16

4 1 0
                                    


Aku langsung pergi meninggalkan pasar itu, sekarang sudah lega rasanya, semua buku yang aku perlukan, sudah ada di tasku, tinggal mempelajari nya saja.

Sebelum pulang, ibay mengajakku ke sebuah warung dekat pasar itu, untuk sekedar minum dan jajan disana.

Aku duduk di sebuah gubuk, tidak terlalu besar tapi nyaman untuk diduduki, udaranya juga sangat sejuk, karna dibawahnya terdapat sebuah pemandangan gunung yang indah.

Aku pergi sebentar ke arah penjual es teh untuk membelinya. Setelah itu aku kembali lagi membawa segelas es teh di tanganku, dan duduk di samping ibay yang sedang memejamkan matanya.

"Kamu kenal mang Isa dari kapan, ko kayanya akrab banget," Tanyaku mencairkan suasana.

Ibay berdiri dan menghadap kearah depan, tersenyum melihat indahnya pemandangan.

"Ditanyain ko malah diem," Cibirku karna tak lekas dijawab oleh ibay.

Ibay menoleh dan tersenyum kearahku, lalu memalingkannya kembali melihat kedepan.

"Udah dari dulu nay, dulu bunda pernah jualan buku disana. Jadi setiap bunda ingin sholat atau pun makan, aku selalu dititipkan ke mang Isa, dia sudah ku anggap seperti ayahku sendiri," Ucapnya.

Aku mengangguk mengerti, diam sejenak.

"Aku boleh nanya sesuatu?" Ucapku melihat kearahnya.

"Sok," ucapnya santai.

"Tapi, janji jangan marah".

"Atuh ngga akan aku marah sama kamu nay, tapi kecuali kalo kamu nanya, aku ini perempuan atau laki-laki,".

"Bukan!!".

"Lalu?".

"Maaf sebelumnya, tapi kenapa ayahmu ngga pernah terlihat, aku selama ini belum pernah lihat ayahmu,".

Dia menatapku, ada sedikit rasa takut yang menyelimutiku saat itu, ibay menghampiriku, lalu duduk disampingku.

"Sejak aku lulus SD, ayah pergi, entah kemana dia ngga bilang sama bunda, katanya sih mau cari pekerjaan, tapi sampe sekarang gapernah muncul lagi,".

"Kenapa gapernah muncul lagi?," Ucapku dengan hati-hati.

"Gatau, lupa jalan pulang kayanya. Tapi waktu itu ayah masih sering ngasih kabar kebunda, sering ngirim uang juga. Tapi sekarang udah engga, dia seakan-akan menghilang dari bumi, lalu tidak pernah kembali".

"Aku sebenernya tidak suka dengan ayahku nay, menurutku dia bukan laki-laki, karna meninggalkan bunda dan aku disaat kami butuh dia,".

Aku sedikit menatap kearahnya, wajahnya seakan memerah, entah karna sedih atau marah, tapi terlihat jelas, bahwa dia sedang menahannya.

"Aku minta maaf,"

"Gaperlu minta maaf," timpalnya langsung.

"Lagian ya nay, aku juga masih harus berterimakasih sama dia, kalo ngga ada dia, mungkin aku juga ngga akan ada nay,"

"Dia yang udah memberikan sebuah benih, yang tumbuh menjadi janin, lalu lahirlah menjadi aku yang tampan ini,"

Aku tertawa mendengarnya.

"Menjadi aku selalu merindukanmu, menjadi aku yang selalu melindungi mu, menjadi aku yang siap mati kalo udah waktunya,".

"Kirain siap mati buat aku,".

"Ya kalo belum waktunya, mah ngga bakal mati nay,".

"Menjadi aku yang sekarang sedang menatap wanita cantik dihadapku, menjadikan aku yang sekarang sedang melihat orang itu sedang meminum es teh, menjadi aku yang menunggu orang itu nawarin es teh nya ke aku,"

"Kamu mau,"

"Kayanya,"

"Yaudah aku beliin yah,"

Saat aku hendak pergi membelinya, ibay menahanku dan menyuruhku untuk tetap duduk.

"Itu aja," menunjuk es yang sedang aku pegang.

"Tapi ini tinggal dikit, bekas aku juga,".

"Gapapa nay," mengambil alih gelas es teh itu ditangannya. "Nanti juga bakal ngerasain langsung di tempatnya," ucapnya meminum habis es teh itu.

"Tempatnya?" Merasa bingung dengan apa yang dia katakan.

Ibay menaruh gelas itu dimeja, mengalih menghadapku dan menatapku.

"Ini," menyentuh bibirku dengan telunjuknya sambil tersenyum.

Aku kaget, tidak percaya apa yang dia pikirkan sekarang, astaga dia benar-benar membuatku gila.

Aku diam tersipu malu, pipiku merah layaknya tomat yang baru matang, menunduk tak berani menatap ibay.

"Tapi ngga sekarang, aku takut kamu hamil?" Ucapnya dengan sangat santai.

"Hah?".

"Iyaa, kata bundaku dulu, kalo cewe sama cowo, ciuman, nanti cewenya bakal hamil," Sangat enteng mulutnya mengatakan hal itu.

Aku tertawa. "Terus kamu percaya?".

"Percaya lah!".

"Ko bisa?".

"Ya kecuali kalo bunda bilangnya, cowonya yang bakal hamil, baru aku ngga percaya," .

Kami tertawa. Benar juga, tidak mungkin ada laki-laki hamil, hal mustahil yang pernah aku dengar, dan apakah kalian percaya dengan apa yang ibay percayai, aku sih tidak!. Masa cuman seperti itu, bisa hamil, ngawur. Itu paling kata-kata peringatan, buat nakut-nakutin ibay dulu, biar ngga melakukan yang tidak pantas dilakukan diwaktu umurnya yang masih kecil.

Kenangan [By:Aruu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang