Bak lukisan yang terlukis dengan berbagai warna, begitulah kehidupan dengan rangkaian warna yang membuat hidup selalu berdinamika. Menyuguhkan warna setiap harinya, membuat menjadi bermakna setiap detiknya.
Seminggu kemudian.
Sore ini di kantin kampus. Akshaya, Isvara dan Yummna tengah duduk sambil menikmati jajanan yang sudah mereka beli. Diatas meja terlihat laptop yang menyala, beberapa buku terbuka dan makanan serta minuman kecil.
Akshaya menarik buku, ia membaca secara teliti.
Isvara yang duduk depan Akshaya, tiba-tiba memukul lengan Akshaya. " Eh itu liat!"
Aya menoleh kearah pandangan Isvara. Athalia jalan berdampingan dengan Atali. Mereka terlihat mengobrol tanpa adanya raut penuh emosi dari keduanya. Langka, kejadian langka. " Kok bisa?"
" Keknya Thalia udah restuin Atali. Lampu hijau tuh, Ya" celetuk Yummna
" Ckk"
" Thalia kayaknya juga habis dipanggil dosen deh" sambung Isvara
" Kayaknya sih" Akshaya menyambut Athalia dan Atali dengan tatapan penuh tanda tanya.
Thalia duduk disamping Aya.
" Kamu udah restuin Atali sama Aya?" pertanyaan super menyebalkan dari Yummna. Mood Athalia seketika berubah.
" Gak akan!" ketus Athalia
" Bukan gak, tapi belum" sahut Atali
" Dih, gak usah ngarep!" Athalia memutar bola matanya.
" Aku tadi sama Thalia dipanggil dosen. Katanya kita sebagai perwakilan mahasiswi untuk penyambutan kunjungan dari dosen dan mahasiswa/i kampus pusat. Lusa besok" jelas Atali yang berdiri disamping Athalia.
" Lah, kenapa gak ketua sama wakil BEM Fikomm aja?" tanya Akshaya
" Mereka juga ada kok, kita ini perwakilan dari mahasiswi nya sih. Iya kan?" Atali menoel lengan Thalia.
" Gak usah noel-noel!" Athalia menepis lengan Atali. " Gak usah sok akrab!"
Isvara dan Yummna terkekeh. Bagaimana tidak, dua musuh bebuyutan dari dua semester lalu itu kini harus dipersatukan karena tugas kampus.
" Santai aja sih mba. Urat wajahnya gak usah ketarik gitu, cepet tua entar"
Athalia menatap tajam Atali.
" Udah udah sih" Akshaya menggenggam lengan Athalia. " Kamu mau makan atau minum apa? Aku beliin" tanya Aya pada Thalia
" Aku mau risol aja"
" Sama es teh mau?"
" Mau mau"
" Sosis bakar?"
" Mauu"
" Apa lagi?"
" Udah itu aja"
" Aku mau beli cilok. Mau?"
" Ihh mau. Lima ribu aja"
" Udah?"
" Iya udah"
" Dih dari tadi bilang udah udah giliran ditawarin tetep mau juga" sambar Yummna
" Kan ditawarin. Masa ditolak"
" Gragas"
Athalia menatap Atali. Ia berkacak pinggang. " Bilang apa?!"
" Gragas!" ucap Atali sekali lagi
" Ngipa udah ih, kok berantem terus" Akshaya menarik Thalia untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSATA
Fiksi Penggemar- Aku pernah gulana karna mengikuti karsa, akhrinya elegi yang hanya aku rasa. - Saat itu karsa ku untuk memiliki mu setinggi bumantara, seluas sagara, hingga mengubah sikapku sehangat arunika, seindah arutala. Hingga jiwa ini menyadari bahwa suajan...