05

13 2 0
                                    


"Nayla!"

Seseorang datang dan menghampiri kami, wanita berambut tidak terlalu panjang, wajahnya cantik, dia bernama Annisa, temanku sekaligus pacar dari abizhar. Aku dan Annisa satu kelas, satu bangku dan satu tujuan meraih gelar juara kelas, kami sangat dekat, tapi dia asli Jakarta, yang akan kembali kesana saat lulus nanti.

"Dicariin juga dari tadi malah disini," ucapnya.

"Tadi diajak ibay, emang kenapa?" Tanyaku

"Ya ngga kenapa-napa si, ayo ke kelas udah mau masuk"

"Yeuh ganggu wae rebon," ucap ibay meledek.

"Diem tukang koran, udah ayo nay ke kelas"

"Aku ke kelas dulu ya" melihat ke arah dimana ibay duduk.

"Iyaa, kalo ada semut yang gigit kamu bilang ya nay"

"Siap komandan," memberi hormat kehadapan ibay.

"Aku juga mau ke kelas ya ay," ucap Anisa kepada abizhar yang tepat ada di belakangku.

"Iyaa sayang,"

"Riwehhh taeee!!" Teriak Soni yang membuat semuanya tertawa melihatnya.

Aku dan Anisa bergegas menuju kelas, sebenarnya masih ada 15 menit lagi menunggu masuk pelajaran pertama, tapi entah kenapa Anisa sangat terburu-buru.

"Nay tau ngga,"

"Apa?"

"Tadi ada Reni liatin kamu sama ibay dari kejauhan, makanya aku nyamperin kamu tadi"

Aku yang tadinya sibuk membaca buku kini teralihkan karna mendengar apa yang Anisa katakan.

"Reni?"

"Iyaa nay, tadi tuh yah muka dia kaya kesel gitu liatin kalian ketawa-ketawa, kayanya dia iri deh sama kamu nay"

"Iri kenapa?"

"Ya iri karna kamu Deket sama ibay lah nay, kan dia suka ibay"

Aku baru teringat itu, sebenarnya aku sedikit kasihan melihatnya tapi aku juga dibuat bingung dengannya, mengapa harus ibay? Dia cantik, pintar ya aku tau ibay tampan, tapi bukankah dia bisa mendapatkan yang lebih dari ibay? Entahlah aku tidak ingin memikirkan hal yang tidak penting.

Pelajaran pertama dimulai, semua murid senyap dan pelajaran sangat mudah diserap saat itu, aku fokus pada papan tulis di depan dengan guru yang sedang menjelaskan maksud dari apa yang ku pelajari.

Normal rasanya jika seorang memikirkan hal yang tidak ingin ia pikirkan, rasanya hal itu muncul dengan sendirinya, semakin aku ingin melupakannya semakin banyak juga pertanyaan yang keluar dari otak ku mengenai hal itu.

Pelajaran pertama selesai, saat itu guru mengumumkan bahwa jam belajar kedua dikosongkan karna akan ada rapat guru, aku senang karna bisa pulang cepat hari ini.

Anisa pulang duluan dengan sopirnya, sedangkan aku masih berdiri di depan gerbang.

Tanpa aku sadari satu motor berhenti dihadapan ku, orang itu tersenyum manis di hadapanku.

"Halo tuan putri, bagaimana hari ini?" Tanya ibay menuruni motornya dan menghadap tepat di depanku.

Mata indahnya, kenapa ada manusia sesempurna ini? Aku tidak bisa mendeskripsikan bagaimana sempurnanya dia tapi yang jelas aku sangat menyayanginya.

"Biasa aja pak, membosankan," ucapku sedikit menebalkan di kata trakhir.

"Karna belum ketemu aku,"

Aku tersenyum kepadanya, entah kenapa hatiku seperti menari-nari melihat dia saat ini.

"Ayo pulang, kita harus tidur hari ini," ucapnya menaiki kembali motornya.

"Ayo naik,"

Saat aku hendak menaiki motor, mataku tidak sengaja melihat seseorang yang jaraknya sedikit jauh dari kami, dia melihat ke arahku dan saat itu dia seperti mengalihkan pandanganya, itu Reni kan? Ya aku yakin itu pasti Reni, dia memantauku dan ibay?

"Em bay, kamu duluan aja"

"Hah maksudmu?" Tanya ibay terlihat bingung dengan perkataanku.

"Iya, aku mau naik angkot hari ini,"

"Kenapa?, Aku udah mandi nay"

"Aish bukan karna itu, aku ingin naik angkot hari ini"

"Yasudah tunggu"

Ibay mengendarai motornya keparkiran di belakang dan menuruni motornya.

"Dan, bawa motor urang"

"Lah trus maneh kumaha?" Tanya Danu.

"Naik angkot nemenin Nayla,"

Dia menghampiriku dengan motor yang dia tinggalkan, aku bingung.

"Kenapa motornya ditinggal?" Tanyaku

"Katanya mau naik angkot,"

"Kan aku yang mau naik angkot"

"Yaudah hayu naik angkot, tadi katanya mau naik angkot kumaha si"

"Maksudnya kamu duluan naik motor, aku naik angkot"

"Gabisa, wakil sama presiden harus nempel biar menang priode," menarikku ingin menyebrangi jalan.

Aku sedikit melirik dimana tempat Reni tadi, aku lihat dia sudah tidak ada, aku harap dia sudah pulang.

Aku menaiki angkot bersama ibay, aku hanya diam tak bersuara saat itu, aku terpikirkan apa yang sedang Reni lakukan hari ini.

"Digigit semut nay?" Bisikan itu terdengar jelas ditelinga kananku.

Aku menoleh mendapati ibay sedang menatapku.

Aku sedikit menyenggol bahunya, disaat seperti ini bercanda adalah hal yang tidak seru, hatiku sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa si nay dari tadi diem?"

"Engga gapapa,"

"Kenapa hm?"

"Aku bilang engga ya engga bay," sedikit kukeraskan suaraku.

"Nanti kutanya lagi setelah turun dari angkot,"

Aku hanya memalingkan wajahku menghadap depan, entah kenapa saat aku melihat wajah ibay aku terbayang wajah wanita itu, maka dari itu aku kesal melihatnya.

Kenangan [By:Aruu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang