka dan terlihat jelas bahwa itu adalah "kolak pisang", ibay dari dulu sangat suka dengan kolak pisang, bahkan bekal hariannya saja tidak pernah berubah.

"jika aku disuruh milih antara uang sama kolak pisang, aku bakal milih kolak pisang," katanya seperti itu.

Aku memberikan suapan pertama ke mulut nya, senyumnya terukir saat kolak itu hancur dimulutnya.

"Gimana, enak kan?"

"Kolak bikinan wakilku emang gapernah gagal," mengacungkan kedua jempolnya.

Aku dan dia tertawa bahagia, sejenak membuat dia lupa akan lukanya, aku senang dia sudah tertawa lagi, dan mulai melupakan kejadian tadi.

Kenangan [By:Aruu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang