11

13 2 0
                                    


Tidak tau kenapa tapi rasanya malam ini aku sangat senang bersama dengan ibay, padahal tadi siang aku seperti tidak ingin lagi melihat wajahnya.

Perasaan aneh, aku bisa saja sangat membenci ibay jika ibay tidak ada, tapi setelah bertemu dan melihatnya perasaan benci, marah, kesal itu seakan hilang begitu saja.

Aku memejamkan mata, merasakan angin yang berhembus diwajahku, rambutku sedikit terbang ke sana kemari, rasanya indah sekali, seperti tidak ada beban sedikitpun saat itu.

Tiba-tiba saja pikiran ku berubah saat teringat kejadian tadi, perkataan ibay tadi sore kembali berbunyi di kepalaku.

"Bay"

"Iyaa"

"Bukannya kata kamu, kamu mau kerumah orang yang kamu sukai, kenapa tiba-tiba kerumah?".

Dia tertawa, entah apa yang lucu dari pertanyaan ku tadi, aku merasa pertanyaan ku normal tidak ada unsur yang mengundang tawa sedikitpun.

"Kamu masih memikirkan itu nay?" Tanyanya.

"Engga, aku cuman nanya aja"

"Kamu aneh nay,"

"Aneh kenapa?"

"Pelajaran MTK dan fisika sangat mudah kamu mengerti, tapi masalah seperti ini saja kamu tidak faham, payah"

Merasa kesal dengan perkataan nya mengatakan ku payah, aku sedikit mendorong kepalanya kedepan, apa maksudnya?.

"Masalah itu ngga ada sangkut pautnya sama aku, ngapain juga aku harus faham" ucapku membela diri.

"Ada nay"

"Apa?"

"Itu ada tukang bakso, kita makan bakso dulu ya,"

Aku memutar bola mata jengah, seorang ibay tidak akan pernah mengatakan hal kebenaran, semua yang dia katakan pasti hanya lelucon.

Ibay memberhentikan motornya di samping penjual bakso, aku turun dan menunggu ibay memarkirkan motornya.

"Mang masih?" Tanya ibay kepada sang penjual bakso didepannya.

"Masih atuh," jawab bapak itu.

"Apanya?" Tanya kembali ibay.

"Baksonya kan?"

"Oh kirain cintanya," tertawa menatapku.

Aku sedikit mendorong pundaknya, orang yang tidak akan pernah bisa serius.

"Yaudah mang, bakso dua ya, yang satu pake bakso yang satu mangkoknya aja,"

"Loh buat apa?" Tanyaku bingung.

"Buat aku, aku udah makan tadi jadi mangkoknya aja, asal bisa nemenin kamu makan".

"Kalo gitu aku juga gamau makan kalo kamu ga makan,"

Ibay menghela nafas, "yaudah mang bakso dua" ucapnya.

Aku diajak duduk oleh ibay disamping gerobak itu.

Aku hanya diam-diaman dengan ibay, terlihat ibay selalu melirik kearahku memastikan aku masih ada di sampingnya.

"Aduhh," ucap ibay mengepuk dahinya tiba-tiba.

"Kenapa?" Tanyaku khawatir.

"Gitarku ketinggalan nay,"

"Dimana?, Rumah abizhar?"

"Bukan,"

"Trus?"

"Dirumahku,"

"Bukannya biasanya juga kamu naro dirumah yah,".

"Iyaa," ucapnya menahan tawa.

Aku menghela nafas, kesal sekali rasanya mengobrol dengan orang yang otaknya tinggal setengah, sepertinya setengahnya lagi sudah dibawa kabur oleh tikus dirumahnya.

"Kenapa sih, masih mikirin yang tadi?".

"Engga,".

"Hmm nay,"

"Apa?"

"Besok lebih baik kamu jangan kesekolah deh,"

"Yakan besok hari Minggu,"

"Yaiyah makanya aku ingetin biar kamu ngga kesekolah besok,"

"Terserah kamu,"

Batinku sudah cape menghadapi bocah tengil satu ini.

"Permisi, ini baksonya sudah jadi," menaruh dua mangkok bakso di hadapanku dan ibay.

"Oh iya, nuhun mang,"

"Iya sama-sama," hendak pergi meninggalkan kita.

"Eh mang," ucap ibay menghentikan langkah bapak itu.

"Iya kenapa?"

"Mau kemana mang?"

"Ya mau lanjut kesana,"

"Ngga mau makan bakso dulu mang, sini sama saya tak suapin,"

"Ah ngga usah, atu mamang mah udah bosen makan bakso,"

"Ohh gitu yah mang,"

"Iya, yaudah mamang tinggal yah,"

"Iya sok mangga mang,"

Ibay kembali menatapku, menusuk satu bakso dengan garpuh dan menyodorkannya kearahku.

"Makan," ucap nya mengangguk kearahku.

"Gausah aku juga punya ini," menunjuk kearah bakso ku.

"Yah, kamu tega banget si nay, tadi aku ditolak sama mamang itu, masa sekarang ditolak juga sama kamu," memperlihatkan wajah melasnya kearahku.

Aku sedikit tertawa melihat wajahnya, dan memakan bakso yang disodorkan ibay.

"Pinter" tersenyum melihatku.

Kenangan [By:Aruu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang