10

10 2 0
                                    


Malam pun tiba, bunda dan kakak sedang makan bersama, sedangkan aku duduk di sofa ditemani dengan susu dan cemilan, rasanya aku tidak nafsu makan malam itu.

Tidak ada penantian yang aku rasakan, aku bersantai seperti halnya yang biasa aku lakukan. Cemas yang masih ku rasakan benar-benar menggangu otakku, pertanyaan yang entah kapan berhenti berputar dikepalaku.

Biarlah dia memilih apa yang baik untuknya, aku tidak bisa memaksa nya untukku, semua akan tergantung dengan takdir dan nasib.

Tok tok tok.

Suara ketukan tanpa suara seseorang terdengar di luar, aku beranjak untuk membukakan pintu, tapi di cegah oleh kakak.

"Biar kakak aja yang buka,"

Aku hanya mengangguk dan kembali duduk, sepertinya itu tamu kakak.

Pintu terbuka aku sedikit melirik kesana, tidak bisa melihat orang itu karna terhalang oleh kakak, pikiranku tidak ada yang aneh-aneh.

"Assalamualaikum," ucap seseorang menyalami kakak.

"Wa'alaikumsalam, eh bay ada apa?"

"Cari nayyla ka, nayylanya ada?"

Kakakku melihat kebelakang sambil tersenyum kearahku.

"Nay, dicariin nih!" Ucapnya.

"Siapa kak?" Tanyaku.

"Udah liat aja kesini,".

Aku dengan malas menghampiri kakak, aku berfikir siapa malam-malam datang bertamu, apakah itu Annisa? tapi kenapa dia tidak mengabariku kalo mau kesini.

"Tuh ada yang apelin kamu," ucap kakakku menggepuk pelan pundakku sambil kembali ke arah dapur.

Aku tersentak melihat siapa yang berdiri di balik pintu, kaos hitam, celana jeans dan rambut yang sedikit berantakan, ibay!.

"Kenapa kesini?" Tanyaku.

"Sibuk?"

Ditanya malah balik nanya lagi, si aneh.

"Engga, ayo masuk" pintaku.

"Gausah orang mau ngajak kamu keluar,"

Aku terkejut, kemari tanpa mengabari, dan mengajakku keluar, apa maksudnya.

"Mau ngapain?"

"Cari jangkrik,"

"Hah?"

"Udah panggil bunda kesini,"

"Buat apa?"

"Ku kawini,"

"Heh!!"

Dia tertawa.

"Udah panggil aja, bilang ada aku diluar".

Menurut saja, jika tidak pria ini akan terus merengek tidak jelas.

"Bunda!" Teriakku.

"Kenapa nay," sautan bunda dari dapur.

"Kesini, dicariin ibay"

Tak lama terlihat bunda mendekat kearahku, mukanya seperti bingung menanyakan untuk apa ibay kemari malam malam.

"Eh ibay, ko ga masuk" ucap bunda saat melihat orang didepan rumah.

Ibay menyalami bunda dan sedikit merapihkan rambutnya.

"Ah ngga usah Bu, ini mau ijin ngajak nay jalan-jalan," ucapnya.

"Ohh, yaudah silahkan tapi jangan malam-malam"

"Nay udah cepet sana ganti baju, masa mau jalan-jalan pake gituan doang," sambung bunda menatapku.

"Tapi bund-"

"Udah cepet"

Bunda mendorong ku dan memberi isyarat mautnya.

Aku terpaksa kembali ke kamar untuk mengganti pakaian. Sebenarnya aku heran dengan ibay, bukankah dia bilang mau kerumah wanita itu, tapi kenapa dia malah mengajakku keluar, apa tidak jadi.

Aku sudah siap dengan, jaket army ku, dan celana jeans panjang dengan rambut ku urai.

Aku kembali turun dan menghampiri bunda dan ibay yang sudah menunggu di depan.

"Nah gini kan cantik, udah sana takut kemaleman" ucap bunda.

"Kalo begitu kami pamit ya Bu," menyalami bunda.

"Ayo nay," menatapku dengan senyuman manisnya.

Aku dengan wajah terpaksa, mengikutinya dari belakang, Kami menuju keluar gerbang bersama.

"Ko pake motor abizhar?" Tanyaku.

"Motorku keabisan oli nay, jadi pake punya abizhar dulu ya, rasanya sama ko," bisiknya pelan.

Aku menggeleng pasrah, menaiki motornya dengan hati-hati, sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan motor ibay dibandingkan dengan motor abizhar yang berisik dan sedikit tinggi itu.

Perlahan ibay menjalankan motornya dengan lihai, menikmati bandung bersama dia sangatlah menyejukan.

"Bay, kita mau kemana sih?" Ucapku dengan sedikit keras agar ibay mendengarnya.

"Kan udah dibilang, mau cari jangkrik,"

"Ngapain cari jangkrik jauh-jauh, dibelakang rumahku juga banyak,"

"Beda, kali ini kita cari jangkrik emas nay, biar bisa dijual"

Aku hanya bisa tertawa, jika benar jangkrik emas itu ada mungkin aku dan ibay sudah kaya dari dulu, huuftt pikiran bodoh.

Kenangan [By:Aruu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang