Apa yg terjadi di depan matanya tadi, benar-benar masih terngiang jelas dalam ingatan park Jimin, bahkan kaki nya pun tak mampu menopang tubuhnya, jika saja tidak di tahan oleh Yoongi, pendengar nya seakan tuli, saat melihat tubuh seokjin di hantam keras oleh sebuah mobil yg melaju dengan kecepatan tinggi.
Suasana rumah sakit terasa begitu menegangkan, menanti dokter yg sedang menangani seokjin diruang ICU, Namjoon ikut terdiam, seolah masih berusaha mencerna apa yg terjadi dengan kekasihnya.
Jimin tidak akan tau apa yg terjadi jika tidak ada yoongi yg menenangkan nya, entah sadar atau tidak, Jimin bahkan sempat memeluk Yoongi dengan erat saat melihat darah keluar dari mulut seokjin.
Really, It's so scary..!!!!
Yoongi yg baru saja datang langsung memusatkan perhatiannya pada lelaki mungil yg sedang menunduk, menelungkup kan wajahnya di antara kaki yg ia tekuk, hari ini Yoongi benar-benar menyaksikan sisi lain dari seorang Park Jimin, dan untuk pertama kalinya, Yoongi melihat lelaki manis itu menangis tersedu-sedu.
Jika boleh memilih, Yoongi lebih baik mendengar Omelan Jimin daripada melihatnya menangis seperti ini.
"Jimin.."
Mendengar namanya dipanggil, Jimin mengangkat kepalanya, dan ia bisa melihat sosok Yoongi sedang berjongkok dihadapan nya.
"Saya antar pulang ya.?"
"Mau disini aja"
"Besok kesini lagi, sekarang pulang dulu ya.? Ini udah sore, Tante Adira juga pasti khawatir sama kamu, apalagi kalau melihat keadaan kamu kayak gini"
"Tapi,, kak seokjin.?"
"Seokjin udah banyak yg jagain, ada keluarganya, ada Namjoon, bahkan Taehyung juga pasti nginep disini, kamu gak usah khawatirin itu, pulang ya.?"
Sejujurnya, Jimin yg seperti ini sangat membuat Yoongi terganggu, itu karena Yoongi sendiri tidak suka melihatnya.
Jimin mengangguk, kemudian ia berdiri dengan dibantu oleh Yoongi, berjalan mendekati keluarga seokjin sekedar berpamitan untuk pulang.
Dibalik pintu kaca, bisa ia lihat seokjin yg sedang terbaring lemah didalam sana, Jimin kembali menangis, Yoongi yg menyadari hal itu langsung menarik pelan tangan Jimin, agar tidak semakin larut dalam tangisnya, sudah cukup tadi siang ia melihat Jimin rapuh didalam pelukannya.
"Mau makan dulu.?"
"Gak usah pak, saya gak laper"
"Tapi kamu belum makan"
"Nanti aja dirumah"
"You okay.?"
"Hem.. sedikit pusing"
"Kita kekantin rumah sakit dulu"
Jimin yg hendak protes, tidak sempat membuka mulutnya saat ia kembali mendengar ucapan Yoongi.
"Katanya besok mau kesini.? Kalau kamu gak makan nanti kamu sakit, nurut ya canti.? Kali ini aja"
"Roti aja" finalnya
"Gak mau nasi.?"
"Lagi gak pengen"
Yoongi pun menurut, setidaknya Jimin masih mau menuruti permintaan nya, meski hanya sekedar makan roti.
Sementara itu, Jimin hanya duduk sembari memijat pelipisnya yg terasa begitu pening, ia juga lupa bahwa sebenarnya ia bisa saja menelepon Jackson untuk menjemputnya, bisa-bisa ia malah meng-iya kan ajakan Yoongi, padahal kemarin-kemarin ia sudah bertekad untuk tidak akan lagi membawa Yoongi kerumah apapun alasan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With You (YoonMin) End
AcakSiapa yg menyangka, Jika seorang Park Jimin, Mahasiswa slengean, bar bar dan tersantai sepanjang masa itu, bisa disukai dan di incar oleh dosen baru di kampusnya. "Saya suka sama kamu" "Suka dalam arti.?" "Dalam arti sebagai laki laki yg menyukai pa...