...
Akshaya dan Athalia kembali pada kisah tak berujung pasti dalam hubungan itu. Hubungan yang tak diketahui banyak orang, hubungan yang selalu ditutupi, hubungan yang mereka pun tak pernah lagi membahas jika mereka adalah kekasih, hubungan yang berjalan tanpa arah. Mereka adalah dunia yang berputar pada poros yang berbeda.
Bulan terus berganti dengan kesibukan yang menyita satu sama lain. Dunia Akshaya berada diatas canvas sementara poros Athalia berputar pada buku eksak. Mereka berjalan di ruas berbeda namun akhir dari semuanya mereka bertemu pada ruas persamaan yang mereka miliki. Ketakutan kehilangan satu sama lain itu ruas persamaan mereka ditengah lingkaran perbedaan yang mengelilingi mereka.
Athalia berkutat pada kuliah, kegiatan asdos dan juga model, ia harus mengakui kegiatan itu cukup menyita waktu serta pikirannya. Sementara Akshaya ia berkutat pada setiap warna yang akan tergores diatas canvas, ia juga sibuk menangani berbagai pameran lukisan, perkuliahan serta sibuk mengalihkan pikiran dari hal yang selalu membuatnya sakit.
Jam terus berputar, kisah terus tercatat, semesta menawarkan cerita berbeda tiap saat. Hari terus berganti dengan kisah baru yang terjadi.
Hadirnya Aksa dalam hidup Athalia dan Akshaya bersamaan dengan hadirnya Atali dalam setiap masa sedih Akshaya. Bak malaikat yang di turunkan untuk menghibur Akshaya, Atali selalu hadir dimana pun Akshaya merasa sedih dengan berbagai hal random, di luar nalar dan kekonyolan yang berhasil membuat Akshaya tertawa. Tiga belas bulan terlewat dengan kisah tanpa ujung dari ini semua.
...
Sorak-sorai terdengar dari arah lapangan basket kampus, saat sore ini terdapat pertandingan persahabatan antara dosen muda dengan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi. Dari ramainya orang datang dan menyaksikan pertandingan tersebut, Athalia berada diantaranya. Perempuan itu dengan santai terus menyaksikan pertandingan.
Akshaya menoleh ke kiri. Wajah Athalia menjadi pandangannya. " Masih mau nonton sampai selesai?"
" Hah?"
" Masih mau nonton?" seru Akshaya
" Iya masih. Ini baru quarter 2. Kenapa?"
" Katanya mau temenin aku cari alat lukis"
" Iyaa bentar ya tunggu selesai, nanti Ngipa temenin" ucap Athalia
" Aku cari sendiri ya"
" Hah? Cari sendiri?"
Akshaya menggangguk.
" Para cari di Pakuwon Mall kan?"
" Engga tahu, kayaknya iya"
" Ya udah, Para kesana duluan aja gimana? Nanti Ngipa nyusul setelah pertandingan selesai"
" Mau ketemu Mas Aksa?"
" Iya, mau ledek Panya kalau sampai kalah. Hahaha"
" Ya udah, aku cari sendiri"
" Nanti kabarin ya cari dimana, nanti Ngipa susul"
" Gak usah" ucap Aya pelan. Perempuan itu berdiri, menenteng tasnya lalu pergi dari lapangan.
Raut wajahnya kecewa, tapi ini sudah biasa untuknya. Perempuan itu mengarah pada parkiran mobil. Langkah kaki Akshaya terhenti saat ia merasa sesuatu mengenai kakinya. Aya menoleh kebawah.
" Seruduk Aya seruduk.." seru Atali sambil menekan remote control untuk menggerakan mainan dino itu untuk maju dan terus menabrak kaki Akshaya.
Akshaya mengambil mainan itu. " Gak bisa nyeruduk lagi. Udah diambil sama manusia raksasa"

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSATA
Fiksi Penggemar- Aku pernah gulana karna mengikuti karsa, akhrinya elegi yang hanya aku rasa. - Saat itu karsa ku untuk memiliki mu setinggi bumantara, seluas sagara, hingga mengubah sikapku sehangat arunika, seindah arutala. Hingga jiwa ini menyadari bahwa suajan...