Lembayung senja yang menebus kusen jendela dapat terlihat jelas dari ruang keluarga saat mereka tengah berbincara. Den bagus dan Den ayu, terus memperhatikan wanita didepan mereka.
" Aku pernah gulana karna mengikuti karsa, akhrinya elegi yang hanya aku rasa. Namun, kadang tak masalah mengkuti karsa hati, tapi kalian harus ingat bahwa adipatinya dunia tidak selalu sejalan. Yang kalian dapat bisa saja harsani semata" tutur lembut wanita itu.
" Apa ibu juga merasa hal sama?" tanya den ayu
" Semua pasti merasa, saat marcapada tak seindah indraloka. Aku yakin, raka dan nimas juga pernah merasa"
Dua anak itu menggangguk.
" Aku mau tanya. Nama Aksata lahir bukan semata-mata gabungan dari insial saja, tapi juga ada litani didalamnya, bukan? Boleh aku tahu kisah ibu saat karsa itu masih membara?" tanya den bagus
Bersamaan dengan pertanyaan yang terlontar, dari belakang seorang wanita masuk kedalam.
" Coba izin biyang. Aku tak akan bercerita jika biyang tidak mengizinkannya" ujar wanita itu sambil melirik wanita yang sudah ikut duduk disampingnya.
" Biyang, bolehkah aku dan nimas mendengarkannya?" tanya den bagus
" Tentu, raka dan nimas boleh mendengarkannya" jawab wanita yang mereka panggil biyang.
Ibu melirik biyang. Biyang menggangguk kecil, ibu mendapat restu.
" Baik, ibu akan bercerita...."
****
Yogyakarta Puluhan Tahun Silam
Seorang satpam memberhentikan motor vespa klasik sprint bagol tahun 74 berwarna hitam. Pengendara motor itu membuka kaca helmnya.
" Selamat sore mba. Maaf untuk café ini belum dibuka untuk umum. Ini baru acara grand opening" ucap satpam itu.
Pengendara motor itu membuka helm, lalu menggantungkannya distang. " Saya tamu undangan"
" Boleh saya liat undangannya?"
" Tidak ada"
" Kalau begitu maaf tidak bisa masuk"
Sedetik kemudian dering telpon pengendara motor itu berbunyi. Ia merogoh tas slempangnya. Panggilan masuk dari Athalia.
Akshaya menjawab panggilan itu.
" Aya, kamu dimana? Grand Openingnya udah mulai"
" Aku sudah didepan. Tapi tidak boleh masuk karena tidak memiliki undangan"
" Dihalangi satpam?"
" Iya"
" Loudspeaker telponnya, aku bilangin satpamnya"
Akshaya membesarkan suara telpon. Hingga satpam disampingnya dapat mendengar suara Athalia dari ujung telpon.
" Pak, dia teman saya. Undangan special VVVVIP saya, jangan halangi!"
Satpam itu meneguk ludahnya sendiri. " Ohh iyaa iya mba. Maaf saya tidak tahu"
" Mba silahkan masuk" ucap satpam pada Akshaya
Akshaya mengakhiri sambungan telpon. Ia kembali menyelah motor.
Vespa klasik itu mengarah pada parkiran motor. Setelah memarkirkan motor, perempuan itu mengambil bunga dari dalam papar bag yang ia gantung didepan. Akshaya menuju tempat acara grand opening.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSATA
Fanfic- Aku pernah gulana karna mengikuti karsa, akhrinya elegi yang hanya aku rasa. - Saat itu karsa ku untuk memiliki mu setinggi bumantara, seluas sagara, hingga mengubah sikapku sehangat arunika, seindah arutala. Hingga jiwa ini menyadari bahwa suajan...