12

6 2 0
                                    


Aku berjalan bersama dengan ibay, dipinggir jalan yang masih ramai lalu lalang kendaraan pada malam itu. Motor ibay kita tinggalkan di samping penjual bakso tadi, aku sudah melarangnya tapi ibay berkata tidak apa jika motornya hilang, toh itu motor abizhar bukan motornya, begitu katanya.

"Bandung jam segini masih rame," ucapnya berjalan disampingku.

Aku hanya mengangguk melihatnya.

"Tau ngga kenapa?" Tanyanya.

"Kenapa?"

"Karna ada kita,"

Aku tersenyum, apakah itu sebuah kebenaran?, Entahlah.

"Nay,"

"Hmm"

"Aku dengar, kamu pernah tinggal disurabaya,"

"Iyaa,"

"Ada laki-laki yang kamu kenal disana?" Menghentikan jalannya dan menatapku lekat.

"Engga ada, emang kenapa?"

"Ah masa,"

"Serius" Timpalku langsung.

"Aku pindah ke surabaya pas aku umur 5 tahun, mana mungkin aku berani temenan sama cowo," Sambungku.

"Tapi kamu disana sampai umur 12 kan, masa engga ada,"

Aku diam sejenak, seakan mengingat masa lalu ku dulu.

"Iya, tapi aku lupa,"

"Pelupa" ucapnya, sedikit tertawa dan melanjutkan berjalan.

Aku mengikutinya berjalan, entah mau kemana aku tidak tau, tapi aku sangat senang bisa berjalan bersama dengan nya, berdua.

"Kamu tau?"

"Apa?" Tanyaku.

"Kalo kamu masih di Surabaya, kamu gabakal kenal sama cowo paling ganteng dan keren di bandung," ucapnya.

"Hah, siapa?"

"Aku," tersenyum manis menatapku.

Ingin sekali aku berteriak dihadapan mukanya, "YA KAMU MEMANG COWO PALING TAMPAN YANG PERNAH AKU TEMUI", haha sayangnya tidak bisa.

"Trus, kamu juga gabakal liat cowo ganteng ketiban saos,"

Aku tertawa mendengarnya, mengingat masa awal kita bertemu, dia jatuh dan tertipa saos.

"Karna siapa yah kira-kira?" Ucapnya dengan tangan yang memegang kepala seakan ingin mengingat sesuatu.

"Karna aku," ucapku tertawa menatapnya.

"Nah gitu dong, jangan cemberut Mulu kaya lele," ucapnya menyentil hidungku.

"Emang lele bisa cemberut?"

"Bisa!"

"Gimana?" Memajukan wajahku menghadap dia.

"Gini nih," memanyunkan bibirnya dengan 2 jari tangan diletakan diatas bibir seakan membentuk kumis.

Aku tertawa melihatnya, wajah konyol itu membuat perutku seakan tergelitik, ibay yang lucu, ibay yang aku sayangi.

"Oiya kata kamu, kita mau cari jangkrik emas," ucapku menghentikan langkah nya.

"Oiya nay, lupa aku,"

"Huu,, pelupaa," ucapku dengan penuh penebalan sambil tertawa.

Dia tersenyum, senyuman itu, sungguh jika ada pengukur pemanis mungkin ini yang paling manis.

"Sini," menarikku duduk di sebuah kursi.

Aku duduk bersamanya, kulihat ibay menyandar di sandaran kursi itu, dengan mata tertutup, memperlihatkan panjangnya bulu mata miliknya.

Perlahan dia membuka matanya, menatap keatas langit.

"Liat nay," menunjuk ke atas.

Aku mengikuti tangannya melihat kearah langit yang gelap.

"Malam ini ngga ada bintang, kamu tau karna apa?" Ucapnya.

"Kenapa?"

"Karna ada kamu,"

"Kenapa begitu?" Tanyaku.

"Karna bintang merasa kalah sama kamu, kamu lebih bercahaya dari bintang nay, malu katanya bintangnya"

Aku menatapnya yang sudah lebih dulu menatapku, aku tidak tau malam itu akan seindah ini, biarlah aku disini selamanya dengannya.

Kenangan [By:Aruu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang